Setelah memakai sepatunya, Ji Yi berdiri. Tanpa menanggapi apa yang He Jichen ucapkan, gadis itu berkata, "Maaf sudah merepotkanmu semalam."
Kedua alis He Jichen bertaut. Suaranya datar tanpa emosi, dan terdengar tenang ketika bertanya, "Kenapa? Kau tidak ingin makan bubur congee?"
Selain ketika He Jichen berkata-kata kasar dan penuh cemooh padanya di resor pemandian air panas itu, ia hampir tidak pernah berbicara pada Ji Yi. Tak lebih dari sepuluh patah kata diucapkan pemuda itu kepadanya setiap kali mereka berpapasan sejak hari perjumpaan mereka di restoran YuHuaTai. Ini adalah pertama kalinya He Jichen berbicara dengan lembut padanya semenjak pertemuan mereka kembali setelah empat tahun lamanya berpisah.
Ji Yi masih merasa aneh. Diam-diam ia melirik ke arah He Jichen untuk sesaat, namun tidak menjawab pertanyaan pemuda itu. Ia justru sibuk dengan pikirannya sendiri, kemudian berkata, "Aku sudah merasa jauh lebih baik, jadi aku akan pergi sekarang."
Sudut bibir He Jichen menegang sesaat. Sebersit rasa jengkel terpancar samar di matanya, namun ketika Ji Yi melihatnya dengan seksama, kedua mata pemuda itu telah kembali terlihat tenang.
He Jichen berdiri di tempatnya dengan tenang seraya memandang Ji Yi, lalu berkata, "Kau ingin makan apa? Aku akan meminta orang memasakkannya untukmu."
Seingat Ji Yi, He Jichen sangat jarang bisa bersabar seperti ini. Jika ini terjadi di masa lalu, adalah sebuah keajaiban bahwa dia bisa menahan amarah bahkan membujuk sampai lebih dari satu kali. Hari ini, He Jichen sudah berusaha membujuknya sampai tiga kali... Ji Yi merasa semakin curiga. Setelah beberapa saat, dengan pelan ia menjawab, "Terima kasih, tapi tidak perlu repot."
Dengan kata-kata Ji Yi barusan, ekspresi He Jichen berubah dingin. Suasana dalam ruangan itu menjadi tegang.
Ji Yi menunggu selama setengah menit. Melihat He Jichen tidak mengatakan apa-apa lagi, ia menggerakkan kaki hendak melangkah pergi.
Baru saja Ji Yi hendak melangkah, He Jichen kembali berbicara, "Karena kau sepertinya tidak selera makan, paling tidak minumlah obatmu."
Sambil berkata demikian, He Jichen berjalan ke arah meja kecil di samping ranjang.
Akan jauh lebih baik jika He Jichen tidak menyebut soal obat. Hal ini membuat Ji Yi berpikir bahwa ongkos dokter yang memeriksanya pastilah mahal. Ia sama sekali lupa untuk membayar kembali, jadi gadis itu segera bertanya, "Tuan He, maaf. Saya hampir lupa. Bisakah anda beritahu berapa ongkos dokter semalam?"
Punggung He Jichen yang membelakangi Ji Yi sesaat menegang, lalu pemuda itu membungkuk seraya meletakkan mangkuk Congee yang dipegangnya ke atas meja.
Ia kemudian meraih telepon rumah seakan tidak mendengar pertanyaan Ji Yi barusan, lalu menekan sebuah tombol.
Panggilannya segera terjawab. Tampaknya He Jichen menelepon Zhang Sao. "Bawa segelas air ke sini."
Setelah menutup telepon, He Jichen mengambil tas yang ada di atas meja samping ranjang dan mengeluarkan beberapa kotak obat-obatan. Ia meneliti dengan seksama lalu memilih satu tablet.
Pada saat itulah Zhang Sao masuk ke dalam ruangan membawa segelas air. He Jichen mengambil gelas itu dan berbalik ke arah Ji Yi.
Ji Yi tidaklah bodoh. Tentu saja ia tahu bahwa He Jichen ingin agar dia meminum obatnya, tapi gadis itu masih tidak habis pikir mengapa pemuda itu memperlakukannya dengan sangat baik.
Semalam, He Jichen mengangkatnya dari jalanan dan membawanya pulang. Ji Yi bisa memaklumi hal itu karena pemuda itu tidak bisa meninggalkan orang yang sedang membutuhkan pertolongan. Tetapi setelah ia tersadar dan hendak bergegas pergi, bukankah seharusnya He Jichen merasa senang?
Mungkinkah dia....