Aku memutuskan untuk tidak berdiam diri saja di dunia virtual ini. Aku akan menaikkan level ku, sampai ke tingkat tertinggi di game ini. Tapi mungkin aku hanya akan memburu binatang, aku tidak bisa membunuh monster menggunakan pedangku yang tidak tajam.
Aku pergi ke toko roti untuk bekal ku saat nanti berburu binatang. Untung saja kemarin aku sempat berburu bersama kedua temanku, jadi aku memiliki cukup uang untuk membeli makanan. Lagi pula para pemain diberi V-M.5.000 untuk bekal bermain di game ini. Jadi untuk saat ini, para pemain akan berdiam diri menikmati kesenangan sambil menghabiskan uang mereka. Tapi hal itu tidak berlaku untukku.
Setelah membeli bekal aku langsung pergi ke luar kota. Tapi aku kebingungan dengan wilayah di dunia ini. Jadi aku kembali lagi ke pusat kota dan membeli sebuah peta dunia. Setelah aku membeli peta, ternyata peta di dunia virtual ini sangatlah bagus untukku. Peta itu bisa diperbesar dan diperkecil. Itu seperti hal baru untukku, tapi mungkin untuk orang lain hal itu sudah menjadi hal yang umum.
Aku menandai lokasi yang bernama Hutan Ezelic. Menurut pemikiranku di sanalah banyak hewan buruan yang bisa aku temui. Aku langsung berlari menuju lokasi tersebut. Aku tidak menemui hambatan di perjalananku.
Tidak terasa aku sudah sampai ke lokasi yang bernama Hutan Ezelic. Lokasi tersebut terlihat menyeramkan jika di lihat di bagian luar. Yang aku lihat hanya pepohonan rindang dan batu-batu besar. Terdengar pula suara burung dan suara serangga. Meskipun hutan itu terlihat menyeramkan, aku harus menguatkan hatiku. Kadang aku berpikir, mungkin aku akan menemukan jodohku di dunia virtual ini.
Aku langsung berlari masuk kedalam hutan, ternyata yang kutemui hanya sekumpulan babi hutan yang sedang berkeliaran. Babi hutan tidak akan menyerang pemain kecuali jika ia diserang. Aku langsung membunuh sekumpulan babi hutan yang ada di depanku. Aku tidak khawatir akan kepunahan spesies mereka. Karena setiap ada babi hutan yang terbunuh, maka akan ada satu babi hutan yang muncul di lokasi acak.
Aku melanjutkan penjelajahan ku ke kawasan hutan yang lebih dalam. Tapi saatku sedang berjalan, aku mendengar teriakkan dari seseorang. Dan aku yakin teriakkan itu berasal dari seorang perempuan. Sebenarnya aku tidak ingin menolongnya karena itu merepotkan ku. Tapi aku tidak bisa meninggalkan seorang perempuan mati begitu saja. Jika aku melakukan hal itu, secara tidak langsung aku telah membunuhnya. Mungkin aku akan bermimpi buruk setelah itu.
Tidak berpikir lagi, aku langsung bergegas menuju arah datangnya teriakkan itu. Ternyata benar, terlihat ada seorang perempuan yang memakai baju merah lari kearahku. Saat ku lihat lebih teliti ternyata ia sedang dikejar oleh sekumpulan Ogre. Dia meminta tolong padaku, aku langsung mendekat kearahnya. Tapi semakin aku mendekatinya, Ogre itu semakin terlihat besar.
Aku berlari dengannya menjauh dari sekumpulan Ogre itu. Tiba-tiba perempuan itu tersandung, aku tidak bisa meninggalkannya. Jadi aku menggendongnya sambil berlari. Aku melihat wajahnya dengan teliti, dan aku merasa aku pernah bertemu dengannya. Wajahnya pun terlihat manis dan sangat cantik. Mana mungkin aku bisa meninggalkan perempuan seperti itu.
Aku sudah mulai kelelahan, perjalanan ke luar hutan terasa lebih lama dibandingkan dengan perjalananku saat masuk ke dalam hutan. Jarak antara aku dengan Ogre semakin dekat, aku tidak punya pilihan lain. Aku harus melawan Ogre itu dengan segenap kekuatanku. Aku menurunkan perempuan itu dari gendonganku. Tapi ternyata semua usahaku itu sia-sia. Pedangku tidak melukainya sama sekali, sempat aku berpikir, jika membunuh Ogre saja sudah susah bagaimana caraku untuk mengalahkan monster lain yang lebih kuat.
