Capim terkapar di atas lantai, merasa gatal dan sakit, berharap dia bisa langsung mencabik-cabik dirinya untuk menyingkirkan rasa sakit yang menyiksa ini.
Lalu, dia melihat sebuah gelombang api berwarna merah kirmizi dalam sekejap, dan dia mendengar suara ledakan yang memekakkan telinga.
Dia membayangkan kalau saat-saat terakhir ini akan tampak sangat lama sekali dan memungkinkan dia untuk mengingat kembali semua pemandangan yang indah ketika istri dan anaknya masih berada di sampingnya. Dia pikir, dia akan merasa lega karena dia tidak harus menahan siksaan yang tidak manusiawi ini, namun pada saat itu, rasa takut yang teramat sangat dan keinginan yang kuat untuk hidup melanda dirinya dari lubuk hatinya. Dan apa yang disebut dengan kenangan itu pun bahkan tidak terlintas di benaknya sebelum dia diliputi dengan rasa sakit yang sangat menyiksa, sebelum terjatuh ke dalam kegelapan yang sangat dalam.
Duar!