Aku terbangun dari tidurku dan mendengar suara dari luar jendela penginapan ini. Saat ku lihat kearah jendela itu, tidak ada siapa-siapa. Aku merasa ada yang mengawasi ku sekarang. Tapi aku benar-benar tidak mempedulikannya. Aku kembali tidur.
Pagi hari sudah tiba, aku langsung keluar dari kamarku. Disana aku melihat Adilla yang sedang kebingungan di depan meja makan. Aku langsung menyapanya, dan ia memberikan senyuman padaku.
"Apa ada masalah?"
"Tidak."
"Terus kenapa kamu kelihatan sedang bingung?
"
"Tidak ada apa-apa kok, tenang saja."
Tapi aku masih ragu dengan jawaban yang ia berikan. Aku merasa ada hal yang salah. Aku menjadi penasaran, dan terus menanyakan hal itu pada Adilla. Akhirnya ia pun menjawab, ternyata masalahnya adalah ia tidak bisa memasak.
Perempuan tidak bisa memasak itu rasanya aneh, entah kehidupan apa yang telah ia jalani selama ini. Mungkin dia adalah seorang tuan putri yang mempunyai banyak pelayan. Tapi hal seperti itu cuma ada dalam kehidupan fantasi saja.
Sebenarnya aku bisa memasak, tapi kalau aku ajarkan dia itu bisa merepotkan ku. Tapi aku tidak bisa diam saja, bisa-bisa aku yang harus menyiapkan sarapan setiap pagi hari. Hal itu lebih merepotkan. Jadi aku memutuskan untuk mengajarkan dia cara memasak.
Aku memintanya untuk menemaniku memasak, dan melihat bagaimana cara memasak. Dengan malunya ia mengatakan setuju. Sebenarnya aku bingung mau memasak apa, tidak ada bahan-bahan untuk memasak.
Aku mengajak Adilla untuk pergi berbelanja bersama. Dia tidak menolak ajakan ku, dia merasa sangat senang. Sebenarnya juga aku sangat senang bisa jalan berdua dengan seorang perempuan. Saat kami keluar dari penginapan, suasana di Kota Belerick sudah mulai ramai. Mungkin mereka berhasil menemukan gerbang menuju dimensi kedua ini.
Aku dan Adilla langsung pergi ke toko sayuran, di toko itu menjual berbagai sayuran yang ada di dunia nyata. Tapi di toko itu juga menjual sayuran yang merupakan asli dari dunia virtual. Tapi aku tidak akan melakukan eksperimen, aku hanya membeli beberapa sayuran yang memang aku kenali.
Setelah itu, kami berdua pergi ke toko daging. Di sana kami membeli daging sapi. Sebenarnya aku bingung mau membuat apa, tapi setidaknya aku mempunyai bakat memasak.
Tidak berlama-lama kami langsung kembali ke penginapan. Adilla terlihat sangat bersemangat sekali, aku senang melihatnya senang.
Aku berencana membuat salad dan daging panggang. Aku dibantu oleh Adilla yang membersihkan bahan bahannya, dan memotongnya. Sedangkan aku orang yang memberikan bumbu kepada makanannya.
Masakan kami pun sudah jadi, kami menamakan masakan ini Beef Memories on Salad. Entah kenapa kami menamainya begitu, tapi sebenarnya yang menamainya itu adalah Adilla. Aku hanya mengikuti kemauannya saja.
Setelah aku selesai sarapan aku langsung bergegas untuk pergi berburu. Sebenarnya aku tidak ingin mengajak Adilla, tapi karena ia memaksa aku tidak bisa apa apa lagi. Karena perempuan itu selalu menang.
Kami pergi berburu ke dimensi pertama, tepatnya ke Hutan Ezelic. Di sana kami memperlihatkan kekompakan kami bekerjasama melawan kumpulan Ogre. Banyak orang yang terkagum dengan kemampuan kami, karena aku hanya mengalahkan satu Ogre dengan dua kali tebasan. Itu juga dengan bantuan dari Adilla.
Karena orang-orang yang melihat kami hanya memujiku, Adilla iri padaku. Ia ingin dibelikan pedang sihir agar bisa bertarung denganku. Aku tidak bisa menolak dia yang mengeluarkan ekspresi sedihnya.
Aku dan Adilla kembali ke Kota Belerick, di sana kami berkunjung ke blacksmith. Di sana tidak ada pedang sihir yang murah, Adilla ingin membeli pedang yang sedang diskon. Pedang itu berwarna putih dan terdapat mutiara berwarna magenta di pegangannya. Saat ku tanya harganya pedang itu tidaklah murah, harga dari pedang itu berkali-kali lipat lebih mahal dari pedangku.