Aku kembali menggendong perempuan itu, ia hanya tersenyum kepadaku. Aku sudah tidak tahan lagi melihat senyumannya, bisa-bisa dia membuatku diabetes karena senyumannya yang manis. Hal ini membuatku ingin menyelamatkan perempuan itu. Aku akan mengorbankan diriku dan memberi waktu kepadanya untuk keluar dari hutan ini. Karena jika aku melakukannya, setidaknya aku sudah menyelamatkan satu orang di dunia ini.
Aku langsung menerjang kearah sekumpulan Ogre. Baru saja aku mendekat, aku langsung terhempas. Memang benar, aku bukan tandingan Ogre itu, aku sudah mulai putus asa.
"Pergilah!!!" teriakku.
Dia hanya menatapku, entah apa yang dia pikirkan. Aku hanya ingin pengorbananku ini tidak sia-sia.
"Pergilah!!! Aku tidak ingin pengorbananku jadi sia-sia. Maka dari itu lari dan tinggalkan aku!"
Aku kembali terhempas terkena pukulan dari Ogre itu. Perlahan aku memejamkan mataku, dan berpikir tentang impianku. Impianku sangat indah, sehingga aku tidak ingin meninggalkan impian itu. Karena ingatan itu tentang impianku, aku bangkit lagi dan berusaha melawan Ogre itu dengan kekuatan penuh. Meskipun darah di sekujur tubuhku berceceran.
Ia hanya menatapku dengan menunjukkan wajah yang tak peduli padaku. Tapi aku tidak mempedulikannya, karena jika aku bisa membunuh Ogre itu aku akan bangga pada diriku sendiri.
"Berhentilah memaksakan diri, kamu tidak akan bisa mengalahkannya dengan kekuatanmu yang sekarang."
Akhirnya ia mengatakan sesuatu padaku, aku sedikit senang karena ternyata dia adalah orang yang peduli padaku. Aku sudah membulatkan tekad ku dan menerjang kembali ke arah Ogre itu.
"Power up! speed up"
Aku terkejut, pergerakan ku jadi cepat. Aku tidak menyangka dia adalah seorang magician. Tapi benar katanya, dengan kekuatanku yang sekarang ini aku tidak bisa mengalahkan Ogre. Jadi aku memutuskan menggendongnya lagi dan berlari menuju keluar hutan. Saat ku menggendongnya dia memperlihatkan senyuman manisnya padaku.
Kami sudah berhasil keluar dari hutan. Kami hanya saling menatap satu sama lain. Sebenarnya ada hal yang ingin kutanyakan, tapi entah kenapa aku merasa sangat canggung.
"Terima kasih! Aku pergi dulu."
"Tunggu dulu!!!"
"Ada apa???"
"Namaku Iqbal, siapa namamu?"
"Namaku Adilla, salam kenal."
Setelah berkenalan kami hanya saling tatap satu sama lain lagi. Seperti ada yang ingin dibicarakan, tapi tak tau cara menyampaikannya. Mungkin saja dia mengenalku di dunia nyata. Tapi ternyata perkiraanku salah.
Perut perempuan itu berbunyi. Dia buru-buru ingin pergi karena dia sedang lapar. Untung saja aku membawa bekal lebih, jadi aku bisa berbagi dengannya. Meskipun kondisi keuanganku sangat buruk, tapi apa salahnya aku berbagi. Lagi pula sepertinya dia memang orang yang ku kenal di dunia nyata.
"Apa kamu lapar?"
"Sebenarnya aku gak lapar, perutku bunyi karena tadi aku sudah makan. Jadi aku merasa kenyang."
"Mana ada perut bunyi tanda orang yang kekenyangan."
Dia duduk di batu yang ada di sebelah ku. Aku memberikan roti kepadanya, dan dia langsung menerimanya. Kami pun makan roti bersama, tidak ada hal yang terjadi. Kami hanya memakan rotinya saja. Aku harus memulai pembicaraan, karena jika seperti ini terus ini sama halnya dengan makan seorang diri.
