Cahaya matahari yang hangat terjatuh di atas pepohonan, menyinari wajah Guan Xi Lin. Alisnya sedikit mengerut dan jemari di tangan kirinya juga sedikit tergerak. Beberapa saat kemudian, Guan Xi Lin perlahan-lahan membuka matanya dan menatap bingung pada bintik-bintik cahaya yang mengintip melalui dedaunan kanopi tebal di atas kepalanya.
"Sudah bangun?"
Guan Xi Lin mendengar suara yang hangat dan lembut, membuat dia terkejut. "Bocah kecil?" dia mencoba duduk namun lukanya terasa sakit, dia pun jadi tersentak dan jatuh kembali.
"Lukamu belum benar-benar tertutup. Jangan terlalu banyak bergerak."
Feng Jiu menahan tubuh Guan Xi Lin, kedua matanya dipenuhi dengan emosi yang campur aduk saat dia melihat pria itu, sebelum akhirnya bertanya: "Kamu bahkan tak tahu nama panggilanku, kenapa kamu sembrono mau mengorbankan nyawamu untuk menyelamatkanku?"
"Bo-bocah kecil... kamu... kamu marah?"
"Jawab aku."
Melihat kedua mata Feng Jiu yang tampak serius, Guan Xi Lin berkata: "Aku lebih tua darimu dan kamu masih seperti adik kecil untukku. Ketika ada bahaya, tentu saja aku harus melindungimu."
Feng Jiu merasa terkejut, tidak pernah menduga bahwa alasannya sungguh sederhana dan sangat jujur.
"Bocah kecil..."
Tiba-tiba, Feng Jiu membuka mulut dan berkata: "Namaku Feng Jiu." Kedua matanya melihat wajah yang sedang tertegun di hadapannya: "Selain itu, aku perempuan."
"Hah? P-Pe... Perempuan?"
Guan Xi Lin benar-benar terkejut hingga dia tergagap tidak jelas. Karena, tidak peduli dari mana kamu melihat Feng Jiu, dimana kamu bisa menemukan seorang perempuan yang bisa mengalahkan sekelompok serigala sendirian?
Lagipula, Guan Xi Lin selalu melihat Feng Jiu sebagai laki-laki dan tidak pernah berpikir kalau dia sebenarnya adalah perempuan.
Melihat Guan Xi Lin yang menganga keheranan, kedua mata Feng Jiu berkedip-kedip, dan diapun berkata: "Tendon di bahu kananmu putus karena gigitan binatang itu."
Guan Xi Lin menatap ke arah Feng Jiu, lalu hanya menjawab: "Oh.."
"Maksudku, tangan kananmu lumpuh."
Saat itu, Guan Xi Lin sedikit ragu untuk menjawab, dan menurunkan pandangannya. "Mmm."
"Sekarang kamu menyesalinya?"
Mendengar perkataan Feng Jiu, Guan Xi Lin melihat ke arahnya dan menggelengkan kepala. "Aku tidak menyesalinya. Kalau aku tidak maju untuk menahan harimau itu, mungkin dia akan menggigitmu dan kamu tidak akan bisa hidup. Aku seorang pria, dan badanku lebih besar. Hanya tanganku saja yang lumpuh... Aku tak apa-apa. Kalau aku tak bisa memegang pedang di tangan kananku, aku akan melatih tangan kiriku."
Mendengar kata-kata itu, Feng Jiu terkejut dalam waktu yang lama, hingga ketika dia sadar dari rasa kaget itu, sebuah senyuman muncul di wajahnya saat dia berkata: "Sebodoh yang aku pikirkan."
"Jiu Kecil, apa kamu bertemu bahaya saat mengambil tanaman obat? Kenapa kamu pergi dalam waktu yang lama?"
Ketika Guan Xi Lin kembali berpikir saat dia menunggu disana sehari semalam, tapi masih belum melihat Feng Jiu kembali, dia pikir Feng Jiu telah bertemu binatang buas, dan Guan Xi Lin bergegas lari untuk mencarinya.
"Beberapa hal yang tak terduga terjadi dan aku dikejar ke seluruh hutan oleh dua beruang. Apa kamu lapar? Aku akan berburu daging liar, dan memanggangnya untuk makanan kita."
Feng Jiu langsung melompati penjelasannya tanpa banyak bicara. Sehubungan dengan pengalamannya selama sehari semalam, dia tidak ingin berbicara banyak tentang itu.
"Lapar, tapi jangan pergi jauh-jauh..." Guan Xi Lin berkata dengan sedikit khawatir.
"Aku tahu." Feng Jiu tersenyum, dia berdiri dan berkeliling untuk memeriksa area di sekitar.
Beberapa hari kemudian di Hutan Sembilan Jebakan.
Setelah berinteraksi selama beberapa hari, Feng Jiu dan Guan Xi Lin menjadi lebih dekat. Dan setelah tahu kalau Feng Jiu sendirian tanpa siapapun, Guan Xi Lin bilang kalau dia ingin mengakuinya sebagai saudara.
Karena tidak bisa meyakinkan Guan Xi Lin untuk merubahnya, Feng Jiu merasa bahwa itu bukan ide yang buruk untuk menjadikannya kakak laki-laki. Karena itulah, mereka berdua melakukan acara yang sederhana untuk bersumpah kepada Surga, demi mengakui pasangan itu sebagai saudara setia.
"Jiu Kecil, ayo pergi ke Kota Rock Forest!" setelah gumpalan darah di otaknya sudah mereda, Guan Xi Lin mendapatkan kembali ingatannya. Namun, dia merasa tak ingin pulang.