Pedang itu harganya VM.125.000. Itu sama saja seperti jumlah keseluruhan uangku yang kupunya.
"Adilla, aku tidak bisa membelikanmu pedang ini dengan uang yang kupunya sekarang. Tapi aku akan memberimu VM.75.000. Jadi kamu hanya tinggal membayar VM.50.000."
"Baiklah kalau begitu, padahal aku nggak minta kamu buat bayarin. Tapi makasih, ucapan yang sudah diucapkan tidak bisa ditarik kembali."
Aku terlalu berinisiatif memberikan uang kepadanya. Tapi tidak apa ini menjadi pembelajaran untukku, agar lebih berhati-hati dengan uang yang dimiliki olehku.
Hari sudah sore, kami berdua kembali ke penginapan. Aku sudah lelah dengan perjalanan hari ini, setelah selesai makan aku langsung tidur.
Di tengah malam aku terbangun lagi, seperti hari kemarin aku mendengar suara seseorang dari luar jendela. Sekarang aku tidak bisa santai, ini terulang untuk kedua kalinya. Berarti ada sesuatu yang salah yang terjadi di luar jendela itu.
Aku membuka jendelanya dan melihat kebawah, tapi tidak terlihat apa pun. Aku melompat dari jendela kamarku, tapi untung saja aku tidak merasakan sakit.
Aku berkeliling di sekitaran penginapan, aku melihat sesosok bayangan. Tapi bayangan itu pergi dengan begitu cepat, aku tidak bisa mengejarnya. Aku kembali ke kamarku dan tidur kembali.
Keesokan harinya Adilla menanyakan padaku, kenapa aku pergi keluar tengah malam. Aku menjelaskan semuanya kepada Adilla, tapi dia tidak bisa membantuku. Tapi aku benar-benar tidak mempedulikan kejadian semalam.
Aku hampir lupa dengan Ogre Grimoire yang aku punya. Aku memutuskan untuk menyatukan item itu dengan pedangku, aku langsung pergi ke blacksmith. Pedangku berubah menjadi hitam ketika disatukan dengan Ogre Grimoire.
Aku tidak sabar mencoba pedangku, aku langsung pergi ke Gurun Sylvana yang ada di dimensi kedua ini. Ini baru pertama kalinya aku berkunjung ke sana. Semoga saja tidak ada monster yang membahayakan.
Setelah sampai di sana, prihatin ku menghilang karena yang kutemukan hanya kumpulan banteng dan hyena. Aku menghabisi mereka dengan cepat, pedangku mempunyai skill baru yaitu 'wind slash'. Ketika aku menggunakan skill itu rasanya seperti Raja Ogre yang memutarkan mace miliknya dan menghasilkan hembusan angin.
Hari sudah sore, sebaiknya aku melanjutkan berburu monster esok hari. Karena entah kenapa saat ini aku terasa sangat ingin pulang ke rumah. Karena dia sudah kuajarkan cara memasak, pasti makanan yang disiapkannya sangat enak.
Ku buka pintu menuju ruanganku, ternyata benar tercium aroma yang sangat menggugah selera. Meskipun ini adalah dunia virtual tapi tetap saja aku bisa membayangkan aromanya. Dia menyapaku dengan senyuman. Aku baru menyadarinya, sepertinya sangat aneh jika laki-laki tinggal berdua bersama perempuan. Menurutku hal ini sangat menyimpang dari etika. Tapi, selama aku tak melakukan hal yang tidak-tidak, semuanya akan baik-baik saja.
Aku langsung duduk di meja makan, menunggu dia menyajikan makanannya. Setelah disajikan aku tidak menunggu lama, aku langsung memakan makanan masakannya.
Perutku sudah merasa kenyang, tak ada hal lagi yang ingin kulakukan hari ini. Aku memutuskan untuk berendam di air panas yang ada di kamar mandiku. Membayangkannya saja sudah sangat menyegarkan pikiranku.
Setelah selesai mandi aku langsung pergi ke tempat tidurku. Adilla sudah tidak terlihat lagi di ruang tengah, berarti dia sudah pergi tidur. Itu sangat bagus, karena perempuan secantik dia harus tau cara merawat kesehatannya sendiri.
Sesaat setelah aku tertidur, aku mendengar suara dari luar jendela. Seperti hari-hari yang lalu, tapi sekarang aku sudah tidak tahan lagi. Jika ada suara gangguan itu terus, aku tak akan tidur dengan nyenyak. Mungkin ada orang yang sedang memata-matai ku, atau mungkin saja orang itu ingin mencuri.
Sekarang suaranya terdengar di atap penginapan ini. Ruanganku adalah ruangan yang ada di paling atas penginapan ini. Jadi jelas saja jika aku mendengar sangat jelas suara orang yang sedang berjalan di atap.
