Bagian 15. Month dan Rani (1)
Surat pengunduran diriku sudah aku letakkan di meja direksi. Aku masih ada waktu 1 bulan untuk menyelesaian semua pekerjaanku di kantor ini. One-month notice.
Selanjutnya, pekerjaanku di kantor ini akan diserahterimakan kepada Month
Month duduk di kursi di hadapan mejaku.
"Gel..lu serius ya soal berhenti dan buka usaha?"tanyanya
"Iya bro.. oh iya,gue minta kontek rekan bisnis bokap lu ya.. gue mau coba impor baju branded untuk dijual seperti saran lu.."
"Gampang mah kalau soal itu.. nanti gue tinggal sounding ke bokap gue biar kalian bisa ketemuan buat bahas sistem pembayaran dan penerimaan barangnya.."ujar Month,"by the way..nanti malam jadi gaa??" Month menagih janjiku kemarin. Aku dan Vele memang berencana mempertemukan Month dengan Rani nanti malam.
"Jadi kok..jadi... tempatnya di kafe di dermaga pantai mutiara.." jelasku."nanti pulang kerja samperin gue ma Vele disana aja.."
"Oke deh..eh,Gel...gue bawa bunga kali ya?"tanya Month.
"Boleh juga tuh.. tapi jangan bawa sama pot-potnya ya.. dibuket aja bunganya biar terkesan lebih romantis.."saranku.
"Iya dong..emangnya ada ya orang bodoh yang kasih bunga ke cewek sama pot-potnya?"ujar Month sambil tertawa.
Aku hanya menyengir sedikit. Ya, orang bodoh itu adalah aku. Aku bukan orang yang romantis. Month aja tahu soal bunga tidak perlu diberikan bersama dengan potnya.
"Yaudah.. oh iya, lu tolong cover kerjaan gue besok ya.. besok gue mau make jatah cuti gue.. gue mau cari lokasi usaha sama Beth besok.." ujarku.
"Oke,bro.."jawab Month sambil berjalan keluar dari ruanganku.
Aku menyandarkan badanku ke kursi kerjaku. Aku memperhatikan sekeliling ruangan. Ruanganku ini besarnya 2x2 dengan sekat ruangan dari kaca tempered glass. Lantai ruang kerjaku dilapisi karpet abu-abu. Hembusan angin sejuk dari ac sentral mengenai pelipisku.
Sepertinya aku bakal kangen dengan ruanganku ini. Butuh waktu 4 tahun bagiku untuk naik jabatan hingga ke jenjang ini. Tak lama lagi, Aku akan meninggalkan pekerjaanku di kantor ini. Sekali lagi terpintas di benakku, apakah pilihan yang kubuat ini benar? Semoga saja tidak ada masalah.
'Bib-bib!' Suara BBM dari Hpku berbunyi. Vele mengirimkan pesan padaku.
'Gel.. nanti kamu pulang kerja jam berapa?' Ujar Vel melalui pesan BBMnya.
'Jam 5 mungkin,Vel' balasku. Aku memang tidak berencana untuk lembur malam ini. Apalagi nanti malam aku sudah berencana membantu Month memperjuangkan cintanya.
'Boleh nebeng ga? Jemput aku dulu nanti di klinik..'pinta Vele..'kalau ga bisa juga ga apa-apa sih..aku nanti naik taksi aja.'
Klinik tempat Vele bekerja memang searah dengan kafe tujuan kami. Tidak ada salahnya aku menjemput Vele dulu nanti.
'Boleh,Vel.. nanti jam 5an kujemput.. oh iya..aku bawa motor ya..'ujarku.
'Oke,Gel.. sampai nanti ya..nanti kabarin kalau udah jalan..c.u..'
'Ok,c.u'
Aku meletakkan kembali handphoneku ke atas meja. Seharusnya tidak ada masalah kalau aku menjemput Vele. Vele juga pasti cuma menganggapku sebagai teman saja. Apalagi dia sangat cantik. Mana mungkin dia menaruh perasaan padaku, Pikirku.
--
Tepat pukul 17.00, aku menyimpan semua dokumen di meja dan menutup laptopku. Aku mematikan lampu ruanganku dan keluar dari ruangan. Aku mengintip ke arah ruangan Month. Month juga sudah keluar dari ruangannya dan sedang mematikan lampu ruangannya. Rencananya, Month akan pergi ke toko bunga terlebih dahulu baru menyusul ke kafe di dermaga.