"Kenapa kamu masuk ke hutan itu sendirian?"
"Aku sudah muak dengan kehidupan palsu ini, aku ingin segera keluar dari dunia virtual ini. Jadi aku nekad masuk ke hutan itu sendirian."
"Apa kamu menemukan sesuatu yang menarik di dalam hutan sana?"
"Ini cuma perkiraan ku, tapi sepertinya aku menemukan markas Raja Ogre. Tepatnya di tengah Hutan Ezelic. Tapi kamu jangan mencoba untuk pergi ke sana sendirian."
Tidak terasa, roti yang kami makan sudah habis. Ia berterima kasih padaku. Dan ia memutuskan untuk pergi berkelana lagi.
"Kamu mau kemana?"
"Aku mau pergi ke sana...."
"Pergi ke mana? Ikut saja denganku agar kamu merasa aman."
"Memang nya aku ini siapa.... Aku bisa jaga diri jadi jangan khawatirkan aku"
Aku memang tidak pandai membujuk, meskipun aku sudah membujuknya untuk ikut bersamaku tapi tetap saja dia akan pergi. Sebenarnya aku lah orang yang ingin bersamanya. Tapi aku masih mengingat salah satu yang sering dikatakan oleh orang lain yaitu "Jodoh nggak akan kemana" Jadi jika memang dia adalah jodohku, dia akan datang padaku dengan sendirinya.
Tidak ada gunanya aku melihat kearahnya yang semakin menjauh dari pandanganku. Aku memutuskan kembali ke dalam hutan untuk berburu para hewan. Tapi tentu saja aku akan menghindari Ogre. Jika aku bertemu dan langsung melawannya, itu sama saja seperti aku bunuh diri. Jadi aku hanya memburu babi hutan dan wolves.
Tak terasa waktu sudah pagi hari, aku tidak mengalami kesulitan saat berburu. Aku mendapatkan Virtual Money sebanyak 20.000. Itu bukan jumlah yang sedikit. Daripada pemain lain mungkin aku yang paling kaya.
Aku memutuskan untuk kembali ke pusat kota untuk membeli perlengkapan yang baru, karena aku tidak bisa terus berburu menggunakan senjata ini. Senjata menyebalkan yang tidak bisa melukai Ogre sedikitpun.
Aku sampai di pusat kota, suasana di sini berbeda dengan kemarin. Sepertinya orang lain sudah kehabisan uang dan berpikir untuk pergi berburu monster. Meski harus ku katakan hal ini, tapi mereka benar-benar menganggap dunia ini seperti game. Mungkin mereka tidak membaca pesan dari orang misterius waktu itu. Tapi, aku benar-benar tidak mempedulikan mereka.
Aku melihat sebuah toko perlengkapan senjata yang sangat besar. Tidak berlama-lama aku langsung masuk kedalam toko tersebut. Toko tersebut dijaga oleh NPC, tapi dia terlihat seperti para pemain pada umumnya. Gerakannya pun tidak terlihat kaku, apalagi pelayanannya yang ramah.
Aku melihat-lihat pedang yang dijual di toko ini. Pedang-pedang yang dijual disini terlihat biasa saja. Tapi setidaknya lebih kuat dari pisau yang aku sekarang, soalnya aku sudah naik level ke level 10. Saat level 10 aku bisa memilih job, dan aku memilih untuk menjadi swordman.
Saatku lihat pedang yang di dekat kasir, aku langsung merasa cocok dengan pedang itu. Pedangnya tidak besar, bisa dipegang menggunakan satu tangan. Pedang ini pun ringan, ini sangat cocok denganku. Harganya pun sangat murah, karena ada diskon 90% untuk pedang ini. Untung saja aku datang tepat waktu. Dan setelah diberi diskon, harga pedang itu menjadi VM.20.000. Bayangkan saja kalau tidak ada diskonnya, harga pedang ini sangatlah mahal.
Aku langsung membeli pedangnya, dan sisa uangku hanya tinggal sedikit. Tapi itu tak apa, karena setelah aku mendapatkan pedang ini aku bisa berburu dengan mudah. Aku melihat status pedang ini, dan ternyata benar. Status pedang ini sangat beda jauh dengan status pisauku yang dulu.
