Chereads / Membunuh Lelaki Idaman / Chapter 3 - Perasaan yang Familiar

Chapter 3 - Perasaan yang Familiar

Ruang interogasi itu terlihat sedikit redup karena hanya memiliki satu lampu.

Novel yang menceritakan kasus kriminal itu, benar-benar membuat pikiran Xiang Wan campur aduk. Dia sangat terkejut, mulut dan bibirnya terasa kering, dan dia tidak tahu apa yang sedang terjadi.

"Polisi menduga bahwa... Saya yang telah membunuh Tuan Zhao?"

Bai Muchuan tidak menjawab. Dua detektif itu saling memandang dengan ekspresi yang rumit.

"Dimana anda saat pukul 10 hingga 11 tadi malam?"

"Saya sedang... berada di apartemen."

"Adakah seseorang yang bisa membuktikannya?"

"Saya tinggal sendirian."

"Anda berasal dari Kota Jin?"

"Iya!"

"Kenapa anda menyewa apartemen sedangkan anda bisa tinggal bersama ibu anda?"

"Saya seorang penulis. Saat menulis novel... Saya butuh tempat yang sepi dan damai."

"Kenapa?"

"..."

Semua pertanyaan dari detektif itu sangat menjebak dan terus diulang. Beberapa pertanyaan bahkan menuntut Xiang Wan untuk membuktikan, apakah ibunya benar-benar ibu kandungnya; dan dia tidak bisa menjawab pertanyaan semacam itu. Apalagi, di saat Zhao Jiahang meninggal, dia memang sedang sendirian di apartemennya. Dia tidak bisa memberikan alibi untuk itu. Terlebih lagi, daerah perumahan kumuh dan tua yang dia tempati, tidak memiliki kamera CCTV sama sekali. Tidak ada yang bisa membuktikan kalau dia memang ada di dalam apartemennya saat itu.

Suasananya terasa tegang dan penuh tekanan.

Alat pendingin ruangan pun terasa semakin dingin.

Otak Xiang Wan seolah sedang mendengung, dan kesadarannya mulai terganggu. Dia merasa kalau dia sedang diseret menuju ke lumpur yang dalam tanpa alasan yang jelas. Dia bisa melihat kumpulan awan hitam berada di atas kepalanya, dan juga lumpur di sekitarnya yang tidak bisa ia lepaskan. Dia tidak bisa kabur dan dia juga tidak bisa bertahan.

"Detektif..."

Ketika dia mengeluarkan suaranya lagi, dia menyadari bahwa suaranya telah kering dan serak, dan dia merasa sangat haus.

"Saya benar-benar tidak kenal Tuan Zhao. Polisi tidak bisa memutuskan kalau saya bersalah, hanya karena saya menulis cerita yang mirip kan? Saya bahkan tidak punya motif apapun untuk membunuh..."

"Anda memilikinya," ucap Bai Muchuan sambil melihat ke arahnya dengan tatapan dingin.

"?" Kedua mata Xiang Wan menjadi merah saat dia menatap ke pria yang sedang berjalan pelan ke arahnya.

Bai Muchuan berdiri di hadapannya, dan melihat matanya. "Anda hanya ingin terkenal!"

"?!" Ucapannya itu bagaikan sebuah belati yang merobek lukanya. Xiang Wan gelisah dan hampir tak bisa bernafas. "Apa anda ingin mengatakan kalau saya ingin terkenal, lalu saya membunuh seseorang hanya karena itu? Dengan kata lain, jika kita memiliki dendam, anda akan menuduh saya melakukan hal yang tidak saya lakukan, dengan mengambil kesempatan yang akan membuat saya terbunuh?"

Ketika dia mengatakan hal itu, dia tiba-tiba teringat sesuatu.

Apakah dia benar-benar memiliki "dendam" dengan si Detektif Bai ini?

Mungin memang benar, ada sesuatu di antara mereka yang bisa disebut "dendam".

Luka lebam yang masih terlihat di balik telapak tangan Detektif Bai, dan suaranya yang tragis saat berteriak "pemerkosa"—jika itu bukan dendam, lalu apa?

Sekarang, setelah dia tidak bisa membuktikan kalau dia tidak ada hubungannya dengan kasus itu, dan telah menyinggung seseorang yang berwewenang, Detektif Bai mungkin akan menggunakan posisinya itu untuk berurusan dengan Xiang Wan.

Xiang Wan tidak bisa membuka matanya, karena cahaya yang menyilaukan. Dia menundukkan kepalanya dan bersikap tenang.

Ketika dia tenang, dia terlihat cukup manis dan penurut. Tahun-tahun yang dia habiskan sebagai gadis kutu buku telah membuat kulitnya menjadi lebih putih dan halus dan sekarang terlihat merah merona akibat menahan amarah.

