Chereads / Last Forever / Chapter 2 - SATU

Chapter 2 - SATU

"Ini sudah awal bulan. Uang sewa harus tetap dibayar!" ucap Ha Na dengan nada yang sangat marah. Tepatnya ia marah dengan seorang nenek tua yang usianya mungkin sekitar enam puluh tahunan akhir. Perawakannya kurus kecil dengan rambut sudah memutih. Kulitnya sudah keriput, tatapan matanya menandakan ia sudah rabun.

"Maaf nona, kami belum punya uang untuk membayar sewa rumah. Kumohon berikanlah waktu beberapa hari lagi."

Nenek tua itu meminta sambil menangis. Lee Ha Na menatapnya angkuh. Ia tidak akan mudah kasihan. Hatinya sedingin es.

"Tidak! Hari ini tetap hari ini. Dua pilihan! Bayar atau keluar!" teriak Ha Na lagi.

Tetangga mereka yang juga mengontrak di tempat Lee Ha Na hanya mampu menatap iba nenek tua itu. Mereka juga tidak punya cukup uang untuk meminjamkannya. Mereka semua bukan dari keluarga mampu. Hidup mereka pas-pasan.

"Mana cucumu? Dia harus membayarnya atau kau akan aku usir!"

Ha Na sama sekali tidak mengecilkan suaranya itu. Ia memang keras hati. Nenek itu terus memohon kepada Ha Na. Ia bahkan rela bersujud agar Ha Na tidak mengusirnya. Ia tidak mempunyai tempat tinggal lagi selain rumah kontrakan yang ia sewa sekarang bersama cucunya semata wayang.

"Nona Ha Na, kumohon biarkanlah nenek Min Sun tetap di rumah ini. Hanya menunggu sampai cucunya kembali. Kumohon, nona," tetangga nenek Min Sun yang tidak tega dengan hal tersebut memberanikan dirinya membela nenek tua renta itu. Hatinya pilu melihat orang tua yang tidak berdaya seperti itu diperlakukan buruk.

"Kau bersedia membayar uang sewanya? Jika kau bersedia maka aku akan membiarkannya," kata Ha Na dengan sinis. Ha Na memang cantik namun sifatnya buruk. Semua orang sudah tahu itu.

"Maaf nona, saya juga tidak punya uang lagi. Kumohon nona, tunggulah sampai Lee Joon pulang. Aku yakin Lee Joon akan membayar sewa rumah hari ini," tetangganya itu mencoba membujuk Ha Na kembali namun Ha Na tidak bergeming.

"Cepat bereskan barang-barangmu. Kau aku usir," ucap Ha Na dengan dingin. Hatinya benar-benar keras. Ia tidak mempunyai toleransi dalam dirinya.

Nenek Min Sun memohon sambil bersujud di kaki Lee Ha Na. Pemandangan memilukan itu tidak membuat Ha Na melunakkan hatinya. Nenek Min Sun bahkan sudah menangis-nangis sambil memohon kepada Ha Na. Ia hanyalah seorang nenek tunggal yang tinggal bersama satu cucu semata wayangnya. Cucu yang sudah ia asuh semenjak Kim Lee Joon lahir di muka bumi ini.

"Nenek!!" suara itu tiba-tiba membuat semuanya menoleh kaget. Kim Lee Joon membulatkan matanya dan ia nampak tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Lalu pandangan mata Lee Joon beralih ke LeeHa Na yang sekarang menatapnya tajam.

"Apa yang kau lakukan pada nenekku!" ucap Lee Joon marah.

Ia langsung mendekati neneknya dan menyuruh neneknya untuk berdiri. Gila! Lee Joon sangat tidak menyangka dengan perlakuan Ha Na kali ini. Ini sudah benar-benar di luar batas. Gadis itu sudah keterlaluan!