Month dan aku turun menggunakan Lift bersama.
"Udah siap buat hadapin Rani?" Tanyaku pada Month.
"Ready or not, here i come!" jawabnya dengan semangat.
Aku hanya menyengir mendengar ucapan Month.
Aku langsung mengambil motorku dan pergi menuju ke klinik Vele. Month membawa mobil sedan putihnya. Aku pasti akan sampai lebih dulu karena Month pasti akan terjebak macetnya Jakarta.
--
Aku sampai di depan klinik tempat Vele bekerja. Vele berjalan keluar dan menghampiriku. Ia mengenakan tanktop hitam dengan kardigan putih sebagai luaran dan celana jeans pendek.
Apa lagi yang kurang dari gadis ini? Vele, gadis class S berdiri di depanku. Wajahnya sangat cantik, tubuhnya seksi dan sifatnya juga sangat humble. Pasti banyak pria yang ingin menjadi pacarnya.
'Glek', Aku menelan ludahku. Bentuk tubuh Vele terlihat jelas dihadapanku. Pandanganku salah fokus ke arah dadanya. Belahan dadanya sedikit terlihat dari balik tanktopnya.
"Kamu lihat apa?"tanya Vel tiba-tiba. Sepertinya ia menyadari kalau pandanganku tadi mengarah ke dadanya.
"Eh..ah..nggak..anu.. udah mau jalan?" Ujarku gelagapan. Aku langsung memberikan Helm kepada Vele.
Vele tertawa kecil sambil menerima helm dariku. "Yuk.."ujarnya.
Kami langsung melanjutkan perjalanan kami menuju ke kafe di dermaga. Lagi-lagi, Vele memeluk tubuhku dengan erat selama perjalanan. Vele hanya teman, aku juga sudah punya pacar. Lebih baik aku menghindari memikirkan yang tidak-tidak, Pikirku.
Tidak butuh waktu lama untuk sampai ke kafe yang ditunjuk Vele. Langit mulai gelap. Sudah hampir pukul 7 malam. Kafe ini memiliki ruangan indoor dan outdoor. Vele mengajakku duduk di ruangan outdoor. Dari sini, kami dapat melihat dengan jelas pemandangan pantai yang diterangi cahaya lampu kota Jakarta. Benar kata Vele, tempat ini benar-benar indah dan romantis. Vele duduk di sebelahku sambil menikmati hembusan angin laut.
"Indah kan?"ujar Vele.
"Iya..tempat kayak gini sih bisa banget buat Month dapatin kembali hati Rani." Jawabku.
Angin laut menerpa wajah kami. Tempat ini sungguh nyaman dan romantis. Langit perlahan semakin gelap, namun cahaya lampu kota menerangi lautan dihadapan kami. Pantulan cahaya kota yang mengenai lautan membuatnya terlihat sangat indah. Vele menyandarkan kepalanya di bahuku.
Seandainya Vele jadi pacarku, apakah ia akan menuntut hal yang sama dengan Beth? Pikirku.
Tak lama kemudian, Month datang menghampiri kami. Ia membawa satu buket mawar berwarna merah.
"Hai,Gel..hai,Vel.." sapanya.
Vele langsung membetulkan posisi duduknya. Sepertinya ia agak sedikit malu dilihat oleh Month karena bersandar di bahuku tadi. Namun, Month tampaknya tidak memperdulikan hal itu. Month celingak-celinguk melihat sekeliling. Ia pasti sedang mencari keberadaan Rani.
"Rani belum datang,Month.. du duk aja dulu.."ujarku.
Month langsung duduk di hadapanku. Ia terlihat sedikit gugup.
"Rani dimana ya?" Tanyanya tiba-tiba.
"Bentar lagi juga sampai.. santai aja,Month.."ujar Vele.
"Oh iya..kalian udah makan? Ayuk pesan..ayuk pesan.." ujar Month sambil mengambil menu makanan. Month tidak seperti biasanya. Ia benar-benar sangat gugup. Terlihat sangat jelas kalau ia berusaha menutupi rasa gugupnya tersebut.
to be continued..