Chereads / The Reason I Love You / Chapter 3 - Chapter 3

Chapter 3 - Chapter 3

Tsukasa membuka matanya dan melihat seorang pria paruh baya berdiri di ambang pintu. Pria tersebut mengenakan kimono yang membuatnya terlihat sangat cocok dengan ruangan tersebut. Pakaian dan pembawaan pria tua tersebut membuat Tsukasa berpikir apakah mungkin saat ini ia kembali ke zaman Edo, dan pintu depan rumah ini merupakan pintu masuk lorong waktu.

Menertawakan pikirannya sendiri, Tsukasa memusatkan kembali perhatiannya kepada pria tua tersebut.

" Perkenalkan, saya Dr. Imamiya Ryutaro." Ujar pria tua tersebut memperkenalkan diri.

Saat Tsukasa hendak bangun untuk menyapanya, Dr. Imamiya menghentikannya, " Tidak perlu bangun, Iwaki-san. Tetaplah berbaring."

Sambil tersenyum ramah, Dr. Imamiya menghampiri Tsukasa dan duduk di sampingnya. Kemudian ia memegang pergelangan tangan Tsukasa untuk memeriksa nadinya. Wajahnya tampak serius, beberapa saat kemudian ia melepaskan pergelangan tangan Tsukasa dan berdiri untuk kemudian berjalan menghampiri meja dan mengambil kotak kayu kecil yang tergeletak diatas meja tersebut.

" Saya sudah membaca rincian laporan hasil pemeriksaan kesehatan yang anda kirimkan minggu kemarin." Ujar Dr. Imamiya sambil membawa kotak kayu tersebut dan duduk kembali di samping Tsukasa, " Saya sudah menganalisisnya dan sudah menyiapkan program pengobatan untuk anda."

Tsukasa sudah berusaha mengobati penyakitnya selama 3 tahun tanpa adanya kemajuan berarti, tambahan beberapa bulan atau bahkan mungkin tahun tidak menjadi masalah. Ia bersedia menjalani prosesnya dengan sabar, selama itu memberikan hasil.

" Imamiya-sensei, tolong jujur kepada saya. Apakah mungkin saya bisa mendapatkan kembali pendengaran sebelah kiri saya?" tanya Tsukasa

Dr. Imamiya menatapnya sejenak, ia kemudian tersenyum seolah menenangkan, " Prosesnya akan memakan waktu. Bagaimana pun akupuntur dan obat-obatan herbal tidak bisa memberikan hasil yang instan. Terus terang saya tidak bisa menjamin keberhasilan pengobatan ini. Dokter bukan Tuhan. Saya hanya dapat berusaha untuk memberikan pengobatan terbaik sesuai dengan kemampuan saya. Hasil bergantung kepada Tuhan dan seberapa besar keinginan anda untuk sembuh." Jawab Dr. Imamiya.

Tsukasa mendengarkannya dengan seksama. Ia mengingat kembali seluruh proses menyakitkan yang dilaluinya untuk mendapatkan kesembuhan. Tekad untuk sembuhlah yang membuatnya tetap bertahan. Selama masih hidup, ia tidak akan menyerah.

Dr. Imamiya membuka tutup kotak kayu yang diletakan di sampingnya. Kotak kayu tersebut ternyata berisikan jarum-jarum akupuntur. Mengambil satu jarum, ia kemudian berkata kepada Tsukasa, " Santai dan rilekskan tubuh anda, saya akan memulai pengobatan akupuntur."

Tsukasa memejamkan matanya.

*****

Hidetoshi menarik napas panjang dan duduk di sofa sambil melonggarkan dasinya. Sejak dulu ia benci menggunakan dasi. Tetapi pekerjaannya terkadang mengharuskannya menggunakan dasi atau tuxsedo.

Melemparkan dasinya ke samping, Tsukasa meraih handphone yang tadi diletakkannya di atas meja. Di bukanya kotak pesan, dan ia menemukan sebuah pesan dari Tsukasa. Ia membaca pesan tersebut dengan cepat dan menimbang-nimbang apakah sebaiknya ia menghubungi Tsukasa.

" Mungkin dia sedang istirahat." Pikir Hidetoshi.

Memutar-mutar handphonenya ditangan, Hidetoshi akhirnya memutuskan untuk menghubungi Tsukasa. Besok ia akan masuk ke medan perang yang sesungguhnya, dan ia butuh seseorang untuk diajak bicara.

Kring ... kring ... setelah beberapa deringan, akhirnya Tsukasa mengangkat teleponnya

" Halo?" ujar Tsukasa, suaranya terdengar mengantuk.

" Apa kau sedang tidur? Apa aku mengganggumu?" tanya Hidetoshi

Hening sejenak, " Tadi ... aku sedang tidur, sekarang sudah bangun. Thanks Bro, setelah dari kemarin aku sulit tidur, ini tidur nyenyak pertamaku dan kau memilih saat ini untuk menelepon." Omel Tsukasa, kemudian ia tertawa, " Ada apa hingga Tuan Presdir yang terhormat tiba-tiba meneleponku?"

Hidetoshi hanya tertawa mendengar sindiran Tsukasa, " Jadi kau sudah mendengar beritanya?"

" Kau pikir aku sedang dimana? Di hutan? Nanto memang tidak sebesar Tokyo, tapi internet masih dapat dijangkau disini." Ejek Tsukasa

Hidetoshi tertawa terbahak-bahak, Tsukasa seperti inilah yang dirindukannya. Tidak pernah ragu untuk mengejeknya, kapan pun dan dimana pun.

" Tampaknya pengobatanmu cukup berhasil, kau sudah mendapatkan kembali selera humormu." Ejek Hidetoshi membalas Tsukasa

" Tidak mungkin langsung berhasil, bodoh. Kau pikir ini ilmu sihir?" tanya Tsukasa kesal, kemudian ia berbicara lebih serius, " Ada apa Hideto?"

Hidetoshi diam sejenak, ia tahu Tsukasa akan memahami dan tidak akan menghakimi keputusannya, " Kau sudah tahu kalau aku memutuskan untuk mundur dari dunia entertainment dan memilih untuk menerima jabatan Presiden Direktur A & K Entertainment."

" Ya, aku tahu kau memutuskan untuk keluar dari mulut buaya dan masuk ke mulut harimau. Lalu kenapa? Apakah kau mulai resah bersiap-siap menghadapi serangan para harimau yang kelaparan?" sindir Tsukasa

" Jangan menyindirku, kau tahu aku tidak punya pilihan." Ujar Hidetoshi kesal.

" Hideto, kau tahu apa pun keputusanmu, aku akan selalu mendukungmu. Tapi kau sadar bukan siapa yang akan kau hadapi saat menerima jabatan Presiden Direktur itu?" tanya Tsukasa mengingatkan

" Aku tahu." Jawab Hidetoshi pelan.

" Besok kau akan rapat bukan?" tanya Tsukasa.

" Ya, besok aku akan masuk ke medan perang dan menghadapi mereka semua."