"Aku menagih uang sewa rumah dan dia tidak bisa membayar jadi aku berniat mengusirnya, namun ia memohon kepadaku untuk menunggumu sampai pulang dan membayar uang sewa," jawab Ha Na dengan wajah sombong. "Jadi sekarang berikan uang sewanya."

Ha Na menyodorkan tangannya. Sedikit pun tidak ada penyesalan di wajahnya karena memperlakukan buruk nenek Min Sun. Lee Joon geram dibuatnya.Lee Joon berusaha menahan tangannya yang ingin menampar Ha Na. Ia benci ada orang yang menyakiti neneknya. Neneknya adalah segala-galanya bagi Lee Joon. Tidak pantas Ha Na memperlakukan neneknya seperti itu. Lee Joon terus menatap tajam Ha Na yang sekarang masih menyodorkan tangannya. Jika saja Ha Na adalah laki-laki dan sekarang tidak di depan neneknya, Lee Joon yakin ia pastilah akan menghajarnya.

"Nenek, masuklah dan berbaring. Aku akan menyelesaikan semuanya," kata Lee Joon dengan lembut. Ia lalu menuntun neneknya untuk berbaring di kasurnya. Ha Na mengertakkan giginya melihat hal itu.

"Maafkan nenek, Lee Joon. Nenek tidak punya uang untuk membayarnya," nenek Min Sun masih menangis. Hati Lee Joon rasanya ingin hancur kala melihat neneknya menangis. Lee Joon perlahan menghapus air mata neneknya dan ia menahan tangisnya. Cucu mana yang tidak iba melihat nenek yang membersarkannya diperlakukan seperti itu.

"Nenek tenang saja. Aku akan membayarnya. Nenek istirahatlah. Nenek pasti sangat lelah," Lee Joon mengiring neneknya untuk menuju kamar.

"Hei! Cepat bayar! Aku tidak ingin menunggu lama!" kesal Ha Na karena Lee Joon mengabaikannya.

"Tunggu sebentar! Nenekku lebih penting dari segalanya!" jawab Lee Joon masih dengan nada marah. Ha Na berdecak sebal. Tetangga Lee Joon yang tadi ingin menolong nenek Min Sun akhirnya memilih masuk ke rumah Lee Joon dan membantu Lee Joon merawat neneknya.

"Bibi, tolong jaga nenek sebentar. Aku akan mengurusi wanita manja itu," ucap Lee Joon kepada bibi Sok Mi. Bibi Sok Mi mengangguk sambil menghapus sisa-sisa air matanya. Ia juga sempat menangis tadi. Nenek Min Sun sekarang nampak tersengal-sengal. Nafasnya memburu namun ia baik-baik saja. Bibi Sok Mi langsung memberinya minum.

"Lee Joon, jangan berbuat kasar pada nona Ha Na. Jangan melakukan hal apa pun kepadanya," kata-kata neneknya itu membuat Lee Joon menghentikan lagi langkah kakinya yang akan keluar dari kamar neneknya.

"Aku mengerti. Aku tidak akan melakukan hal buruk kepadanya," jawab Lee Joon. Lalu Lee Joon benar-benar keluar dari kamar neneknya dan menemui Ha Na. Ha Na sudah menampakkan wajah kesalnya.

"Sekali lagi kau memperlakukan nenekku seperti itu. Aku tidak akan segan-segan. Aku tidak peduli kau itu siapa, kau laki-laki atau perempuan. Jika ada yang menyakiti nenekku aku tidak akan tinggal diam. Jadi ini peringatan terakhirku kepadamu Lee Ha Na!"

"Kurasa kau sudah tahu peraturannya untuk membayar uang kontrakan di awal bulan!"

"Aku tahu! Aku tidak buta dan tuli. Aku selalu membayarnya meskipun terlambat!"

"Jangan membuat banyak alasan. Cepat bayar. Aku tidak tahan berdiri di tempat kotor seperti ini lebih lama lagi," Ha Na memandang jijik sekitarnya.

