Chereads / CINTA SEORANG PANGERAN / Chapter 32 - Bertahanlah

Chapter 32 - Bertahanlah

New York.

Alena menatap gelas minuman di kafe. Hari ini Ia janjian mau bertemu sisca temannya. Waktu bertemu saat itu, Sisca tidak jadi datang ke apartemennya karena ada sesuatu hal. Alena melihat handphonenya. Ia menunggu Nizam menghubunginya tetapi sayang berulang kali ia menatap layar handphone. Nizam masih belum menghubunginya. Entah sedang apa Ia di Azura hingga Ia tidak sempat menghubungi Alena.

"Alena.. " Tiba-tiba terdengar suara gadis dibelakangnya. Ia berbalik dan melihat seorang gadis menatapnya dengan pandangan kosong dan putus asa.

"Elsa.. Apa kabarmu? " Alena menatap kaget, Ia tidak mengira kalau Ia akan bertemu dengan Elsa di kafe ini apalagi dengan kondisi Elsa seperti itu. Elsa yang biasanya tampil cantik dan bersemangat kini tampak lusuh.

"Aku sengaja mencarimu.. " Wajah Elsa terlihat sangat sedih. Wajah sombong dan keras kepalanya seakan menghilang.

"Ada apa Elsa? Katakanlah. Apa yang bisa kubantu. Oh ya duduklah Elsa. " Alena berkata sambil mempersilahkan Elsa duduk.

"Aku mau minta maaf atas kejadian waktu itu, Aku sungguh tidak bermaksud untuk melakukan perbuatan sejahat itu. " Elsa berkata perlahan sambil duduk di depan Alena.

"Sudahlah Elsa, Aku sudah melupakannya. Lagipula Aku benar-benar tidak tahu kalau Kamu mencintai Edward. Kamu harus tahu kalau Aku sama sekali tidak pernah mencintai Edward. Seandainya Aku tahu. Aku tidak akan pernah berjalan bersama Edward."

"Aku tahu itu. Sejak pertemuan kita yang pertama dan kau mempersilahkan aku untuk berbincang dengan Edward. Aku tahu bahwa kau tidak mencintai Edward. Hanya saja masalahnya adalah Edward sangat mencintaimu."

Alena termenung bingung. "Maafkanlah Aku Elsa, Aku tidak tahu Aku harus bagaimana. aku selama ini mencintai Nizam. Dan malam itu sebenarnya Aku sudah menyerah, makanya Aku bersedia menjadi teman dansa Edward. Tetapi itu bukan berarti Aku sudah membalas cintanya"

" Ini bukanlah salahmu, Kau tidak tahu Aku mencintai Edward. Bukankah selama ini kita tidak saling mengenal. Aku hanya ingin Kau menemaniku untuk menemui Edward dan menjelaskan bahwa Aku tidak bersalah. Sampai saat ini Edward sama sekali tidak mau menemuiku. Padahal Aku sudah berulang kali menjelaskan kepadanya. Terakhir Aku meminta George untuk menemaniku meminta maaf dan memberikan penjelasan. Tetapi semua itu sia-sia."

"Tentu saja Aku bersedia menemanimu untuk menemui Edward. Aku sangat berharap kalian dapat bersama selamanya." Alena mengulurkan tangannya mengenggam tangan Elsa.

"Kamu sungguh baik hati Alena. Aku menyesal telah memusuhimu bahkan Kamu nyaris saja celaka gara-gara Aku. Untung saja Nizam bergerak cepat"

"Jangan kau pikirkan itu, sesungguhnya Aku sangat berterima kasih padamu. "

Elsa terkejut dan melihat Alena dengan pandangan tidak mengerti.

"Kamu tahu, gara-gara kejadian itu, Aku memperoleh cinta Nizam. Padahal Aku sudah putus asa karena keangkuhannya. Kamu tau Elsa, Tuhan akan selalu menolong orang yang berusaha. Kamu juga jangan putus asa. Ayo perjuangkan cinta kamu. "

"Bagaimana Kalau Aku gagal? "

"Perjuangkan dulu sekuat tenaga baru nanti menyerah."

Elsa menatap Alena dengan rasa terima kasih.

"Maukah Kau menemaniku sekarang? " Tanya Elsa penuh harap.

Alena terdiam kebingungan, bukankah Ia sedang menunggu Sisca. Tetapi melihat wajah Elsa yang kuyu dan pucat Ia sungguh tidak tega. Biarlah Ia pergi menemani Elsa. Pertemuannya dengan Sisca bisa lain kali.

"Ayolah kita pergi sekarang. Kira-kira Dia ada di mana sekarang? " Tanya Alena sambil menyambar tasnya.

"Dia ada di Bar Brother."

"Kita naik mobilku saja" Alena menuntun Elsa sambil berjalan buru-buru.

***

Bar Brother tampak ramai oleh para pengunjung padahal hari masih sore.

"Itu dia, sedang minum seorang diri" Elsa menunjuk pada pria yang berambut pirang.

Alena tahu itu adalah Edward. Alena lalu berjalan menuju Edward dengan gagah seakan Ia membawa misi yang maha penting.

