Chereads / A Girl from My Dream / Chapter 18 - Bagian 17. Problem (1)

Chapter 18 - Bagian 17. Problem (1)

Bagian 17. Problem (1)

Aku membuka Internet Banking dari Smartphoneku. Ternyata tampilan internet dari smartphone sama dengan tampilan dari komputer,pikirku. Aku cukup terkagum-kagum. Dana pinjaman modal dari orangtuanya Beth sudah masuk ke rekeningku. Tiba-tiba memegang dana sebanyak ini membuatku sedikit merinding. Perasaanku sedikit tidak enak memegang uang lebih dari 500 juta rupiah. Apalagi uang ini hanya pinjaman modal.

Aku melihat jam di Handphoneku, sudah pukul 9 pagi. Rencananya aku akan menjemput Beth kemudian kami akan pergi melihat-lihat lokasi usaha yang pas. Aku kembali melihat layar smartphoneku. Vele mengirimkan pesan di Line. Ia mengirimkan gambar stiker penyemangat. Terlihat gambar seekor kelinci sedang mengenakan pakaian cheerleaders lengkap dengan pompom ditangannya. Gambar stiker yang dikirim Vele membuatku tanpa sadar tersenyum. Aku memulai hari ini dengan tersenyum berkat Vele.

Aku berpikir selama beberapa saat. Sebaiknya aku tidak membawa smartphoneku hari ini. Lebih baik aku menghindari kemungkinan terburuk dimana Beth tiba-tiba membuka isi pesan di Line dalam smartphoneku dan membaca pesan dari Vele. Bisa-bisa smartphoneku dibanting hingga pecah. Aku pun melemparkan smartphoneku ke atas kasur.

Sampai sekarang, aku belum merasakan perasaan apapun pada Vele. Aku hanya menganggap Vele sebagai seorang teman yang menarik. Tetapi di sisi lain, aku seperti punya rasa kebanggaan tersendiri saat berjalan bersama dengan gadis secantik Vele.

Menurutku, Vele merupakan gadis level S. Kenapa? Karena Vele hampir sempurna untuk semua hal. Wajah Vele sangat cantik dan menawan. Rambut merahnya yang ikal dan panjang juga membuatnya semakin terlihat anggun. Untuk bentuk tubuh tidak perlu dijelaskan lebih. Yang pasti bentuk tubuhnya dapat membuat siapapun yang melihatnya menelan ludah. Bahkan dapat membuat cewek lain iri melihatnya. Aku cukup heran, bagaimana mungkin gadis sesempurna Vele belum memiliki pacar hingga sekarang. Apalagi dengan sifat dan pembawaan Vele yang humbel dan ramah. Seharusnya ia dapat dengan mudah mendapatkan pacar.

Bila dibandingkan dengan Beth, terang saja Beth kalah dari sisi kecantikan. Menurutku, Beth masih berada pada level A. Setingkat lebih rendah dibawah Level S. Wajah Beth memang putih bersih dan terawat. Namun, wajah Vele lebih cantik dan manis bila dibandingkan dengan Beth. Bentuk tubuh Beth tidak kalah menarik dengan Vele. Tetapi yang paling membedakan diantara Vele dan Beth yaitu sifat dan pembawaan. Beth lebih suka memerintah orang lain dan judes, sedangkan Vele lebih suka melakukan segala sesuatu sendiri dan jauh lebih ramah dibandingkan dengan Beth.

Sampai sekarang, aku tetap memilih Beth sebagai pacarku karena komitmen. Sejak awal aku memacari Beth, aku berkomitmen untuk tidak selingkuh dan berusaha membahagiakan Beth. Aku memang sudah pernah jalan berdua dengan Vele tanpa sepengetahuan Beth. Tetapi itu bukan berarti aku berselingkuh karena aku rasa Vele juga hanya menganggapku sebagai teman saja.

seperti biasa, aku menuju ke rumah Beth menggunakan motor sport putihku. Motor ini merupakan satu-satunya harta yang kumiliki dan kudapatkan dari hasil usahaku sendiri. Aku memarkirkan motorku di halaman rumah Beth. Beth membukakan pintu dan mempersilahkanku masuk.

Aku masuk dan menunggu di ruang tamu rumah Beth sembari menunggu ia selesai make up. Rumah Beth sangat besar. Begitu banyak CCTV yang terpasang di setiap sudut rumahnya membuatku tidak mungkin aku untuk masuk ke kamar Beth. Orang tuanya mungkin bisa memburuku sampai ke ujung dunia apabila aku melakukan sesuatu yang tidak-tidak pada anaknya.