Aku keluar melalui jendela dan melompat ke atap penginapan ini. Tidak seperti kemarin, sekarang aku melihat dengan jelas bentuk dari makhluk yang selalu mengganggu tidurku. Yang selalu menggangguku adalah seorang perempuan.
Sekarang aku takkan membiarkannya lari, aku akan terus mengejar kemanapun ia pergi. Ternyata di tengah malam begini masih ada beberapa orang yang berkeliaran diluar. Mungkin perempuan itu ingin aku ikut dengannya. Tapi jika hal itu memang yang diinginkannya aku harus tau alasannya.
Ku ikuti ia berlari sampai kedalam hutan. Di hutan gelap sekali, aku kehilangan jejaknya. Aku berpikir akan tersesat di hutan ini. Tapi untungnya ini hanya dunia virtual.
"Dapat melihat seperti kucing, dan cepat seperti bayangan."
"Siapa kamu???"
"Aku mengenalmu, tapi mungkin kamu tidak mengenalku."
"Sebenarnya siapa kamu?"
"Apa kamu takut? Laki-laki macam apa yang takut kepada perempuan."
"Siapa yang bilang takut kepadamu, aku tak ingat pernah mengatakannya."
Aku merasakan dia terus berlari mengelilingiku. Perempuan itu akhirnya memberikan tantangan kepadaku. Tantangannya adalah jika aku bisa melemparkan batu kepadanya maka dia akan memberitahukan identitasnya dan mengantarku keluar dari hutan ini. Tapi jika aku kalah perempuan itu akan membunuhku. Aku terima tantangannya, lagi pula aku itu suka sesuatu yang memicu adrenalin.
Aku diberikan kesempatan olehnya sebanyak tiga kali lemparan. Aku merasa itu sudah sangat cukup. Tantangannya pun dimulai, aku tak pernah berpikir ia akan menggunakan bom asap. Hal ini semakin mempersulit ku. Perempuan itu sangat licik, jika begini aku tidak bisa mengenainya. Kegelapan malam dan asap yang tebal sangat terpadu sehingga aku tak bisa melihat apapun yang ada di sini.
Aku mencoba melemparkan satu batu, tapi ternyata tidak mengenainya. Aku tidak boleh melemparkan batu sembarangan lagi. Aku harus berpikir kritis menghadapi keadaan ini. Semakin kupikirkan malah gentar yang kudapatkan. Jika aku mati disini, ini seperti sebuah lelucon. Apa yang akan Adilla katakan jika ia mengetahuinya. Tentu saja aku takkan membiarkan hal itu terjadi.
Setelah lama aku menganalisis gerakannya, akhirnya aku menemukan titik terang dari masalah ini. Ada saat-saat gerakannya melambat, yaitu ketika ia melemparkan bom asap di arah jam tiga.
Setelah mengetahui hal itu, aku langsung membidik mengikuti suara gerakannya. Dan saat ia sampai di arah jam tiga aku langsung melemparkan batu. Ternyata lemparan ku tidak mengenainya. Sekarang hanya tersisa satu batu lagi.
Aku memikirkan cara yang lebih efektif lagi untuk bisa mengalahkannya. Aku sudah benar memperkirakan waktu yang tepat. Tapi kekuranganku dari rencana yang sebelumnya adalah aku tidak memerhatikan jaraknya. Sekarang aku sudah mengerti, aku harus cepat dan tepat melempar batu ini.
Aku menunggu membidik dia lagi, saat suaranya terdengar di belakangku aku langsung melompat ke atas dan melemparkan batu ke arah jam tiga. Dan tak lama perempuan itu berteriak sakit.
Perlahan demi perlahan asap itu hilang. Ia berdiri dan merapikan bajunya yang kotor terkena tanah.
"Ternyata kamu memang benar Iqbal si genius."
"Kenapa kamu bisa tahu namaku? Siapa kamu?"
"Jahat sekali kamu melupakanku, perkenalkan namaku Wulan."
Setelah ia mengatakan namanya, aku langsung ingat orang itu. Sebenarnya dia adalah temanku yang sangat pintar, kami selalu bertukar pikiran saat masih sekolah dulu. Tapi, yang membedakan kita berdua adalah dia tidak ingin mengajarkan ilmunya kepada orang lain.
Aku menanyakan kepadanya alasan ia mencariku. Tanpa ragu ia langsung menjelaskan alasannya. Alasannya mencariku adalah karena ia kekurangan orang untuk mengalahkan raja dimensi ini. Ia berkata kalau ia mendengar nama Iqbal dari orang lain saat aku sudah mengalahkan raja dimensi pertama.