"Dengarkan aku, sekali lagi kau memperlakukan nenekku seperti itu. Aku tidak akan segan-segan!" Lee Joon mengulangi ucapannya untuk menegaskan jika ia tidak main-main.

Ha Na tidak mengubris ucapan Lee Joon. Dari dulu ia memang tidak suka dengan Lee Joon yang mengontrak di rumahnya. Awalnya rumah kontrakan itu diurus oleh kedua orang tua Ha Na. Kedua orang tua Ha Na sangat baik, mereka sama sekali tidak seperti Ha Na dan karena itulah Lee Joon serta neneknya bertahan lama di rumah kontrakan itu. Sudah hampir lima tahunan ini mereka menetap di sana dan baru sekitar lima bulan ini kepengurusan kontrakan itu diserahkan kepada Ha Na. Alasan Lee Joon tidak ingin pindah karena dekat dari semua tempatnya bekerja dan para tetangga mereka yang sudah kenal lama serta baik.

"Aku tidak akan memperlakukannya seperti itu asal kau membayar tepat waktu. Sekarang cepat kau bayar. Aku tidak punya banyak waktu untuk meladenimu di sini."

Lee Joon menahan kekesalannya dalam-dalam. Kemudian ia mengambil uang di saku celananya. Itu uang gaji Lee Joon dari hasil menunggu pom bensin.

"Ini dan kau cepatlah pergi," kata Lee Joon sambil menyerahkan uang itu kepada Ha Na. Ha Na menatapnya sebentar sebelum mengambil uang dari tangan Lee Joon dengan perasaan sedikit jijik. Ia menghitung jumlah uang itu.

"Bulan depan bayarlah tepat waktu atau aku akan melakukan hal yang sama!" ketus Ha Na masih dengan wajah angkuhnya. Lee Joon tidak peduli lagi. Ia langsung menutup pintu rumahnya bahkan sebelum Ha Na selesai membalikan tubuhnya.

"Kurang ajar! Benar-benar tidak sopan!" desis Ha Na sambil melangkahkan kakinya lagi. Tetangga yang tadi melihat kejadian itu segera masuk kembali ke dalam rumah ketika Ha Na lewat.

Lee Joon kembali ke kamar neneknya. Ia langsung duduk di sebelah neneknya. Bibi Sok Mi tengah mengipasi nenek Min Sun dengan kertas kecil seadanya. Di dalam kamar mereka tidak ada mesin pendingin ruangan atau kipas angin. Lee Joon menatap neneknya dengan sedih lalu Lee Joon memijat perlahan kaki neneknya. Hatinya benar-benar pilu melihat neneknya bersujud kepada LeeHa Na tadi.

"Nona Ha Na sudah pulang?"

"Sudah. Dan aku juga sudah membayar sewa rumah. Nenek tidak perlu khawatir lagi," jawab Lee Joon sambil terus memijat kaki neneknya.

"Maafkan Bibi, Lee Joon. Bibi tidak bisa mencegah nona Ha Na yang bersikap kasar kepada nenekmu."

"Tidak apa-apa. Bibi membantu nenek seperti ini saja aku sudah berterima kasih."

"Lee Joon, kau benar-benar tidak melakukan hal kasar kepada nona Ha Na?" tanya neneknya lagi. Lee Joon menggeleng dan neneknya menghela nafas lega. "Baguslah. Lee Joon, jangan pernah kasar dengan seorang wanita. Sejahat apa pun sifatnya dia adalah orang yang lemah dan harusnya disayangi serta dilindungi," sambung neneknya sambil menggapai tangan Lee Joon. Lee Joon menggenggam tangan neneknya. Air matanya terasa ingin jatuh lagi. Terenyuh dengan kata-kata neneknya itu.

