Chereads / Membunuh Lelaki Idaman / Chapter 4 - Investigasi di Malam Hari

Chapter 4 - Investigasi di Malam Hari

Xiang Wan sering digambarkan sebagai 'wanita tanpa cerita' oleh Fang Yuanyuan.

Tidak ada pengalaman kencan, pengalaman hidup yang sederhana, dan selalu menjalani hidupnya dalam lamunan.

Xiang Wan tidak setuju dengan sepupunya itu, karena dia memiliki dunianya sendiri.

Menyalakan komputer, menulis cerita yang dia sukai, dan berinteraksi dengan para pembaca, sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari hidupnya.

Setiap orang memiliki definisi kebahagiaannya masing-masing.

Bagi Xiang Wan, mengobrol dengan para pembaca jelas lebih menarik, daripada memiliki pacar.

"Kunjungan sehari ke Unit Investigasi Kriminal" telah memberikan pukulan telak terhadap emosinya. Ketika dia duduk bersila di atas kasur dengan laptopnya dan menekan kolom ulasan dan komentar pada novel "Murder The Dream Guy", dia merasa seolah hidupnya sudah berubah menjadi berantakan.

Biasanya, di sana jarang sekali ada ulasan, tapi di hari itu terdapat ada banyak ulasan dan juga wajah baru.

Mereka yang membaca novelnya karena kasus itu, membuat popularitasnya meningkat. Dibandingkan sedikit kenaikan pada indeks berlangganan, keramaian justru terfokus dalam kolom komentar.

Beberapa orang kagum dengan kemiripan cerita antara kematian Zhao Jiahang dengan novel itu, dan mereka menebak-nebak siapa pembunuhnya!

Beberapa orang mengejek, kalau penulisnya adalah penulis cerdas yang memiliki kemampuan meramal kasus-kasus kriminal, dan kepolisian seharusnya mempekerjakannya sebagai konsultan profesional.

Mereka yang menikmati cerita fiksi misterius mulai membuat dugaan-dugaan.

Mereka yang menyukai gosip, membahas hubungan di luar nikah yang dia tulis di dalam novelnya.

Mereka yang menyukai cerita fiksi supernatural mulai membuat cerita hantu untuk bersenang-senang.

Penggemar fanatik fiksi ilmiah menduga-duga, apakah Xiang Wan telah diculik dan dicuci otak oleh para alien...

Bahkan ada beberapa pembaca yang cukup jahat memberikan pendapat bahwa sang penulis mungkin adalah pembunuhnya, dan dia adalah pacar asli dari si pengusaha kaya yang telah meninggal, Zhao Jiahang!

Xiang Wan tidak bisa terus membaca komentar-komentar itu.

Dia menutup kolom ulasan dan komentar, lalu log in pada QQ[1]. Maskot pinguin milik QQ berbunyi menandakan ada notifikasi baru.

Banyak sekali orang yang mengiriminya pesan hari ini!

Ada beberapa rekan sesama penulis yang cukup dia kenal, dan beberapa pembaca yang cukup dekat dengannya; mereka mencarinya untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Xiang Wan telah diperingatkan oleh polisi agar tidak memberi tahu apapun mengenai kasus itu. Dia menjawab mereka dengan santai sebelum memasuki grup chat pembacanya.

Tepat saat dia baru masuk, tiba-tiba dia dikerubungi oleh para pembacanya, yang menyerang dia dengan interogasi yang serius.

"Bagaimana aku bisa tahu? Aku juga sangat bingung!"

Dia tidak mau menggiring opini publik. Dia khawatir itu akan menyebabkan perdebatan. Kasus itu sendiri terlihat cukup rumit dan misterius. Dan yang terpenting, pembunuhnya sendiri masih belum jelas, dan dia tidak ingin membuat masalah untuk dirinya.

Namun, para gadis muda di grup obrolannya sangat bersemangat dengan kemiripan antara kasus kriminal dan novel miliknya, mereka tetap mencari tahu perkembangan naskah selanjutnya.