Aku merasa sedikit bahagia karena namaku sudah mulai dikenal. Aku mengajukan syarat-syarat agar aku bergabung dengannya. Syarat yang pertama, aku akan mengajak Adilla. Syarat kedua, yang ikut dalam penjelajahan harus orang-orang berpengalaman. Dan yang terakhir, item spesial dari rajanya jadi milikku juga kami berdua digaji terpisah.
Ia berpikir secara mendalam, dengan persyaratan yang aku berikan. Aku sudah yakin dia akan menolaknya, jika hal itu terjadi aku dan Adilla saja yang akan mengalahkan raja dimensi ini. Tapi aku terkejut dengan jawabannya, ia menyetujui persyaratannya. Aku tak pernah menyangka hal ini terjadi, ini sangat merepotkan.
Aku memutuskan untuk pulang ke penginapan. Aku merasa ngantuk sekali. Aku langsung pergi tidur sampai lupa menutup pintu kamar. Rasanya seperti baru tadi aku tidur, aku langsung di bangunkan oleh Adilla. Aku melakukan sarapan pagi dan memberitahukan kejadian yang terjadi semalam. Ia setuju untuk ikut denganku.
Hari sudah sore, aku dan Adilla bergegas pergi ke Gurun Sylvana. Di sana sudah berkumpul banyak orang, aku kaget kenapa dia bisa mengumpulkan orang sebanyak itu. Rasanya tidak heran dengan hal itu, karena ada Rizal disampingnya. Hal yang tak bisa dilakukan sendiri, bisa tercapai dengan bekerja sama.
Aku menanyakan strategi kepada Wulan. Katanya Gurun Sylvana ini adalah tempat raja dimensi. Ia berkata ketika tengah malam, Piramida besar muncul di tengah-tengah Gurun Sylvana. Aku mencoba untuk mempercayainya.
Matahari sudah terbenam, kami langsung melakukan rencana yang sudah dibuat. Aku hanya pergi berdua dengan Adilla, ia terlihat sangat senang menggunakan pedang yang aku beri.
Kami menghabisi semua yang menghalangi dan mencari Piramida yang katanya muncul pada malam hari. Beruntungnya kami berdua, kami yang pertama menemukan Piramida itu. Tapi ternyata anggapan ku salah, di belakangku ada pasukan milik Wulan.
Di depan ku semakin banyak hyena dan banteng yang mengancam kami. Tapi aku tidak ada waktu untuk melayani mereka. Karena jika pagi sudah datang Piramida itu akan terkubur kembali ke dalam pasir.
Aku menarik tangan Adilla dan menerobos masuk dari kumpulan para monster, dan menyerahkan yang ada di sini ke pasukannya Wulan. Tapi Wulan dan Rizal tetap mengikuti kita berdua. Tapi aku membiarkannya mengikuti kami.
Di dalam Piramida itu tidak ada sesuatu yang spesial. Di ruangan dalamnya seperti Piramida yang umum berisi peti mayat. Aku terkejut melihat peti yang ada didalam Piramida ini bergerak-gerak. Aku berfirasat kalau akan ada mummy yang bangkit.
Peti itu terbuka, tapi aku terkejut melihat wujud dari raja dimensi. Sebelumnya firasat ku tidak pernah salah, tapi sekarang firasat ku benar-benar salah. Sesuatu yang keluar dari peti itu adalah minotaur. Tidak ada yang memperkirakan hal itu.
Tapi, kami tidak akan kalah oleh Minotaur itu. Aku dan Adilla menggunakan pedang dan bertarung melawan Minotaur. Wulan lari mengelilingi Minotaur sambil melempar jarum beracun. Dan Rizal menembak Minotaur dari jarak jauh. Kami melakukan itu sampai raja dimensi kalah.
Minotaur itu pun sudah kalah, dan aliansi dibubarkan. Wulan dan Rizal tidak memiliki penginapan, karena selama ini mereka berdua hanya tidur di persinggahan saat sedang membentuk aliansi.
Aku tidak bisa menelantarkan mereka berdua, aku mengajak mereka berdua untuk tinggal bersama di penginapanku.
Hari yang sangat melelahkan, setelah sampai dingin penginapan kami berbincang-bincang. Aku terkejut karena ternyata Rizal dan Wulan sudah menjadi tunangan. Katanya sebentar lagi mereka akan menikah. Lalu saat ia menanyakan hal itu padaku, aku hanya terdiam saja.
Tidak ada hal yang terjadi di antara kita berdua. Jadi aku tidak mempunyai hal untuk diceritakan. Tapi yang jadi permasalahan adalah tempat tidur.
Tapi aku tidak menamgambil jalan yang sulit. Hanya dalam dua menit aku sudah menemukan jawabannya. Aku dan Rizal tidur bersama di kamarku serta Adilla dan Wulan tidur di kamar milik Adilla. Ruangan ini jadi terasa semakin ramai.