Chereads / CINTA SEORANG PANGERAN / Chapter 47 - Tangisan Hati

Chapter 47 - Tangisan Hati

Pangeran Nizam membuka pintu kamar pengantin. Begitu pintu dibuka sontak para pelayan,penjaga, perawat dan dokter serta Ratu Sabrina dan Ratu Kulsum melihat ke arah Pangeran Nizam dengan penuh rasa ingin tahu. Melihat wajah Pangeran Nizam yang sedikit basah memberikan kesan kepada seluruh orang yang ada bahwa Pangeran Nizam berkeringat. Apalagi ditambah dengan sedikit berakting, Pangeran Nizam berakting memperlihatkan wajah yang lelah.

Ratu Sabrina memeluk putranya dengan perasaan bahagia. Pangeran Nizam balas memeluknya.

"Syukur Alhamdulillah anakku. Ibunda ucapkan selamat. Semoga kalian segera diberkahi keturunan yang sehat dan sholeh."

"Terimakasih Ibunda, Tentunya Ibunda Ratu dan Ibunda Ratu Kulsum ingin segera menemui Putri Reina. Hamba mohon pamit untuk beristirahat, hamba sangat lelah " Pangeran Nizam melembutkan suaranya seakan-akan Ia kehabisan tenaga.

"Oh ya..ya.. silahkan.. istirahat lah agar badanmu segar kembali."

Setelah mencium tangan ibunya dan tangan mertuanya. Pangeran Nizam pergi ke kamarnya seraya diikuti oleh para pelayan, penjaga dan tentu saja Paman Harun pengasuhnya. Karena jarak antara istana Muthmainnah dan Istana Pangeran Nizam sedikit jauh maka pangeran Nizam naik tandu. Apalagi Ia sudah menjalani malam pengantin tentunya sangat lelah. Dan tentu saja pangeran Nizam harus bersedia naik tandu walaupun sebenarnya Ia tidak lelah sama sekali.

Begitu sampai di Istananya pangeran Nizam segera memanggil Paman Harun untuk masuk ke dalam kamarnya.

"Paman..kau segera temui Mak Andam. Pastikan Ia untuk tutup mulut karena Ia pasti akan tahu bahwa darah yang ada sprei itu bukanlah darah kesucian Putri Reina."

Paman Harun tercekat. "Ba... bagaimana mana mungkin Yang Mulia melakukan hal itu."

"Tidak usah banyak bertanya, Aku sudah sangat pusing dengan pernikahan ini. Kalau sampai Ibunda tahu Aku sudah membodohi nya maka Aku akan habis..the end"

"Yang Mulia bagaimana Mak Andam akan menutupi kasus ini. Ini adalah permasalahan yang sangat besar. Mengingat perayaan kesucian Putri Reina akan dilaksanakan besok."

"Maka dari itu Paman harus membungkam mulutnya. Suap dia dengan uang, emas, kendaraan terbaru atau apa saja sebanyak yang tidak pernah dia bisa bayangkan. jika Ia tetap tidak mau maka bunuh saja seluruh keluarga nya. Apakah Paman tahu, tadi Putri Reina hendak bunuh diri. Aku sebenarnya tidak perduli dengan nyawanya. Tetapi karena kalau dia mati maka Aku pasti tidak akan pernah bisa melihat Alena lagi maka Aku berusaha mencegahnya."

Melihat mata anak asuhnya menyala bagai ada bara api yang tersimpan di kedua bola matanya. Paman Harun tidak berani berkata apapun. Dalam hati nya Ia berkata. Bagaimana mungkin cinta bisa merubah orang begitu cepat. Pangeran Nizam yang baik hati berubah menjadi begitu kejam.

Kemudian Ia juga menyalahkan Ratu Sabrina yang memang ambisius. Seandainya Pangeran Nizam diijinkan untuk menikahi Alena langsung, tentu hal ini tidak akan terjadi. Paman Harun menghela nafas lalu segera pergi bergegas menemui Mak Andam kerajaan.

