Chereads / Catatan Cinta / Chapter 9 - Hari ini cukup melelahkan

Chapter 9 - Hari ini cukup melelahkan

Liu Yu melihat arloji sudah hampir setengah empat. Saat dia akan memasuki ruangan Direktur, ternyata Daijun sudah membuka pintu, Liu Yu salah tingkah dan kembali ke mejanya.

"Sedang apa kau?" tanya Daijun singkat, tingkah Liu Yu sangat lucu menurutnya.

"Ah, ah, saya ingin mengingatkan anda," jawab Liu Yu gemetaran. Liu Yu takut salang tingkahnya dilihat Daijun.

"Ayo kita pergi," ucap Daijun pada Liu Yu yang menatapnya, "Jangan lupa bawa catatanmu," lanjutnya.

Liu Yu mengambil catatannya dan mengekor dibelakang Daijun. Dia kebingungan saat di depan mobil, bukan mobil kantor melainkan mobil sport milik Daijun, pak Jang juga sudah tidak ada di kantor.

Siapa yang akan mengantar mereka nanti.

"Pak Direktur, apakah saya bisa menyetir untuk anda? Karena pak Jang tidak ada," Liu Yu menawarkan diri membawa mobil untuk Daijun.

"Tidak aku yang akan membawa mobilnya, kau duduk disebelahku saja," ucap Daijun sambil memasuki mobil. Liu Yu hanya menurut, ia takut dibilang pegawai pembangkang karena memaksa mengendarai mobil untuk bosnya.

Daijun mengendarai mobil dengan santai, sesekali dia melirik Liu Yu yang fokus pada tablet kerjanya. Daijun memberikan fasilitas tablet agar memudahkannya mencatat, dari pada menghabiskan kertas untuk mencatat, dan tablet itu pun efisien bila untuk membuka email yang masuk ke perusahaan.

"Pak Direktur, pak Kwangso bertanya kita sudah dimana," ucap Liu Yu pada Daijun.

"Katakan 10 menit lagi kita akan sampai," jawab Daijun. Daijun memacu mobilnya lebih cepat agar segera sampai.

---

Di bus menuju rumah, Yoongi mencari-cari perempuan yang ia temui kemarin. Matanya melihat dari bangku depan hingga bangku belakang, tidak ada batang hidung perempuan yang ia cari. Padahal bus sudah melewati halte tempat gadis itu naik.

"Ah mungkin dia sedang tidak naik bus," pikirnya.

Yoongi memasang headset di kedua telinganya dan membayangkan jika perempuan itu menjadi kakak iparnya, sepertinya dia akan senang karena dia sangat ingin memiliki kakak perempuan seperti teman-temannya.

Saat Yoongi menatap keluar jendela, di depan gedung yang akan jadi pusat seni Gangnam, dia melihat mobil Daijun.

Kakaknya keluar mobil bersama perempuan yang mengikuti dibelakangnya. Ia tahu sepertinya kakaknya ada pekerjaan disana, tapi siapa perempuan yang mengikutinya.

"Kakak, siapa perempuan yang mengikutimu masuk ke gedung pusat seni Gangnam? Lain kali kenalkan padaku jika itu calon kakak ipar," tulisnya di layar handphonenya dan dikirim ke Daijun.

Yoongi memasukkan handphonenya dan menikmati perjalanan pulangnya dengan rasa masih penasaran pada perempuan yang mengikuti kakaknya. Ia juga penasaran kenapa perempuan cantik itu tidak menaiki bus yang sama dengannya, padahal ia ingin bertanya pada perempuan itu.

---

*triring..*

Suara pesan masuk di handphone Daijun, ia mengeluarkan handphonenya dan melihat 1 pesan dari Yoongi.

Daijun berhenti berjalan sambil membaca pesan dari Yoongi.

"Kakak, siapa perempuan yang mengikutimu masuk ke gedung pusat seni Gangnam? Lain kali kenalkan padaku jika itu calon kakak ipar," pesan yang tertulis di layar handphone Daijun dari Yoongi.

Daijun tiba-tiba berhenti. Liu Yu yang dibelakangnya sedang fokus melihat pesan masuk di tabletnya, ia menabrak Daijun yang berhenti di depannya.

"Auh, maaf pak Direktur, kenapa anda tiba-tiba berhenti?" tanya Liu Yu.

"Tak apa, kau duluan saja temui pak Kwangso," ucapnya.

Liu Yu berlalu di depannya Daijun menuju ruang pertemuan, Daijun memotretnya dari belakang. *ckrik*. Liu Yu tak mendengar suara handphone memotret, dan terus berjalan.

Daijun mengirim gambar dan membalas pesan Yoongi.

"Mungkin dia, akan jadi calon kakak iparmu," ketik Daijun.

"Sepertinya cantik, jangan lupa kenalkan padaku," balas Yoongi cepat.

Daijun membacanya dan memasukkan handphonenya ke kantong celananya. Ia segera menyusul Liu Yu yang sudah menemui pak Kwangso selaku penanggung jawab pembangunan dan pembukaan gedung pusat seni Gangnam.

"Anda sudah disini, pak Direktur. Diperkirakan peresmian dan pembukaan akan dilakukan tanggal xx Februari 20xx, bagaimana menurut anda?" ucap Kwangso yang melihat Daijun datang menghampiri.

"Bisakah anda memajukan hari peresmian? Aku mendapat kabar Jiang Departement akan membuka pusat seni awal Februari," tanyanya.