"Aku akan selalu mengingatnya, nek. Aku akan selalu mendengar perkataanmu," jawab Lee Joon sambil mengusap-usap punggung tangan neneknya. "Sekarang nenek istirahatlah. Aku akan menyiapkan makan malam. Aku tadi membeli daging ayam, nenek sudah lama tidak makan daging ayam jadi aku membelikan untuk nenek. Aku akan memasak dan nenek harus makan dengan kenyang nanti," Lee Joon terus mengusap punggung tangan neneknya. Bibi Sok Mi yang melihatnya juga menahan air matanya. Kehidupan cucu dan nenek yang penuh kasih.

"Benar, nenekmu harus istirahat. Lee Joon kau memasaklah, bibi akan menemani nenekmu di sini."

Lee Joon mengangguk lalu ia menuju dapur rumahnya. Lee Joon menghembuskan nafasnya pelan. Ia melihat daging ayam yang baru dibelinya tadi. Ia hanya mampu membeli daging ayam itu untuk neneknya. Uang gajinya tidak banyak lagi. Lee Joon harus menghemat karena ia juga akan membawa neneknya berobat nanti.

✬✬✬

"Jadi dia benar-benar membuat nenekmu bersujud?" tanya Danniel Park tidak percaya. Danniel yang tengah mengelap mobil itu tiba-tiba terlonjak kaget dengan cerita Lee Joon. Ia kemudian duduk di kursi yang berada tepat di depan Lee Joon.

"Ya dan dia seperti biasa. Tidak ada penyesalan," jawab Lee Joon sambil melipat tangannya di dada. Ia kemudian menghela nafasnya jika teringat kejadian itu.

"Dia wanita gila! Tidak waras dan tidak punya perasaan!"

Danniel adalah teman Lee Joon di dekat rumah kontrakannya. Danniel bekerja sebagai pegawai di sorum mobil serta tempat penyewaan mobil dan saat ini Danniel tengah membersihkan mobil yang sebentar lagi akan dipinjam.

"Siapa yang kau maksud gila, tidak waras dan tidak punya perasaan?" suara Kang Tae Jo dari bawah kolong mobil terdengar. Ia kemudian sedikit mengeluarkan kepalanya untuk menatap Lee Joon dan Danniel yang tadi bercerita.

"Siapa lagi kalau bukan Lee Ha Na! Dia membuat nenek Min Sun sampai bersujud karena Lee Joon belum membayar uang sewa rumah. Dia berniat mengusir Lee Joon dan nenek Min Sun kemarin!"

Lee Joon kini memilih duduk di kursi panjang. Ia melihat Tae Jo yang sedang membenarkan mobil. Ia sama seperti Danniel. Teman Lee Joon di dekat rumahnya. Tae Jo bekerja sebagai montir di tempat penyewaan, sorum dan juga merangkap bengkel itu.

"Astaga! Dia benar-benar sudah tidak punya perasaan. Lalu Lee Joon, apa yang kau lakukan kepadanya?" tanya Tae Jo yang juga kaget. Ia melanjutkan membenarkan mobil sambil berniat mendengar cerita Lee Joon.

"Aku hanya menyerahkan uang sewa lalu sedikit mengancamnya," jawab Lee Joon sambil memanjangkan kakinya. Lee Joon sedikit lelah karena ia baru saja selesai bekerja sebagai pengangkut barang. Lee Joon mengangkut barang-barang yang baru masuk ke pasar dan mengantarkannya ke toko-toko tujuan. Itu sangat melelahkan. Demi uang ia rela melakukan segalanya.

"Lalu apakah dia takut?"

"Sama sekali tidak. Wajah sombongnya masih saja ada."

"Dia itu cantik, tapi sayang sifatnya buruk sekali. Seandainya saja sifatnya secantik wajahnya. Aku yakin, aku akan jatuh cinta kepadanya," ucap Tae Jo sambil terus membenarkan mobil.