Ruangan interogasi itu terasa dingin, namun rambut yang menempel di dahinya nampak basah.

Terlihat jelas dia sedang gugup dan mencoba membuat dirinya tetap tenang.

Detektif tinggi yang membawanya ke sini bernama Huang He. Dia adalah orang yang paling mudah berbaur di antara semua anggota Unit Investigasi Kriminal.

Dia tidak tahan melihat seorang gadis seperti Xiang Wan, yang tampil anggun, nampak menyedihkan seolah telah diperlakukan tidak adil. Berdasarkan insting detektif yang dia asah selama bertahun-tahun, Xiang Wan sama sekali tidak terlihat seperti pembunuh yang berusaha keras melakukan tindak kriminal.

Dia sedikit terbatuk. "Ahem, bos, apa menurut anda..."

Pandangan Bai Muchuan menyapu ke arahnya. "Dia bukan pembunuhnya!"

Keadaan yang berbalik secara tiba-tiba membuat Xiang Wan dengan cepat mengangkat kepalanya, dan menatap ke arah Detektif Bai seolah dia tidak mendengar jelas apa yang detektif itu katakan.

"Seorang pembunuh tidak akan memiliki kebiasaan memanggil 110 dengan antusias," ucap Bai Muchuan perlahan.

Xiang Wan tersadar saat dia menahan tangan pria itu lalu menelpon polisi, bukannya dia tidak memiliki kemampuan untuk melawan, tapi dia telah menggunakan kesempatan itu untuk mengamatinya.

Pembunuh mana di luar sana yang akan berinisiatif, untuk menempatkan diri mereka dalam perangkap?

Belum pernah dia merasa sangat bahagia setelah menelpon polisi. Akhirnya dia merasa lega dan tersadar bahkan pakaian dalamnya juga basah kuyup karena keringat.

"Tentu saja." Kedua mata Bai Muchuan sedikit suram. "Dia tidak bisa bebas begitu saja dari tuduhan!"

"..."

Xiang Wan bersandar di kursinya dengan kondisi lemas, linglung dan lesu. Dia membayangkan bahwa dirinya telah tenggelam dalam lubang yang sangat dalam yang tidak diketahui ujungnya.

"Saya... kenapa saya tidak bisa bebas dari tuduhan?"

Bai Muchuan menyuruh Huang He untuk berdiri, agar dia bisa duduk di hadapan Xiang Wan. Dia melihat ke arah laporan lalu melemparnya kembali ke atas meja. Kilau cahaya dari pergelangan tangan Bai Muchuan memantul ke arah mata Xiang Wan.

"Katakan!"

Katakan apa? Perhatian Xiang Wan masih terfokus pada pergelangan tangan detektif Bai. Walaupun jam tangan yang dia kenakan memiliki desain yang sederhana, pengalamannya selama bertahun-tahun berhubungan dengan cerita fiksi romantis membuat dia paham, kalau jam tangan itu memiliki harga lebih dari 7 angka. Umumnya, itu adalah aksesoris yang disukai oleh kebanyakan pemeran utama pria dalam cerita fiksi romantis.

Detektif macam apa si Bai Muchuan ini?

Xiang Wan merasa sangat tertekan dengan tatapan mata detektif Bai dan juga tekanan jam tangan yang mewah itu. Seorang pria yang memiliki wewenang dan kekayaan tentu akan membuat dia mendapatkan banyak hal dengan mudah. Sesaat otaknya terasa konslet.

"Detektif, aku sudah mengatakan apa yang aku bisa katakan. Aku sungguh tidak tahu harus berkata apa lagi."

Kedua mata dingin Bai Muchuan menyipit. "Apakah plot di dalam pikiran anda bisa terbentuk dengan sendirinya, tanpa ada alasan untuk membunuh seseorang?"

Dia benar! Walaupun plot itu tidak bisa terbentuk sendiri, tapi Xiang Wan bisa menceritakannya pada seseorang!

Dengan petunjuk dari detektif Bai, Xiang Wan akhirnya terbebas dari perasaan gugup. "Kenapa aku tidak memikirkan ini sedari tadi?"

Bai Muchuan sedikit menaikkan alisnya. "Inilah yang membuat anda disebut sebagai penulis yang tidak memiliki harapan."

Ekspresi bingung Xiang Wan terlihat lucu.

...

Dia merasakan hembusan angin yang dingin, tak tahu dari mana itu asalnya.

Xiang Wan merinding, dan mulai mengingat hari-hari saat dia masih asyik menulis novelnya.

...