Xiang Wan tidak memiliki banyak pembaca setia. Kebanyakan adalah wanita, dan hanya beberapa dari mereka yang benar-benar mendukungnya, seolah-olah dia adalah saudara perempuan mereka sendiri.

Tapi ada kemungkinan, kalau satu di antara mereka adalah pembunuhnya...

Xiang Wan tegang, saat dia mencoba mencari seseorang yang tampak mencurigakan di dalam grup obrolannya. Meskipun demikian, para pembacanya terlihat tidak jauh berbeda dari biasanya. Mereka tertawa, bercanda, menegur, dan saling berdebat, nampak tidak terpengaruh oleh apapun. Tidak ada yang terasa aneh.

Apakah ini hanya kebetulan saja?

Ketika Bai Muchuan menelpon, Xiang Wan bersandar pada meja komputernya sambil memilah naskahnya.

Saat mendengarkan suara Bai Muchuan, dia merasa seluruh rambutnya berdiri karena reflek sambil menggenggam ponselnya lebih erat.

"Detektif Bai, apa ada sesuatu?"

"Kirimkan perkembangan naskah anda pada saya."

Permintaan ini terdengar masuk akal, namun Xiang Wan merasa tidak bisa berbuat apa-apa. "Bukankah pihak kepolisian sudah mengambil semuanya dari ponsel saya hari ini? Hanya itu yang saya punya..."

Dia berhenti sebentar. Menatap kembali ke layar komputer, dimana para pembaca masih sibuk dengan perdebatan panas, dia tiba-tiba teringat sesuatu.

"Tidak! Aku sudah mengirim dua naskah detail yang berbeda!"

Terdapat jeda sesaat sebelum Bai Muchuan menjawab, "Apa maksudmu?"

Xiang Wan duduk dengan tegak. Seperti seorang ahli penalaran deduktif yang tiba-tiba mendapatkan cahaya kebijaksanaan, dia mengepalkan tangan dengan erat hingga kepalan tangannya terasa lembab.

"Chapter yang aku umumkan secara online saat tengah malam, sebenarnya hanya versi keduaku saja, telah dimodifikasi dari yang pertama. Dalam versi pertamaku, aku menceritakan pembunuhnya sebagai wanita yang gemar menyiksa kucing. Pada hari kedua pembunuhan itu, dia melempar tiga ekor kucing yang telah dia siksa, hingga mati ke dalam tong sampah di depan rumah si pengusaha dan membakar mereka. Beberapa pembaca merasa itu terlalu mengganggu dan membuat mereka menjadi mual, jadi aku... ahem!"

Dia berhenti berbicara karena takut akan dianggap psikopat karena sudah menulis jalan cerita yang sadis.

"Detektif Bai, apa kamu masih mendengarkan?"

"Lanjutkan!" Suara Bai Muchuan terdengar seperti biasa.

Xiang Wan tidak bisa menenangkan emosinya. Keinginannya untuk segera menyelesaikan kasus kriminal itu membuat kemampuan berbahasanya menurun drastis. Karena itu, dia tidak bisa mengungkapkan pikirannya dengan jelas.

Dia melihat ke arah jam di layar laptopnya dengan gugup. "Pembakaran kucing yang telah mati di dalam novelku, mengambil waktu malam hari setelah kasus kejadian, yang mana akan terjadi malam ini..."

"Turunlah ke lantai bawah dalam waktu 5 menit," sela Bai Muchuan.

...

Xiang Wan telah menulis banyak kasus sebelumnya, namun ini adalah yang pertama yang membuatnya berhubungan langsung dengan kisah nyata.

Dalam waktu 5 menit, dia mencuci wajahnya, mengganti bajunya, mengaca, dan menggunakan lipstik berwarna terang.