"Tapi sayangnya itu tidak akan terjadi. Sekali bersifat buruk tetap saja bersifat buruk. Aku heran, dari mana dia memperoleh sifat buruknya itu. Kedua orang tuanya sangat baik," Danniel kembali mengelap mobil dan sambil terus berbicara. "Apa ia memperolehnya dari pergaulannya yang sedikit bebas itu?" sambung Danniel.

"Entahlah aku tidak pernah mengurusi pergaulannya atau apa pun itu. Aku hanya akan mengurusinya jika ia sudah mulai membuat masalah dengan nenekku lagi," jawab Lee Joon yang sekarang lebih memilih berbaring di kursi panjang itu. "Tapi manusia itu tidak selamanya bertahan dengan sifat buruk. Mungkin saja suatu hari nanti dia akan berubah. Tapi itu semua tergantung dari kepribadian masing-masing," sambung Lee Joon. Ia kini menatap atap yang terbuat dari seng tersebut sambil membayangkan wajah Ha Na tersenyum. Tapi sia-sia, Lee Joon tidak bisa membayangkannya. Hayalan Lee Joon itu bukan berarti ia menyukai Ha Na, hanya membayangkan bagaimana orang yang tidak pernah tersenyum menjadi tersenyum.

"Hei ternyata kalian semua berada di sini. Lee Joon, kupikir kau sedang bekerja di pasar," suara Kim Kwang Gi tiba-tiba menyapa Lee Joon yang tadi sedang berbaring. Dilihat Lee Joon ada dua temannya yang baru datang. Kim Kwang Gi dan Hwang Hyun Jae. Kwang Gi dan Hyun Jae adalah saudara sepupu. Kwang Gi adalah pemilik sorum, penyewaan mobil serta bengkel tempat Tae Jo dan Danniel bekerja. Sedangkan Hyun Jae bekerja sebagai pemilik kedai makanan yang hanya buka di malam hari dekat sorum Kwang Gi. Mereka berempat sudah bersahabat semenjak kecil. Pekerjaan mereka beragam dan kehidupan mereka juga beragam.

"Ya aku baru saja selesai bekerja. Aku hanya mampir di sini sebentar untuk istirahat," jawab Lee Joon.

"Apa yang kau bawa?"

"Pasti makanan. Kau Bos yang pengertian. Kebetulan kami sedang lapar."

"Ini makan siang kalian. Kwang Gi tadi menyuruhku membeli makan siang," Hyun Jae duduk di kursi sebelah Lee Joon sambil meletakkan makan siang. "Lee Joon, kau juga makanlah. Kami membeli lebih," ajak Hyun Jae. Lee Joonmemilih duduk dan melihat makan siang yang dibawa Hyun Jae. Kebetulan memang perutnya sedang lapar. Danniel dan Tae Jo juga menghentikan pekerjaan mereka untuk makan siang.

"Kau sudah membawa nenekmu ke rumah sakit?" tanya Kwang Gi ketika Lee Joon makan.

"Belum, rencananya sore ini. Hm, uangku sudah menipis lagi, tapi demi kesehatan nenek aku tidak akan sayang dengan uangku sendiri," jawab Lee Joon sambil menyuap makanannya lagi.

"Aku bisa meminjamkanmu uang jika kau membutuhkannya," tawar Kwang Gi. Lee Joon langsung menggeleng.

"Tidak perlu, aku masih ada sedikit simpanan untuk makan sehari-hari. Lagipula untungku berjualan ikan lumayan," jawab Lee Joon lagi.

"Uang kuliahmu?" tanya Kwang Gi lagi.

Lee Joon terdiam. Lee Joon memang masih kuliah. Sebenarnya Lee Joon tidak ingin kuliah karena ia memang tidak ada uang. Neneknya yang memaksa Lee Joon untuk terus kuliah. Kuliah bisa menjadi bekal untuk Lee Joon agar bisa hidup lebih baik dan mencari pekerjaan yang lebih baik. Jadilah Lee Joon menuruti permintaan neneknya itu, tetapi sangat disayangkan karena kuliah Lee Joon belum selesai-selesai. Bukan karena ia bodoh atau malas, Lee Joon cukup cerdas. Jadi kendala utamanya karena biaya dan juga ia sering mengambil cuti semester untuk bekerja.