Uhuk! Huang He menunggu dia mengangkat kepalanya dan melanjutkan interogasi, "Mengenai detail kasus itu, berapa banyak orang yang sudah anda beri tahu?"

Xiang Wan perlahan menaikkan satu jarinya sambil berkata, "Tidak banyak."

Huang He bertanya, "Hm, hanya satu orang?"

Xiang Wan menggelengkan kepalanya. "Tidak, ada satu grup."

Huang He pun terdiam. "..."

Dengan hal itu, kasusnya terlihat lebih sederhana sekarang.

Xiang Wan teringat, kalau dia pernah mengirimkan sebuah screenshot dari garis besar detail kasus pembunuhan itu, kepada sebuah grup pembaca miliknya.

Walaupun karyanya tidak terkenal, tapi dia masih memiliki sekitar 200 anggota di dalam grup chat pembacanya itu, tempat dimana mereka mengobrol, bergurau bersama, dan saling melemparkan lelucon.

Berapa lama waktu yang dibutuhkan jika mereka ingin memeriksa seluruh anggota itu?

Xiang Wan menghabiskan waktu seharian di dalam ruang interogasi.

Setelah dia memberikan laporannya, para polisi memberitahu kalau dia mungkin akan "mendapat panggilan setiap ada waktu untuk interogasi". Dan ketika dia meninggalkan Unit Investigasi Kriminal, langit sudah gelap.

Dia berjalan menuruni tangga, dan melihat ke arah deretan lampu jalan di luar bangunan Unit Investigasi Kriminal, merasa sedikit lupa karena merasa kehilangan waktu.

Satu hari yang dihabiskan di dalam ruangan interogasi, membuat dia merasa telah terputus dari dunia luar.

Beep! Ada pesan dari WeChat.

Itu adalah pesan dari editornya, yang juga sepupunya—"Nyonya" Fang Yuanyuan.

Fang Yuanyuan: "Kak, kamu dimana? Kenapa kamu tidak membalas pesanku? Jumlah orang yang membaca 'Murder The Dream Guy' terlihat cukup banyak hari ini. Tapi ada beberapa komentar aneh, kamu harus menangani mereka secepatnya."

Gaya Fang Yuanyuan selalu saja berbicara tentang pekerjaan dulu, baru diikuti oleh kehidupan.

Fang Yuanyuan: "Dan, jangan lupa bibi kita sudah menyiapkan kencan buta untukmu. Aku dengar pria itu adalah target yang bagus. Dia baru kembali setelah belajar di luar negeri. Kali ini, kamu harus memperlakukannya dengan serius! Segeralah berpacaran, dan tulislah novel yang dapat memberikan grafik naik..."

Xiang Wan: "Oke."

Jarang sekali Xiang Wan tidak membantah.

Setelah menjawab dengan satu kata saja, dia mengubah ponselnya ke mode senyap.

Dia memilih untuk tidak menggunakan taksi, dan malah berjalan kembali ke daerah perumahannya perlahan di bawah angin malam yang hangat.

Dia menyewa apartemen yang tak jauh dari kantor polisi. Sekitar setengah jam kemudian, dia sudah sampai di daerah sekitar perumahannya.

Dia berhenti di supermarket untuk membeli beberapa bahan makanan, lalu keluar dengan membawa beberapa kantong plastik berisi makanan. Dia baru akan memasuki gang dari halte bis di luar rumahnya ketika tiba-tiba, sebuah mobil datang tepat ke arahnya.

Dia tinggal di daerah perumahan kuno, dimana gangnya terlihat gelap, dan cahaya lampunya remang-remang.

Screeech! Suara rem yang keras membuat dia terkejut, dan kantong berisi bahan makanan yang dia pegang terjatuh ke tanah. Meong! Hal itu juga mengagetkan seekor kucing liar yang melompat ketakukan, seolah akan terbunuh akibat ditabrak mobil.

Dia merasakan hembusan angin yang dibawa oleh mobil—dia berada hanya beberapa senti saja dari mobil itu!

Xiang Wan mengeluarkan keringat dingin akibat rasa takutnya. Pengemudi itu pun terdengar sama takutnya juga, "Maafkan aku!"

Pengemudinya seorang wanita? Ketika Xiang Wan ingin melihatnya dengan lebih jelas, sang pengemudi sudah pergi secepat mungkin, seolah dia akan terkena masalah kalau berada di sana lebih lama lagi.

Saat dia melihat wajah wanita itu sekilas, Xiang Wan merasa ragu-ragu. Dia tiba-tiba merasakan hal aneh yang sangat familiar...

Kenapa dia tiba-tiba merasa, kalau wanita itu terlihat familiar?

...