"Bertaruh untuk apa? Ye Xingling sudah pasti kalah!" Sebagian besar dari mereka berkata.
Di mata mereka, Ye Xingling dan Lu Tao berada pada kelas yang berbeda. Tidak masuk akal rasanya harus menentukan taruhan bagi mereka berdua.
Dengan ekspresi wajah tenang, Xia Ling mulai melakukan beberapa gerakan pemanasan, kemudian memberi tanda pada wasit untuk memulai. Wasit yang dipilih oleh para trainee yang menonton memastikan bahwa Xia Ling dan Lu Tao sudah siap. Ia segera memberi tanda dimulainya kompetisi tersebut.
Pada dasarnya, melakukan gerakan kincir angin tidaklah menguntungkan bagi seorang perempuan. Tetapi, tidak seorangpun dapat melepaskan pandangan mereka dari Xia Ling ketika gadis itu meletakkan kedua tangannya di lantai, meregangkan tubuhnya, dan mulai berputar. Kaki-kakinya yang panjang dengan anggun menendang ke udara membentuk sebuah busur yang sempurna, dengan gerakan yang pasti yang hanya bisa dilakukan karena kepercayaan diri. Banyak orang berlatih gerakan ini. Tetapi, yang dapat melakukan gerakan sulit ini dengan gaya dan keanggunan sangatlah jarang ditemui. Tidak, lebih tepatnya, tidak ada orang lain lagi yang dapat melakukannya.
Pandangan sebagian besar dari penonton terpaku pada Xia Ling, dan mereka tidak dapat mengalihkan mata darinya.
"Ya Tuhan, apakah ini juga termasuk gerakan kincir angin..." Seorang gadis berkata dengan terkesima. "Gadis ini tampak sangat anggun. Sama sekali tidak kelihatan bahwa ia sedang melakukan breakdance."
"Benar…" Seorang penonton laki-laki menimpali, "Gerakannya sangatlah indah dan keren. Tariannya benar-benar tiada duanya."
Fokus Xia Ling saat ini bukanlah pada komentar-komentar yang terlontar dari kerumunan yang mengelilinginya, tetapi pada dunia yang berputar di depan matanya. Berwarna-warni dan penuh kepercayaan diri. Meskipun keahliannya bukanlah pada breakdance, bukan berarti bahwa ia tidak bisa melakukannya dengan baik. Di kehidupannya yang lalu, ia terlibat dalam pembuatan video musik yang mengharuskannya melakukan gerakan kincir angin. Sang direktur mengusulkan padanya untuk menggunakan seorang pemeran pengganti, tetapi Xia Ling meyakinkannya untuk melakukan gerakan itu sendiri. Demi pembuatan video musik, Xia Ling berlatih keras selama beberapa waktu untuk menyempurnakan gerakan tersebut. Semakin sering ia berlatih, semakin jatuh hati ia pada gerakan tari kincir angin itu.
Bahkan setelah menyelesaikan pembuatan video musik, ia masih melakukan gerakan ini dari waktu ke waktu untuk bersenang-senang dan sebagai bagian dari latihan hariannya demi mempertahankan koordinasi dan fleksibilitas tubuh.
Pei Ziheng bahkan pernah berkata bahwa ia diberkati oleh para dewa. Banyak orang berusaha mempelajari gerakan tarian ini selama bertahun-tahun dan gagal. Sebaliknya, Xia Ling yang mempelajarinya hanya untuk bermain-main, dengan mudah mencapai angka putaran yang sangat menakjubkan.
Tetapi…
Pikiran Xia Ling menerawang lebih jauh lagi. Pei Ziheng… apakah ia pernah mempertimbangkan betapa kerasnya Xia Ling berlatih untuk membangun pondasi tariannya hingga mencapai levelnya sekarang? Dasar inilah yang menguatkannya untuk melakukan semua variasi tarian dengan sempurna. Terlebih lagi, berkat fleksibilitasnya, Xia Ling dapat dengan segera menyesuaikan diri dengan setiap lagu dan situasi.
Ia mendengar orang-orang di sekelilingnya berhitung dengan keras.