Kwangso sedikit keberatan karena harus mempercepat penyelesaian pembangunan gedung pusat seni Gangnam.

"Maaf, pak Direktur. Kami sedikit keberatan apabila harus memajukan tanggal peresmiannya," jawab Kwangso menyatakan keberatannya.

Daijun terdiam, tiba-tiba Liu Yu menjawab untuk membantu memberi saran untuk mempercepat pembangunan. Dia menjelaskan secara panjang lebar bagaimana cara agar pusat seni Gangnam bisa selesai lebih cepat dan pembukaan bisa dilakukan sebelum akhir Januari.

Kwangso dan Daijun yang mendengarkan dengan seksama akhirnya setuju dengan pendapat Liu Yu, walaupun dia belum berpengalaman, tapi kemampuannya membaca situasi tak boleh diragukan.

Akhirnya pertemuan itu selesai dan mereka berjalan keluar untuk pulang ke rumah masing-masing. Liu Yu masih mengikuti Daijun.

"Sekretaris Yu, aku akan mengantarmu pulang sekalian," ajak Daijun.

"Tidak, pak Direktur, aku akan naik bus saja," pinta Liu Yu.

"Lihatlah jam tanganmu ini sudah pukul berapa, bus terakhir mungkin sudah lewat. Jadi aku yang akan mengantarmu," lanjut Daijun menjelaskan.

Liu Yu melirik arloji silvernya, jam sudah pukul setengah 9 malam, ternyata pertemuan dengan pak Kwangso untuk membahas peresmian pusat seni Gangnam menghabiskan waktu sangat lama.

Akhirnya dia memasuki mobil Daijun. Daijun yang melihatnya segera melajukan mobilnya setelah Liu Yu masuk mobil.

Mereka saling terdiam, tak ada yang mau membuka pertanyaan. Daijun melajukan mobilnya melesat cepat menuju rumah Liu Yu, karena wajah Liu Yu terlihat lelah.

Sesampainya di pelataran rumah Liu Yu, Liu Yu turun dari mobil.

"Terima kasih, sudah mengantar saya pak Direktur," ucapnya pada Daijun.

Daijun tersenyum dan melajukan mobilnya untuk pulang. Liu Yu menatap dari kejauhan mobil itu melesat cepat di jalananan.

---

"Ibu, aku lelah," ucapnya pada ibunya yang sedang memasak ayam pesanan pelanggan di dapur.

"Tunggu sebentar, ibu akan segera menyiapkan makan malam untukmu, sayang," jawaban ibunya meringankan sedikit rasa lelahnya.

Ibunya bergegas menyajikan pesanan pelanggannya. Liu Yu memandangi ibunya, ia sadar usia ibunya sudah hampir setengah abad. Tapi ibunya masih rajin bekerja keras, hal itu membuat Liu Yu tersadar bahwa dia juga harus bekerja keras agar dapat membantu ibunya.

Setelah menyajikan pesanan, ibunya segera menyiapkan makan malam untuk Liu Yu. Liu Yu masih memandangi ibunya yang menyiapkan makan malam untuknya, hal yang selalu dilakukannya sejak kecil. Bau harum masakan ibunya yang selalu menggugah selera makan Liu Yu, membuatnya selalu lahap saat makan. Bau harum itulah yang membuatnya yakin, mengapa ibunya membuka restoran disini.

"Makanlah, Liu Yu," ucap ibunya, "Kau berjanji akan menceritakan pekerjaanmu hari ini pada ibu," lanjut ibunya.

"Ibu juga tahu kau tadi pulang diantar mobil," godanya pada Liu Yu.

"Ya bu, itu tadi pak Direktur, Daijun Hwang," jawab Liu Yu, lalu memasukkan sesuap nasi.

"Tuan Daijun yang sering kemari itu bosmu, Liu Yu? Ibu harus berbaik-baik padanya mulai sekarang," ucapnya.

"Hahaha iya, bu. Ibu harus melakukannya agar aku tak dipecat," pungkas Liu Yu.

"Lalu, kau bekerja jadi apa disana?" tanya ibunya heran, hingga putrinya bisa diantar pulang oleh bosnya.

"Aku.. jadi sekretaris pribadinya, bu," jawab Liu Yu sambil nyengir di depan ibunya.

"Hahaha pantas dia sampai mengantarmu pulang karena dia bosmu," goda ibunya.

"Tidak, buuu... Dia mengantarku karena sudah selarut ini. Dan lagi kami habis bertemu penanggung jawab pembangunan pusat seni milik Hwang Departement, dan pertemuan itu menghabiskan waktu yang sangat lama," jelas Liu Yu pada ibunya, agar ibunya tak salah paham.

"Ibu, aku sudah selesai makan dan sangat lelah, aku naik dulu, kalau perlu bantuan panggil aku ya, bu," pinta Liu Yu pada ibunya. Ibunya mengangguk saat melihat Liu Yu yang membereskan piringnya dan naik ke kamarnya di lantai 2.

Setelah mandi, Liu Yu merebahkan diri di ranjangnya dan tiba-tiba terlelap.

---

"Aku penasaran, siapa perempuan di foto yang dikirim kakak," gumam Yoongi memandangi foto yang dikirim kakaknya Daijun.

Dia seperti mengenal siluet punggung itu, ia seperti pernah melihatnya sekilas.