Aku berencana untuk membuat party dengan orang lain. Karena aku tahu, kalau aku tidak bisa mengalahkan Raja Ogre itu sendirian. Dan aku sedikit berharap ada orang yang menerima ajakan ku.
Di pusat kota ini susah untuk mencari orang yang menurutku kuat. Tapi aku tertarik dengan empat orang yang sedang membicarakan tentang Ogre. Aku menghampiri mereka, dan ikut mendengarkan percakapan mereka. Aku mengajak mereka untuk membentuk party dan mengalahkan Raja Ogre. Tujuannya untuk bisa pergi ke dimensi selanjutnya.
Aku memberi tawaran kepada mereka. Jika berhasil membunuh Raja Ogre bersama-sama hadiahnya dibagi rata. Mereka langsung menerima tawaranku, ternyata hal ini tidak sesulit yang kukira.
Aku mencari lagi orang lain yang menurutku tertarik ikut serta dalam penjelajahan melawan Raja Ogre. Dan aku melihat dua orang yang sedang duduk di samping air mancur. Kedua orang itu sepertinya sudah level 10, karena mereka masing-masing membawa pedang. Aku memberikan penawaran yang sama pada mereka. Mereka menerima tawaranku. Dengan ini terbentuk party dengan jumlah tujuh anggota.
Kami tidak langsung berangkat ke Hutan Ezelic. Kami berlatih terlebih dahulu, dengan cara melawan satu sama lain. Setidaknya hal ini mengurangi resiko akan mati sia-sia di Medan pertempuran nanti.
Masing-masing orang berpasangan dengan orang lain. Yang masih novice melawan dengan yang sama tingkatannya. Begitu pun dengan yang sudah naik ke level 10.
Setelah latihan yang sudah kami lakukan, kami siap untuk pergi ke Hutan Ezelic. Rumor tentang kami yang akan mengalahkan Raja Ogre sudah tersebar di pusat kota. Ada yang menyemangati kami, dan ada juga yang mencaci maki kami. Tapi, aku benar-benar tidak mempedulikannya.
Kami sampai ke Hutan Ezelic tanpa ada hambatan. Seperti terakhir kali aku pergi kesini, yang pertama kali kami temui adalah sekumpulan babi hutan. Kami menghabisi semua babi hutan yang menghalangi jalan kami. Aku belum menggunakan pedangku, karena aku tidak ingin dianggap pamer oleh orang lain, jadi aku bertarung menggunakan pisau.
Setelah itu kami bertemu dengan sekumpulan wolves. Monster yang mirip dengan serigala tapi tidak mempunyai buntut. Kami pun menghabisi sekumpulan monster ini juga dengan sangat mudah.
Kami melanjutkan perjalanan lagi dan bertemu dengan satu Ogre. Kalau satu Ogre aku yakin bisa mengalahkannya bersama anggota party. Kami menyerang Ogre itu bersamaan, monster itu terpuruk dan berteriak sangat kencang. Burung pun berterbangan menjauhi arah suara teriakan Ogre itu. Teriakkan Ogre itu menarik perhatian seluruh Ogre yang ada di hutan ini.
Sekumpulan Ogre datang ke arah kami. Tidak ada yang bisa dilakukan kecuali lari. Kami bertujuh lari dengan sekuat tenaga, lagi-lagi aku harus lari dari kumpulan Ogre yang menjijikkan ini. Ogre yang mengejar kami sekarang lebih banyak daripada saat aku dan Adilla dikejar olehnya.
Aku yang sudah membawa mereka kesini. Aku juga yang harus bertanggung jawab atas keselamatan mereka. Tapi aku tidak bisa lari kearah Ogre itu dan bunuh diri. Ternyata salah satu dari kami lari menuju arah Ogre itu, sembari berteriak "Cepat lari, aku akan menahan mereka." Perjuangan dia akan menjadi sia-sia. Karena sekali pukul dia bisa langsung mati.
Orang itu menusukkan pedangnya ke perut Ogre. Seperti yang kuduga Ogre itu tidak mempan menggunakan pedang miliknya. Orang itu langsung kembali lagi berlari kearah kami.
"Kalian larilah, aku akan menahan mereka."