Mereka yang berada di depan berhitung untuk Lu Tao. "32, 33, 34…"
Mereka yang berada di belakang berhitung untuknya. "29, 30, 31…"
Xia Ling memulai gerakannya pada saat yang sama dengan Lu Tao, tetapi kecepatan putarannya lebih lambat daripada laki-laki itu. Hal ini dikarenakan keahlian Lu Tao adalah gerakan breakdance, yang mengharuskannya untuk bergerak secara cepat dan keren. Berbeda dengan Xia Ling, saat ia membuat video musik itu, sang direktur memintanya untuk bergerak lebih lambat demi menimbulkan atmosfer misterius yang menawan. Kemudian, saat ia melakukan gerakan kincir berputar untuk sekedar bermain-main, ia juga lebih memfokuskan diri pada aspek aerobic dan fleksibilitasnya.
Xia Ling tidak pernah berlatih untuk kecepatan gerakan.
Lu Tao berputar dengan lebih cepat lagi, seolah-olah tidak menjadi lelah. "46, 47, 48…"
Xia Ling terus mengikuti dengan gerakan yang lebih lambat. "40, 41, 42…"
Lu Tao mulai menunjukkan ekspresi terkejut di wajahnya karena ia tidak pernah menyangka bahwa ada orang lain yang dapat bertahan sekian lama. Lu Tao semakin sering mengarahkan pandangannya pada Xia Ling sembari memindahkan berat badannya pada tangan yang lain.
Xia Ling hanya berpegang pada prinsip sederhana. Apabila Lu Tao tidak berhenti, ia juga tidak akan berhenti.
Akhirnya, Lu Tao kehabisan tenaga. Ketika penonton yang berkerumun menyebutkan angka 67, Lu Tao tiba-tiba berhenti dan berdiri. Ia mengabaikan orang-orang yang berlari mendekatinya dengan handuk dan air, matanya melekat pada gerakan-gerakan Xia Ling, bibirnya berkerut penuh konsentrasi.
Xia Ling terus berputar dengan kecepatannya, dan hitungan para penonton di sekelilingnya berlanjut. "59, 60, 61…"
"Ya ampun, padahal Lu Tao sudah berhenti tetapi Xingling masih melanjutkan dengan baik…"
"Tetapi ia kalah cepat dibandingkan Lu Tao."
"Benar, tetapi lihat betapa stabilnya gerakan Ye Xingling. Ia akan segera mengalahkan hitungan putaran Lu Tao!"
Gumaman dari kerumunan di sekeliling Xia Ling dan Lu Tao semakin keras, dan teriakan-teriakan yang menghitung putaran Xia Ling juga semakin keras dan terus bertambah. "69, 70, 71…"
Kerumunan yang mengelilingi mereka sepertinya begitu bersemangat ketika Xia Ling berhasil melampaui Lu Tao. Tidak setiap hari mereka melihat sesuatu yang begitu luar biasa terjadi. Xia Ling mendengarkan dengan seksama, dan ketika orang-orang meneriakkan hitungan "75", ia segera menghentikan gerakannya. Ia hanya perlu mengalahkan Lu Tao, tidak perlu memamerkan superioritasnya dengan kelebihan hitungan yang terlalu jauh.
Erangan kekecewaan terdengar dari kerumunan di sekeliling mereka.
"Ah sayang sekali, ia berhenti…"
"Ia telah berputar untuk waktu yang lama. Lagipula, ia hanyalah seorang gadis. Normal saja kalau tubuhnya tidak kuat lagi…"
"Iya juga…"
Di tengah-tengah gumaman orang-orang, ekspresi Lu Tao terlihat kelam.
"Mengapa kau berhenti?"
Xia Ling menjawab dengan mudah. "Aku lelah."
Lu Tao memelototkan matanya pada Xia Ling seolah-olah ingin memastikan apakah ia sedang berbohong.
Xia Ling tersenyum dan berkata pada Lu Tao, "Kau kalah."
Lu Tao mengerutkan dahinya ketika ia menyadari pernyataan itu sebagai suatu kebenaran. Ia kemudian mendekati Xia Ling dengan ekspresi suram dan berlutut di hadapan gadis itu.
