Ji Yi menatap He Jichen untuk beberapa saat lamanya, ia benar-benar terkejut. Perlahan ingatannya kembali.
Semalam, orang yang membawaku kembali ke tempat tinggalnya adalah... He Jichen?
Jadi, halusinasiku sebelum pingsan adalah sebuah kenyataan?
Namun ia hanya membiarkan pikiran itu hinggap di benaknya sekejap saja sebelum membuangnya jauh-jauh, tanpa ragu sedikit pun.
Sebelum ia tak sadarkan diri, ia melihat sepasang sepatu kulit pria di depannya. Mungkin itu benar terjadi, namun ketika ia mendengar namanya- "Xiao Yi"... diucapkan dengan penuh kecemasan, ia pasti salah dengar.
Tanpa memikirkannya lebih jauh, Ji Yi yakin akan hal itu. He Jichen tidak punya alasan untuk mengkhawatirkan aku.
Di tengah-tengah pikirannya yang kalut, Ji Yi mendengar suara langkah kaki lain masuk ke dalam ruangan. Kemudian, didengarnya suara Zhang Sao yang memanggil nama He Jichen dengan penuh hormat, "Tuan He."
Ji Yi baru tersadar setelah Zhang Sao tiba. Ia terlambat menyadari bahwa He Jichen, yang tadi masih berdiri di ambang pintu, sudah melangkah ke samping ranjang.
Semakin dekat pemuda itu, Ji Yi mulai merasa sangat tidak nyaman dan tanpa sadar mencengkeram selimutnya.
"Tuan He, Saya sudah membawakan Congee
Mendengar itu, Ji Yi menyadari bahwa Zhang Sao sedang membawa nampan berisi makanan di tangannya.
He Jichen tidak mengatakan sepatah katapun. Melihat Ji Yi yang mencengkeram selimut begitu erat, ia hanya menanggapi Zhang Sao dengan anggukan pelan.
Dengan ijin He Jichen, Zhang Sao mendekat ke samping ranjang. Wanita itu meletakkan nampan di atas meja kecil di samping ranjang, mengatur dua buah bantal di kepala tempat tidur, lalu duduk. Sambil mengaduk Congee yang mengepul panas, ia memberitahu Ji Yi, "Nona, ketika Dr. Zhu datang untuk memeriksamu kemarin malam, beliau mengatakan bahwa nona menderita enterogastritis
Jadi, rasa sakit yang tiba-tiba kualami semalam karena enterogastritis... Mendengar penjelasan Zhang Sao, Ji Yi menundukkan kepala dan memeriksa lengannya. Ternyata ada jarum dan selang infus yang tersambung pada punggung tangan kirinya.
"...Dr. Zhu menyarankan agar nona makan yang ringan-ringan dulu beberapa hari ini, jadi saya membuatkan bubur Congee untuk nona. Makanlah sedikit, lalu minum obat dari dokter nanti." Setelah berkata demikian, Zhang Sao menyuapkan sesendok bubur ke bibir Ji Yi.
Ji Yi memandangi bubur congee yang putih dan halus itu, namun tidak memakannya. Ia justru menoleh ke arah He Jichen, dan berkata dengan sopan, "Terima kasih sudah menolongku semalam."
Baju yang dikenakannya semalam masih menempel di tubuhnya. Setelah Ji Yi selesai berbicara, ia menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya dan berusaha untuk turun dari ranjang.
"Nona, anda tak sadarkan diri untuk waktu yang cukup lama sehingga melewatkan waktu sarapan dan makan siang. Tubuh anda sangat lemah, makanlah sesuatu dulu. Setelah itu baru nona bisa bangun..." Zhang Sao buru-buru mencegahnya.
"Aku baik-baik saja," jawab Ji Yi pada Zhang Sao. Ji Yi mendapati sepatunya di lantai, lalu membungkuk untuk memakainya.
Zhang Sao ingin mencoba membujuknya lagi. Namun ia baru mengucapkan kata "Nona...", ketika He Jichen, yang sejak tadi hanya diam, tiba-tiba berkata pada Zhang Sao, "Tolong pergilah sebentar."
"Baik, Tuan He."
Ketika Zhang Sao berdiri, He Jichen menambahkan, "Berikan buburnya padaku."
Zhang Sao segera memberikan bubur itu dengan kedua tangannya.
He Jichen mengambilnya. Setelah Zhang Sao menutup pintu, He Jichen menoleh pada Ji Yi. "Makanlah sedikit. Bahkan jika kau tak berselera, makanlah sedikit saja."