Feng Jiu menoleh ke belakang. Melihat gadis muda yang berwajah hitam, Feng Jiu bertanya dengan nada tak percaya.
"Apa yang barusan kamu katakan?"
Gadis muda itu menggigit bibirnya. Dia menatap sosok berpakaian merah itu dengan tegas. Dia lalu berkata: "Aku bisa menghangatkan kasurmu."
Kali ini, Feng Jiu bisa mendengar kata-kata itu dengan jelas. Dia berusaha menahan tawanya dan menggoda gadis itu: "Aku lebih suka gadis cantik. Gadis dengan wajah hitam sepertimu menawarkan diri untuk menghangatkan kasurku. Apakah aku harus menerimanya?"
Ketika sang gadis mendengar kata-kata Feng Jiu, dia mengusap wajah dengan lengan bajunya. Seketika, wajah aslinya terlihat.
"Aku tidak jelek," ucapnya sambil menatap Feng Jiu.
Benar, gadis muda itu bukan hanya tidak jelek. Sebaliknya, dia memiliki wajah yang sangat cantik. Kecantikannya alami. Fitur wajah yang berlekuk dipadukan dengan wajahnya yang mungil memancarkan daya pikat yang luar biasa.
Tetapi, dia tidak memperlihatkan sifat pemalu sebagaimana gadis muda seusianya. Sebaliknya, dia terlihat acuh tak acuh. Namun itu justru menambah pesonanya.
Selain mengolesi wajahnya menjadi hitam dan kotor, dia juga mengubah bentuk alis dan matanya. Tujuannya tidak lain agar wajahnya tidak menarik perhatian.
Bahkan tanpa harus melihatnya, Feng Jiu bisa menebak kalau dada gadis itu pasti diikat dengan kain yang tebal.
Setidaknya, gadis itu cukup pintar menyembunyikan penampilannya yang luar biasa. Kalau tidak, wajah dan tubuhnya akan membawa banyak masalah bagi dirinya sendiri.
Feng Jiu berjalan cepat mendekati gadis berpakaian hitam itu. Tatapan Feng Jiu terlihat menggoda ketika dia bertanya, "Apakah kamu benar-benar akan menghangatkan kasurku?"
"Selama anda menyelamatkan saudara saya, hidup saya adalah milik anda. Apalagi tubuh ini."
Gadis itu memasang ekspresi apatis. Dia tampak sangat acuh tak acuh. Tetapi, tubuhnya menjadi tegang saat Feng Jiu berada di dekatnya. Tangannya yang tergenggam erat seolah-olah memberikan isyarat pada Feng Jiu bahwa gadis itu tidak cuek seperti apa yang dia tunjukkan.
Bagaimanapun, gadis mana yang tidak keberatan untuk menghangatkan tempat tidur orang asing seperti itu? Atau bahkan menyerahkan nyawa mereka begitu saja?
Feng Jiu menatap gadis muda itu beberapa saat dan ujung bibirnya naik.
"Kalau begitu, tunjukkan jalannya!"
"Baik."
Gadis itu menundukkan pandangan. Kemudian dia berdiri dan segera memandu jalan menuju tempat dimana dia tinggal.
Satu jam kemudian.
Feng Jiu menatap rumah tua dan kosong di hadapannya. Rumah itu terlihat rapuh sehingga mungkin akan roboh kalau tertiup oleh angin. Dia melihat gadis berpakaian hitam itu tergesa-gesa memasuki rumah setelah membuka pintu. Feng Jiu pun mengikuti gadis itu di belakangnya. Begitu masuk, gadis itu langsung melihat seorang lelaki muda yang terbaring di atas papan kasur bambu.
Gadis itu membasahi kain dengan air dan mengusap dahi serta telapak tangan sang lelaki muda. Dia berbicara pada Feng Jiu. "Ini adik laki-laki saya. Setelah meminum obat dua hari yang lalu, dia muntah darah dan tiba-tiba tidak sadarkan diri."
Feng Jiu maju ke depan dan melihat wajah lelaki muda. Lelaki itu terlihat sangat kurus hingga dagunya benar-benar tirus. Wajahnya pun pucat. Hanya melihatnya sebentar, Feng Jiu meletakkan jemarinya di pergelangan tangan lelaki muda untuk memeriksa detak jantungnya.
Beberapa saat kemudian, Feng Jiu menarik tangannya kembali. Dia kemudian memberikan perintah: "Lepas bajunya!" Saat berbicara, Feng Jiu juga mengeluarkan jarum peraknya.
Gadis berpakaian hitam itu menuruti perintah Feng Jiu dan membuka kancing kemeja adiknya. Dia memperhatikan Feng Jiu yang menusukkan jarum perak ke beberapa titik akupuntur pada tubuh adiknya. Gadis itu benar-benar gelisah. Dia menahan keinginannya untuk menghentikan Feng Jiu. Tapi dia malah mengalihkan pandangannya pada wajah adiknya. Dia benar-benar takut dengan apa yang akan terjadi.
Setelah cukup lama, Feng Jiu mengambil kembali jarum perak itu. Dia berdiri. "Gendonglah dia dan ikut denganku." Setelah mengatakannya, Feng Jiu segera berbalik dan berjalan ke luar.
Gadis berpakaian hitam itu melihat Feng Jiu yang sudah berjalan. Dia buru-buru mengangkat tubuh adiknya ke punggungnya. Dia lalu bergegas mengikuti Feng Jiu.
Ketika Feng Jiu kembali ke halaman rumah, dia melihat Guan Xi Lin membawa kasur yang lembut. Guan Xi Lin memasukannya ke dalam kereta kuda. Ketika dia melihat Feng Jiu telah kembali, dia berteriak dengan riang: "Jiu Kecil, bagaimana menurutmu dengan kereta ini? Aku memilih kereta yang paling besar, jadi kamu bisa berbaring dan tidur di sepanjang perjalanan. Dengan begitu, rasanya akan lebih nyaman untukmu!"
Ketika matanya menatap dua orang lain di belakang Feng Jiu, wajah Guan Xi Lin menjadi bingung. Dia pun bertanya: "Untuk apa mereka di sini?"
Feng Jiu tersenyum licik sambil berkata: "Penghangat kasur."