"Apa kamu bodoh? Aku saja yang menggunakan pedang tidak bisa melawan Ogre itu. Apalagi kamu yang menggunakan sebuah pisau."
"Jangan meremehkan ku, aku yang sudah membawa kalian kesini. Aku juga yang harus menjamin keselamatan kalian. Kalian tidak ingin mati kan?"
Setelah ku katakan hal itu, akhirnya mereka bungkam dan mempercayakan hal ini padaku. Entah aku bisa menang atau tidak, tapi kalau tidak di coba aku tak akan tahu hasilnya.
Aku berlari menerjang kumpulan Ogre itu, sama seperti waktu itu aku terhempas terkena serangan Ogre. Tapi aku bangkit lagi dan mengeluarkan pedangku. Aku percaya diri bisa mengalahkan sekumpulan monster itu.
Aku menebaskan pedangku ke tubuh Ogre itu. Dan ternyata benar serangan ku berhasil menyakiti Ogre itu. Aku melakukan serangan beruntun kepada sekumpulan Ogre. Tapi semakin banyak Ogre yang datang ke lokasi ini. Sekuat-kuatnya aku sekarang aku tidak akan bisa mengalahkan puluhan Ogre sendirian.
Aku berlari menghindari serangan para Ogre. Aku tak bisa keluar dari hutan ini. Karena aku belum yakin kalau anggota party yang lain sudah berhasil keluar. Jadi aku memutuskan untuk pergi ke hutan yang lebih dalam lagi. Aku berharap ada seseorang yang menolongku sekarang, meskipun ku tau kalau itu rasanya tidak mungkin terjadi.
Aku berlari terus sampai aku berada di depan gua. Mungkin gua itu adalah tempat kediaman Raja Ogre yang Adilla katakan. Jadi aku takkan masuk ke dalam gua itu dulu. Aku harus mengalahkan semua monster pengganggu ini.
Aku menerjang kearah Ogre yang ada di depanku, aku melompat dan menebasnya lagi. Tapi jujur saja gerakan ku masih lambat, dan terlihat seperti kaku-kaku. Tapi aku benar-benar tak mempedulikannya.
Ogre itu tidak ada habisnya, aku sudah mulai kelelahan. Aku sudah berlumuran darah Ogre. Darah itu memenuhi sekujur tubuhku, sekarang aku berpikir aku mungkin akan mati disini. Tidak ada secercah harapan yang datang.
Aku sudah tidak bisa bergerak lagi, jika aku harus mati disini aku akan mati dengan senyuman. Di dalam pandanganku yang sudah mulai pudar, aku melihat seorang perempuan yang mengenakan baju merah datang menghampiriku. Ia menarikku ke semak-semak. Ia meletakkan kepalaku ke dalam pangkuannya. Aku benar-benar tidak bisa melihatnya dengan jelas.
Perempuan itu memberikan aku ramuan, dan pandanganku yang kabur sudah mulai terlihat. Ternyata orang yang menolongku adalah Adilla. Aku langsung terbangun dari pangkuannya.
"Sudahlah jangan memaksakan diri, kamu sudah sampai sejauh ini."
"Tidak bisa, karena aku sudah mencapai titik ini aku tidak bisa menyerah begitu saja."
"Sekarang kamu sudah tidak bisa menebaskan pedang lagi."
"Aku tidak mempedulikan hal itu, Adilla berikan mantra buff padaku."
"Memangnya semudah itu menggunakan sihir buff, tapi sih memang mudah."
"Kalau begitu cepat lakukan."
Adilla memberikan mantra 'speed up' padaku. Aku jadi bisa bergerak sangat cepat. Aku menerjang lagi ke arah kumpulan Ogre yang sedang menjaga gua itu. Aku mengalahkan mereka dengan cepat.
Adilla memuji kehebatan ku, tapi aku menganggapnya bukan sebuah pujian. Tapi aku tidak mempermasalahkannya. Ia menawariku membuat party bersamanya, aku tidak bisa menolaknya. Karena aku tau kalau aku membutuhkan seorang magician untuk mengalahkan Raja Ogre.
Kami berdua memasuki gua itu, kami tidak menemukan hambatan apapun. Adilla melihat sebuah pintu besar, dan aku menghampirinya. Adilla memegang pundukku, menunjukkan kalau dia sedang ketakutan. Aku mungkin bisa sedikit modus padanya.