"Ye Xingling, aku minta maaf." Ia berlutut tanpa ragu-ragu, menunjukkan konsekuensinya terhadap taruhan yang telah ia buat.
Xia Ling hanya ingin melihat perubahan sikap dari orang-orang di sekelilingnya, supaya mereka tahu bahwa dia tidak dapat diremehkan dan mereka berhenti mengganggunya. Karena Lu Tao telah mengakui kekalahannya, maka ia tidak ingin mempersulitnya lagi. "Kau dapat berdiri," Katanya, seraya beranjak pergi.
"Ye Xingling!" Lu Tao memanggilnya dari belakang.
Xia Ling menghentikan langkahnya dan mendengar pertanyaan yang dilontarkan padanya. "Darimana kau belajar gerakan kincir angin?"
Xia Ling tidak menjawab dan hanya melambaikan tangannya dengan tetap membelakangi Lu Tao, ia menerobos kerumunan orang-orang yang mengelilinginya.
Luo Luo, yang telah bergabung dengan kerumunan penonton setelah pertarungan berlangsung setengah jalan, memeluk Xia Ling dengan erat saat ia berjalan keluar dari kerumunan. "Xingling! Bagaimana mungkin kau melakukan taruhan yang berbahaya itu dengannya! Bagaimana kalau kau kalah? Kau tidak boleh begitu gegabah!"
Sambil berbicara, mata Luo Luo memerah seolah-olah hendak menangis.
Tidak dapat dipungkiri bahwa Xia Ling tersentuh dengan perhatian Luo Luo. Untuk seseorang yang tidak ada hubungan apa-apa dengannya, ia begitu setia dan perhatian terhadapnya… Xia Ling tidak mampu menerima semua kebaikan itu. Ia tidak mau lagi mengalami pengkhianatan yang sama dan keputusasaan yang dirasakannya di kehidupannya yang lampau. Di kehidupan ini, ia bertekad untuk tidak memiliki hubungan apapun dengan siapapun. Memiliki hubungan sungguh membuatnya takut.
"Jangan menangis untukku," Ia mendorong Luo Luo menjauh dan memutar tubuhnya. "Aku bisa mengurus diriku sendiri. Ini tidak ada hubungannya denganmu."
Untuk sesaat, tidak ada jawaban dari balik tubuhnya. Kemudian, ia merasa Luo Luo memeluknya lebih erat lagi. "Apa maksudmu tidak ada hubungannya denganku? Kita adalah teman!"
"Teman…" Xia Ling memejamkan matanya sesaat dan berkata, "Tidak ada kata itu di dalam kamus hidupku."
Tubuh kecil yang berdiri di belakangnya seolah membeku. Xia Ling ragu-ragu untuk sesaat, tetapi kemudian mendorong Luo Luo menjauh. Saat itu, ia merasakan kekosongan dan keengganan untuk berpisah.
Meski hanya sekejap.
Di sekelilingnya, terdengar gumaman dari kerumunan. Tampaknya, orang-orang menganggap tontonan hari ini terlalu berharga untuk dilewatkan. Pertama, gerakan tarian Xia Ling yang menghebohkan karena ia berhasil mengalahkan Lu Tao, diikuti dengan putusnya persahabatan antara Luo Luo dengan dirinya.
Banyak dari mereka menunjuk-nunjuk ke arah Xia Ling, yang awalnya memuji keahlian tariannya berganti mencela sikapnya pada Luo Luo.
"Baru saja aku merasa kagum kepadanya setelah ia berhasil mengalahkan Lu Tao. Siapa sangka ia akan memperlakukan temannya seperti itu setelah meraih sukses? Apakah ia lupa siapa yang berada di sampingnya ketika ia hampir diusir keluar dari akademi?"
"Benar-benar tidak tahu berterima kasih."
"Iya."
Xia Ling melangkah menuju pintu di tengah-tengah kritikan tersebut. Ia ingin berjalan lurus, tapi ia tak kuasa menahan dan akhirnya menoleh ke arah tubuh kecil Luo Luo yang masih terpaku di tempat yang sama, sementara kerumunan orang sengaja menjaga jarak darinya. Luo Luo terlihat kesepian dan tak berdaya.
Xia Ling mengeraskan hatinya dan segera berbalik pergi.