"Xiao Yi! Xiao Yi!" Suara yang sudah tak asing lagi itu kembali terngiang di telinga Ji Yi, namun kali ini suara itu tidak terdengar tenang seperti biasanya, tetapi bergetar penuh kecemasan.
Ji Yi mengira dia sedang berhalusinasi. Bagaimana mungkin pria itu menyebut namaku dengan nada cemas?
Meski begitu, halusinasinya ini terasa begitu nyata... Caranya mengulurkan tangan untuk menepuk-nepuk wajahnya dengan lembut seolah berusaha untuk membangunkannya...
Bulu mata Ji Yi bergetar. Gadis itu berusaha membuka matanya, namun akhirnya ia jatuh tak sadarkan diri. Pada saat-saat terakhir sebelum ia kehilangan kesadaran sepenuhnya, samar-samar ia mendengar, "Dr. Zhu? Tolong segera datang ke rumahku..."
-
Ketika Ji Yi kembali tersadar, ia tak lagi berada di jalanan yang dingin dan gelap, melainkan di bawah selimut lembut, di atas ranjang yang empuk dan hangat.
Masih dalam keadaan linglung, ia berbaring di ranjang cukup lama sebelum akhirnya menyadari bahwa langit-langit kamar di atasnya terlihat asing. Setelah memperhatikan sekeliling ruangan, perlahan gadis itu teringat perjalanannya melewati penyeberangan keempat untuk pergi menikmati mie La mian. Dalam perjalanannya kembali ke kampus, lambungnya tiba-tiba terasa sakit. Ia berusaha mencari bantuan, tapi kemudian pingsan.... jadi... sekarang ini ia sedang berada di mana?
Memikirkan hal itu, Ji Yi lantas duduk, mendekap selimut. Ia dikelilingi oleh benda-benda yang asing di matanya.
Tempat itu sepertinya adalah sebuah kamar tidur. Dindingnya berwarna krem dan kamar itu sepenuhnya didekorasi dengan gaya Eropa: dengan jendela-jendela kaca memenuhi satu sisi kamar dari lantai hingga setinggi langit-langit dan perabotan-perabotan yang elegan. Seisi ruangan terlihat mewah, namun terkesan bersahaja.
Apakah aku berada di rumah seseorang? Kalau dilihat dari perabotannya, orang ini sepertinya kaya... Ia kembali meneliti sekelilingnya.
Ada dua pintu di kamar itu; yang satu terbuka, dan yang lainnya tertutup rapat.
Melalui pintu yang terbuka, Ji Yi dapat melihat sebuah ruang ganti dengan berderet-deret pakaian pria yang tertata rapi.
Jadi… aku ada di kamar seorang pria?
Sebelum ia selesai menduga-duga, pintu kamar terbuka dan Ji Yi otomatis menoleh ke asal suara itu.
Seorang wanita setengah baya yang tidak dikenalnya masuk dengan perlahan dan hati-hati. Ketika ia melihat bahwa Ji Yi telah duduk di ranjang, langkahnya terhenti untuk sesaat. Wanita itu tersenyum ramah. "Nona, kau sudah bangun?"
Ji Yi menatap wanita yang asing baginya itu, lalu dengan ragu bertanya, "Halo, permisi, apakah anda..."
Ketika wanita paruh baya itu mendengarnya, ia lantas tersenyum dan berkata, "Aku adalah pelayan di rumah ini. Panggil saja aku Zhang Sao..."
Zhang Sao terlihat seperti baru saja mengingat sesuatu dan segera menambahkan, "Oh… aku hampir lupa! Nona, tunggulah sebentar, Aku akan memberitahu Tuan..."
Ji Yi tak sempat bereaksi ketika Zhang Sao berbalik dan segera berlari meninggalkan ruangan.
Setelah sekitar lima atau enam menit, terdengar langkah kaki menuju kamar di mana Ji Yi berada. Ji Yi seketika tahu bahwa itu bukan suara langkah kaki Zhang Sao.
Zhang Sao tidak menutup pintu saat keluar ruangan, sehingga Ji Yi dapat langsung melihat ke arah suara langkah kaki itu di luar ruangan. Tak lama kemudian, He Jichen muncul di ambang pintu, berpakaian santai serba putih.