Sepertinya butuh waktu 2 sampai 3 jam lagi baru ia akan selesai make up. Bagi cewek, mungkin make up adalah kewajiban sebelum pergi keluar. Tetapi bagi cowok, menunggu cewek untuk make up adalah sebuah neraka jahanam. Sebagai cowok, aku tidak bisa protes. Para cewek hanya akan membela dirinya dan berkelit.

Pernah suatu ketika aku menunggu Beth make up. Rencananya waktu itu kami akan pergi menonton di bioskop. Aku menunggu Beth selesai make up sampai lebih dari 2 jam. Alhasil film yang akan kami nonton waktu itu hampir selesai bahkan sebelum kami sempat masuk kedalam studio. Aku mencoba menyalahkan Beth karena make upnya yang kelamaan. Tetapi ia berkelit, ia make up agar terlihat lebih cantik demi aku. Ujung-ujungnya aku lagi yang disalahkan karena berbagai alasan yang dibuat-buat olehnya. Padahal menurutku, di bioskop yang gelap tersebut, siapa juga yang bisa melihat wajahnya? Oleh karena itu, sebaiknya aku diam saja dan membiarkan neraka jahanam ini menindasku begitu saja. Sebagai cowok, aku mungkin tidak akan pernah bisa menang berdebat dengan cewek. Cowok selalu salah di mata cewek.

Beth keluar dari kamarnya dan masih mengenakan baju tidur. Tampaknya ia sudah selesai make up. Ia membawa 2 buah gantungan baju dengan dress menggantung dibawahnya.

"Beib.. make yang mana?"tanyanya.

Ia menunjukkan 2 buah dress yang menurutku hampir mirip dan hanya berbeda warna saja.

Neraka jahanam level 2 saat berpacaran adalah memilihkan pilihan baju yang tepat untuk pasangan. Apabila aku salah dalam membuat pilihan, maka urusannya akan semakin panjang. Beth mungkin akan ngambek sepanjang jalan atau bahkan mungkin tidak jadi pergi. Menjawab pertanyaan dari Beth itu bagaikan memakan buah simalakama. Aku harus memilih diantara dress berwarna kuning atau dress berwarna merah.

Aku mencoba memutar otak. Bagaimana sebaiknya aku menjawab. Aku tidak ingin cutiku hari ini terbuang sia-sia karena Beth ngambek dan tidak jadi pergi. Aku melihat baju yang kupakai. Aku mengenakan Polo-shirt berwarna kuning.

"Pake kuning aja,beb. Biar sama denganku. Kalau merah nanti terlalu kontras.."jelasku.

Beth berpikir sebentar dan mengangguk,"oke deh."jawabnya sambil kembali masuk ke kamarnya.

Aku langsung menghela napas lega. Sepertinya jawabanku tepat. Seharusnya penderitaanku menunggu Beth selesai make up dan memilih dresscode sudah akan berakhir. Kami seharusnya sudah bisa berangkat.

Beth keluar kamar lagi sambil mengenakan dress kuning yang kupilih tadi. Beth terlihat cantik dimataku. Ia berjalan perlahan ke arahku.

"Beib..",panggilnya lagi.

"Iya?"

"Mana yang bagus?" Beth ternyata membawa dua buah tas selempang dan kembali meminta pendapatku. Ternyata neraka jahanam level 2 ini belum selesai. Pilihanku lagi-lagi akan menentukan bagaimana berakhirnya hari ini. Ia mengangkat tas berwarna kuning dan tas berwarna hitam. Kedua tas milik Beth merupakan tas branded.

"Ehmm.."aku berpikir sebentar. Aku harus memilah-milah kembali jawaban yang tepat. "Yang warna hitam aja,Beb..biar ga mati warnanya. Kalau kuning lagi malah nanti kayak tante rambut palsu di telenovela Carita de Angel.." jawabku.

"Iih..apaan sih..aku ga senorak itu.."jawab Beth. Sepertinya lagi-lagi ia setuju dengan pilihanku. Aku kembali bernapas lega.

Kami berjalan menuju keluar rumah.

"Beib.." panggil Beth lagi.

"Iya? Kenapa lagi,Beb?"

"Pakai sepatu yang mana?" Tanyanya sambil menunjuk susunan sepatu dari rak sepatu. Pilihannya kali ini bukan antara 2 tetapi antara lebih dari 10 pasang sepatu.

Arrrrght!! Ternyata neraka jahanam ini belum berakhir!!

--