Mendengar titah Pangeran Nizam melalui Paman Harun membuat Mak Andam sangat terkejut Tetapi tentu saja Ia paham karakter Pangeran Nizam sekarang-sekarang ini. Bagaimana mungkin Ia menolak keinginan Pangeran Nizam semata-mata bukan karena Ia tertarik dengan seluruh pemberian yang akan diberikan kepadanya. Tetapi karena keselamatan keluarga nya terancam maka Ia akhirnya menyerah. Ketahuan Ratu Sabrina jika Ia berbohong maka Ia juga tidak akan selamat. Sulitnya hidup di lingkungan Istana memang suatu resiko yang harus Ia terima. Karena jabatan sebagai Mak Andam turun temurun diturunkan dari generasi ke generasi.

***

Setelah melepas Pangeran Nizam pergi Ratu Sabrina dan Ratu Kulsum segera masuk ke dalam kamar pengantin. Mereka melihat Putri Reina sedang menangis terisak-isak.

"Ananda Putri Reina sayangku. Sudah jangan menangis lagi. Pasti Ananda sangat kesakitan. Entah bagaimana Ia melakukan nya hingga Ananda terlihat sangat tersakiti. " Kata Ratu Sabrina sambil memeluk Putri Reina. Matanya melihat gaun tidur Putri Reina yang teronggok dibawah ranjang. Lalu Ia melihat ada bekas gigitan di dekat payudara sang putri. Terakhir Ia mengangkat lengan Putri Reina dan Ia tampak mengerutkan keningnya melihat bekas gigitan dibawah lengan.

"Mengapa Pangeran malah menggigit bawah lengan Ananda, membuat Aku sukar melihat tanda suci mu." Ratu Sabrina mengomel.

" Tanda itu sudah hilang, Ibunda Ratu." Kata Putri Reina dengan nada sedih kemudian menangis lagi

" Sudah..sudah jangan menangis lagi, Apa rasanya sangat menyakitkan? Apa Pangeran terlalu kasar?"

Putri Reina menggelengkan kepalanya. Andaikan ibu dan mertuanya tahu bahwa Ia menangis bukan karena menjalani malam pertama tetapi Ia menangis karena rasa sakit dihatinya.

"Apakah Ananda masih berdarah? Apa Ananda mengalami pendarahan? Biar dokter memeriksanya." Lagi-lagi ibu mertua nya terlihat sangat mendominasi dirinya. Sementara itu ibunya sendiri hanya menatapnya saja penuh rasa khawatir.

"Ti...tidak jangan Bunda, hamba tidak apa-apa. Hanya terkejut sedikit. Tolong pakaian hamba, Hamba malu masih telanjang." Putri Reina meminta pakaiannya. Ia memegang selimut yang menutupi tubuhnya dengan erat. Kakinya terluka Ia tidak mertuanya melihat dan menanyakan hal itu.

Ratu Sabrina melambaikan tangannya pada pelayan yang memegang nampan berisi pakaian bersih.

"Ibunda hamba hendak berpakaian dahulu. kemudian ingin beristirahat karena sangat letih." Putri Reina berkata perlahan. Ratu Sabrina segera beranjak dari duduknya.

"Baiklah Putri Reina. setelah berpakaian, kain spreinya segera ditarik dan serahkan pada pelayan untuk diberikan ke Mak Andam"

"Hamba mengerti, biar nanti Fatimah yang akan memberikan spreinya" Kata Putri Reina sambil tetap berbaring dan menyembunyikan kaki kirinya yang berdarah di bagian ibu jarinya. Ia melihat Ratu Sabrina ingin melihat sprei yang masih Ia tiduri. Tapi Putri Reina seperti menutupi nya. Akhirnya Ratu Sabrina menyerah. Ia berpikir mungkin Putri Reina merasa malu.

"Apakah Ananda ingin ditemani oleh Ibunda Ratu Kulsum?. Apakah Ananda lapar? Menginginkan sesuatu" Tanya Ratu Sabrina.

"Tidak Ibunda hamba tidak ingin apa-apa, Hamba hanya ingin beristirahat sendiri, Biarlah Ibunda hamba juga beristirahat." Putri Reina menolak ditemani siapapun. Akhirnya kedua bundanya itu pergi dari hadapannya. Putri Reina hanya minta ditemani oleh orang kepercayaan nya yaitu pelayannya Fatimah.

***