Aku membuka pintu itu, tidak terlihat apa-apa di dalamnya. Hanya warna hitam yang kulihat. Kami berdua masuk kedalam ruangan itu. Tiba-tiba pintu tertutup dan ruangan yang gelap berubah menjadi terang.
Aku melihat singgasana di depanku, dan mulai berhati-hati dengan pergerakan ku. Tiba-tiba ada Ogre yang menghantam kami dari langit-langit ruangan ini. Ogre itu membawa macet, dan kami menganggap Ogre itu sebagai Raja Ogre.
Aku langsung menusukkan pedangku ke tubuh Ogre itu. Tapi ini adalah keadaan yang benar-benar gawat. Ogre itu bisa beregenerasi lebih cepat dari Ogre lainnya. Aku meminta Adilla untuk memberikan mantra buff padaku.
Aku berulang kali terhempas, tapi aku tak akan menyerah begitu saja. Jika aku mati sekarang, Adilla pun akan mati. Itu sudah menjadi alasan yang cukup bagiku untuk bisa mengalahkan Raja Ogre.
Aku melakukan serangan beruntun kepada Raja Ogre. Raja Ogre itu terhempas terkena seranganku. Itu kesempatan yang bagus bagiku, Adilla memberikan ku mantra 'strenght up' dan 'speed up'. Aku langsung memberikan serangan beruntun lagi pada Raja Ogre itu.
Raja Ogre itu terjatuh, dan menjatuhkan beberapa item. Kami berhasil mengalahkan Raja Ogre, tentu saja itu juga dengan bantuan Adilla seorang magician yang hebat.
Aku berhasil mengumpulkan VM.52.000 dari hasil mengalahkan Ogre yang berkeliaran di hutan. Hasil dari mengalahkan Raja Ogre sebanyak VM.80.000. Aku membagi dua hadiahnya dengan Adilla. Jadi sekarang aku mempunyai uang sebanyak VM.97.000.
Raja Ogre itu menjatuhkan Ogre Grimoire. Adilla memberikan item itu padaku. Aku sangat senang, karena mungkin item itu bisa menjadi komponen untuk mengupgrade pedangku.
Tiba-tiba gerbang muncul dihadapan kami berdua. Lantas kami langsung masuk kedalam gerbang itu. Kami berdua adalah orang yang merayakan masuk ke dimensi kedua. Kami di dosen di pusat Kota Belerick. Ibukota dari dimensi kedua.
Aku tak tau harus tinggal dimana, aku sudah begadang satu hari. Aku membutuhkan istirahat, mungkin juga Adilla mengalami hal yang sama denganku. Aku harus mencari penginapan untuk aku beristirahat.
Aku pergi ke daerah pegunungan, di dalam peta dimensi di sana terdapat sebuah penginapan. Sepertinya tempat itu cocok untukku, karena pemandangannya yang bagus. Tapi Adilla menolak tawaranku untuk menyewa penginapan, ia berpikir kalau hal itu hanya membuang-buang uang saja.
"Kalau kamu tidak menyewa penginapan, kamu akan tidur dimana?"
"Dimanapun aku bisa tidur."
"Kamu harus menjaga keselamatanmu."
"Lagian kenapa kamu mengkhawatirkan aku?"
"Ehh.... Baiklah aku yang akan menanggung biayanya."
Ia langsung menyetujuinya, dan kami langsung pergi ke penginapan itu.
Tak lama kemudian kami sampai di penginapan itu. Penginapannya terlihat besar tapi sederhana. Kami langsung masuk kedalam penginapan itu. Aku mengambil ruangan yang disediakan dua kamar. Sepertinya Adilla rada kecewa dengan keputusan yang aku ambil. Tapi mungkin itu hanya pikiranku saja.
"Baiklah, sekarang kamu bisa tidur."
"Menyuruhku seenaknya memangnya kamu siapa? Mengatur hidupku saja."
"Ini demi kebaikan kamu juga kan, kalau kamu sakit terus siapa yang ngerawat kamu. Kan aku yang ngerawat kamu."
"Baiklah, jangan melihatku saat tidur. Jika kamu masuk kedalam kamarku, kamu akan kubunuh."