Hal terakhir itu bisa disebut di luar kewajaran. Dia berkata pada dirinya sendiri bahwa dia melakukan hal itu untuk mepertahankan citranya sebagai penulis novel. Dia tidak ingin pergi keluar dengan wajah yang pucat dan bibir tak berwarna, seolah dia ketakutan dengan apa yang telah terjadi.

Mobil polisi Bai Muchuan diparkir tepat di bawah apartemen kecilnya.

Aura yang menekan dan serius keluar dari area dimana dia berdiri – sama seperti ekspresinya, yang membuat siapapun akan merasa takut dan terpukau di saat yang bersamaan.

Beberapa tetangga yang suka ikut campur menengokkan kepala mereka sebelum kembali masuk.

Xiang Wan berjalan mendekat. Dia bingung bagaimana dia bisa datang kesini dalam waktu yang sangat cepat. "Anda berada di sekitar area ini?"

Bai Muchuan tidak mengatakan apapun, tetapi hanya membuka pintu mobilnya dengan sopan.

Gang sempit itu masih sama seperti saat dia kembali tadi, dengan beberapa lampu redup berjajar pada jarak yang konsisten di dalam kegelapan. Ketika dia bersama dengan Bai Muchuan, dia tidak merasakan kecemasan yang terasa seperti sebuah bulu sedang menggelitik dadanya dan mencakar tenggorokannya.

"Detektif Bai, apakah ada perkembangan baru? Petunjuk baru?"

Pertanyaannya mungkin terdengar kurang tepat.

Namun karena kasus itu terhubung dengannya secara langsung, sel otaknya terlalu bersemangat sehingga kalimat itu terucap tanpa sadar.

Bai Muchuan melihat ke arah depan. "Tidak."

Jawabannya yang dingin dan singkat menghentikan keingintahuan Xiang Wan.

Mobil itu melaju dengan lancar menuju ke jalanan Kota Jin.

Dia menutup mulutnya dengan rasa malu, beberapa kali melirik ke arah Bai Muchuan dengan ujung matanya. Kebiasaannya menjadi aktif dalam perjalanan singkat ini—"Pembelajaran Karakter oleh Xiang" yang unik.

Dia telah membantu kepolisian seharian di Unit Investigasi Kriminal. Tentu saja, dia sudah terbiasa mendengar gosip.

Detektif Bai baru saja dipindahkan dari Biro Pusat Nasional milik International Criminal Police Organization (ICPO) sebagai Kapten Unit Investigasi Kriminal di distrik Hongjiang kota Jin, yang bisa dikatakan sebagai penurunan jabatan.

Itu berarti, dia berada disini untuk sementara waktu melayani unit level bawah selama beberapa waktu, dan akan mendapat kenaikan pangkat ketika dia kembali ke Biro Pusat.

Untuk orang seperti itu, walaupun dia tidak tahu kalau dia kompeten dalam pekerjaannya, namun dia tahu kalau latar belakangnya bukan sesuatu yang bisa dia anggap remeh.

"Kamu tidak suka kucing?"

Pertanyaannya membuat Xiang Wan terkejut. "Eh?"

"Kenapa kamu memikirkan penyiksa kucing?"

Dia mengungkapkan pertanyaannya dengan mimik wajah serius, namun entah kenapa, ada kelicikan. Xiang Wan merasa dia telah kembali ke ruang interogasi yang sempit.

Dia memenggenggam tangannya, membalikkan kepalanya, dan melihat ke arah bayangannya sendiri di kaca jendela. "Saat saya menulis versi pertama naskahku, penyiksaan kucing sedang muncul di berita..."

"Ha!" Bai Muchuan mencibir, "Kebetulan sekali!"

Xiang Wan bisa mendengar keraguan yang jelas pada suara Bai Muchuan, dan kedua pipinya mulai sedikit terasa panas.

Menulis karakter yang memiliki latar belakang mirip dengan Zhao Jiahang yang sudah meninggal, diikuti oleh alur penyiksaan kucing yang dia jelaskan, sebagai apa yang dia lihat di berita terbaru, tidak heran kalau dia dituduh sebagai tersangka.