Mata Edward membesar melihat Alena. Sungguh suatu kejutan yang menyenangkan setelah berulang kali Ia gagal menghubungi Alena. Alena selalu menolak setiap diajak bertemu. Bahkan setiap dikirim pesan. pesan itu hanya dibaca saja tampa dibalas. Tetapi entah ini keberuntungan dari dewi fortuna sehingga Kali ini Alena malah mendatanganinya langsung. Bagaimana Ia bisa meluapkan rasa gembira ini. Ditatapnya wajah cantik itu dengan penuh gairah.

"Alena.. sungguh suatu kejutan yang menyenangkan.." Katanya sambil mengulurkan tangannya mau meraih tangan Alena. Tapi uluran tangannya mendadak berhenti melihat Elsa ada dibelakang tubuh Alena. Sosok tubuh yang sangat dibencinya akhir-akhir ini.

"Mengapa kau datang dengan Perempuan sialan itu. Jangan bilang ia menyuruhmu untuk datang memintakan maafnya padaku. " Wajah Edward tampak kelam. Matanya yang hijau bagai zamrud itu sungguh tidak enak dilihat.

Alena terkejut mendengar bahasa Edward yang begitu kasar. Ia sama sekali tidak menduga bahwa Edward yang selama ini begitu lembut dan baik hati berubah menjadi begitu kejam.

"Edward!! " Mengapa kau berkata begitu. Kau seperti bukan Edward yang ku kenal.. "

"Ini semua karena Wanita itu. Alena, seharusnya Kau menjadi milikku. Nizam sama sekali tidak mencintaimu. Kalau Ia benar-benar mencintaimu tentu Ia akan berusaha untuk memperolehmu. Nyatanya pada malam itu Dia menyerahkanmu untuk Aku jaga. Dia bilang tidak mencintaimu dan tidak ada urusan denganmu. "

Alena terkejut mendengar kata-kata Edward.

"Apa maksud dari perkataanmu? "

"Malam itu sebelum pesta dansa aku meminta penjelasan padanya apakah Nizam mencintaimu atau tidak. Dia Menjawab: tidak. Ketika Aku tanya apakah aku boleh mencintaimu. Dia menjawab : silahkan, karena dia tidak ada hubungannya denganmu. Pria seperti itu bagaimana bisa membahagiakanmu? "

Hati Alena langsung terasa kosong dan hampa. Ia tidak mengira Nizam mengatakan itu semua terhadap Edward. Ada keraguan yang langsung menyerang hatinya. Ia menatap Edward dengan mata berkaca-kaca. Tapi Ia cepat menguasai perasaannya. Ia harus mengesampingkan perasaan galaunya. Ada Elsa yang sedang menunggunya.

"Edward terlepas dari semua itu, maukah Kau memaafkan Elsa."

"Maaf?? Setelah Ia menghancurkan semua harapan untuk memilikimu. Sekarang dia seenaknya datang untuk meminta maaf. Sungguh Aku tidak senaif itu"

"Aku yang memohon untuknya. " Alena memegang tangan Edward.

Tiba-tiba mata Edward bersinar licik. " Kecuali kau bersedia menikah denganku maka masalah Aku dan Elsa akan aku lupakan."

Alena segera melepaskan pegangannya.

"Kamu jangan menuntut sejauh itu. " Kata Alena lemah.

"Kenapa tidak, Cinta Nizam belum tentu sebesar aku mencintaimu. Hiduplah denganku Alena. Aku bersumpah akan melakukan apa saja untukmu."

Alena menggelengkan kepalanya Ia menoleh ke arah Elsa dengan cemas. Elsa datang kepadanya dengan beban yang berat sekarang Ia harus mendengar perkataan Edward yang menyakitkan.

Wajah Elsa yang putih menjadi semakin putih karena pucat pasi.

"Edward...Bertahun-tahun Aku mencintaimu, sejak dari SMA sampai sekarang. Aku selalu ada disampingmu selama ini. Kamu juga selalu ada disampingku. Jika memang seperti itu keputusanmu untuk tetap ada disamping Alena. Aku tidak akan memaksa lagi. Hanya ... Aku mohon maafkanlah Aku. Sungguh Aku tidak pernah berpikiran untuk berbuat sejahat itu pada Alena. Aku hanya ingin dia menjauh darimu. Aku ingin Kau Kembali berada disisiku sama seperti waktu Alena belum ada" Suara Elsa terdengar memelas. Lalu ia berbalik melangkah gontai menuju keluar.

Di luar dugaan tiba-tiba Elsa meraih sebuah gelas cocktail di atas meja yang dilaluinya. Dan prang.. Ia memukulkan gelas itu ke sebuah meja. Lalu pecahan gelas yang runcing itu Ia sayatkan ke pergelangan tangan tepat di atas nadi besarnya. Darah seketika mengalir.. Tetapi Elsa sama sekali tidak mengeluh atau menjerit. Ia seakan tidak merasakan sakit dan malah tetap berjalan dengan gontai.

"ELSAA!!! " Alena memekik seraya berlari memburu Elsa. Edward yang sama terkejutnya Ia pun segera menghambur ke arah Elsa. Secepat kilat Ia meraih tubuh Elsa membopongnya dan berlari keluar.. darah mengalir tiada henti. Membasahi lantai Bar yang dingin. Suasana di Bar langsung gaduh. Alena yang panik mengikuti langkah Edward yang memburu keluar.

"Bawa ke mobilku saja. Edward.. cepat darahnya semakin banyak.. Oh Elsa bertahanlah.. Mengapa kamu lebih bodoh daripada Aku" Alena mulai menangis.