"Kamu tidak paham bagaimana penulis bekerja. Terus menerus, memperbarui chapter setiap hari sangat menguras pikiran. Kadang-kadang aku merasa otakku benar-benar kering..."

"Kita hampir sampai!" Bai Muchuan jelas tidak tertarik dengan pekerjaannya. "Tempat sampah yang mana?"

"Ah?" Dia tidak bisa beraksi tepat waktu.

"Tempat sampah mana yang kamu gunakan untuk membuang kucingnya?"

"..." Apakah pria ini menyiapkan jebakan untuknya?

"Saya tidak melempar kucingnya," Xiang Wan terkesiap. "Saya hanya menulis naskah yang telah saya abaikan. Itu hanya sesuatu yang aku tulis dengan santai dan tidak bisa diterbitkan. Singkatnya, aku tidak menuliskan secara spesifik tempat sampah mana yang digunakan untuk membuang kucingnya."

Bai Muchuan menoleh dan menatapnya. Mobilnya berhenti, terparkir tak jauh dari tempat sampah di luar villa milik Zhou.

Xiang Wan melihat saat Bai Muchuan keluar dari mobil. Punggungnya nampak menyatu dengan kegelapan malam. Rasa dingin seolah menyebar dari ujung kakinya ketika dia masih di dalam mobil.

"Tunggu aku!" Dia membuka pintu dengan cepat untuk mengikutinya.

...

Langit malam ini terlihat sangat gelap.

Saat ini sudah tengah malam dan seluruh langit terlihat gelap gulita.

Area di sekitar villa sangat sepi. Ada aroma menyengat yang keluar dari arah tempat sampah.

Meowww!

Sebelum Xiang Wan dapat berjalan menuju Bai Muchuan, dia langsung terkejut, ketika ada seekor kucing melompat dari belakang tempat sampah.

Bersembunyi di belakang tempat sampah saat malam hari, kucing itu nampak seperti pelayan iblis – benar-benar mengerikan.

Xiang Wan merasa jantungnya menciut. Dia menahan nafasnya saat dia menatap ke arah belakang tempat sampah itu.

Satu detik!

Dua detik!

Tiga detik!

Sesaat kemudian, Bai Muchuan dengan tenang menegakkan diri dan menyisihkan sarung tangannya. Xiang Wan merasa tulang pungungnya membeku karena tatapan dingin di matanya ketika dia berbalik.

"Ada bekas terbakar di tempat sampah itu. Bangkai kucing, dua."

Walaupun ada sedikit selisih yaitu dua kucing yang mati dan bukannya tiga, namun apa yang terjadi benar-benar cocok dengan versi asli naskah yang dia tulis.

Dengan berbagai alur yang tumpang tindih, ini tidak bisa lagi disebut kebetulan saja!

Bai Muchuan memanggil tim forensik untuk mengirimkan orang demi mengumpulkan barang bukti.

Xiang Wan terdiam dalam waktu yang lama.

"Naskah itu, anda kirimkan kepada siapa?" Bai Muchuan berjalan pelan dua langkah menuju ke arahnya, bayangannya yang tinggi menutupi wajahnya yang sekarang menjadi pucat.

Seolah diselimuti oleh lapisan bayangan yang tak bisa ditembus, pikiran Xiang Wan mendadak kosong dan dia terdengar kehabisan nafas saat dia berbicara.

"Saya ingat... Saya mengingatnya sekarang!"

Dengan kakinya yang menginjak bayangan gadis itu di bawah cahaya bulan, Bai Muchuan mengarahkan pandangannya ke dalam matanya.

Adegan ini terlihat dingin dengan cara yang tak biasa. Kedua mata Xiang Wan terlihat ketakutan. Rasa cemas tumbuh dalamnya dirinya dan mencengkeram jantungnya erat-erat.

"Wanita itu, wanita yang ada di gang itu..."