"Aku sudah mempersiapkannya. Ya meskipun jumlahnya belum cukup untuk biaya semesteran, tapi tenang saja. Aku janji tahun ini adalah tahun terakhirku kuliah dan semester depan aku tidak perlu membayar uang kuliah lagi," jawab Lee Joon. Tae Jo dan Danniel serta Hyun Jae hanya menyimak saja.

Kim Kwang Gi tergolong teman mereka yang sedikit mampu dalam materi. Ia memulai usaha kecilnya sendiri dari bawah dan bukan karena orang tuanya. Begitu pula dengan Hwang Hyun Jae. Ia lumayan mampu dalam materi, tetapi tidak mengurangi rasa pertemanan mereka. Sedangkan Danniel Park, dia sebenarnya anak orang yang sangat kaya raya, bahkan dia lahir di Amerika dan pernah bersekolah di negeri itu selama beberapa tahun. Namun Danniel tidak suka dengan kekayaan orang tuanya dari hasil usaha perhotelan dan perjudian. Jadilah Danniel memilih hidup sulit namun dengan pekerjaan baik. Ia memutuskan untuk hidup mandiri semenjak tamat sekolah menengah atas dan bekerja di tempat Kwang Gi. Danniel juga membiayai kuliahnya sendiri sama seperti Lee Joon dan ia sudah tamat kuliah satu tahun yang lalu.

Dan Kang Tae Jo, dia adalah anak seorang guru. Ibunya sudah meninggal ketika melahirkan adiknya, Kang Hyo Jo. Jadi Tae Jo hanya hidup bertiga bersama ayah serta adik perempuanya. Selain bekerja di tempat Kwang Gi, Tae Jo mengajar di sekolah menengah atas sebagai guru matematika, sama seperti ayahnya yang kini sudah pensiun. Kim Lee Joon sendiri memang sudah tidak mempunyai ayah dan ibu. Lee Joon tidak pernah tahu siapa ayahnya karena ibunya adalah korban pemerkosaan. Ibunya melahirkan Lee Joon namun setelah melahirkan Lee Joon, ibunya bunuh diri. Jadilah nenek Lee Joon yang merawat Lee Joon. Dulu Lee Joon dan neneknya punya rumah kecil yang berada tidak jauh dari rumah kontrakannya sekarang namun rumah mereka waktu itu terkena kebakaran jadilah mereka tidak punya rumah lagi dan mengontrak di tempat Lee Ha Na sekarang. Lee Joon memang tidak tahu siapa ayahnya, tapi melihat dari wajahnya semua orang bisa melihat, ayahnya adalah orang asing. Wajah Lee Joon mempunyai struktur Kaukasoid, kulitnya putih bersih. Rambutnya kecoklatan dan matanya berwarna coklat. Pelupuk matanya dalam namun tajam, siapa pun bisa tenggelam melihat mata teduh itu.

"Jangan sungkan-sungkan untuk meminta bantuan. Ingatlah, kita ini sudah berteman dari kecil," Hyun Jae menepuk pelan pundak Lee Joon. Lee Joon hanya mengangguk seadanya.

Bukannya Lee Joon tidak ingin meminta bantuan kepada Kwang Gi, Hyun Jae, Danniel dan Tae Jo, tetapi ia tidak ingin merepotkan sahabat-sahabatnya itu. Ia lebih senang memperoleh uang dari usahanya sendiri tanpa meminjam. Meskipun sulit mendapatkannya namun Lee Joon selalu bertekat untuk tidak pernah meminjam uang jika tidak sedang terpaksa.

Ketika mereka berlima sedang makan siang. Tiba-tiba ada mobil yang masuk ke perkarangan bengkel Kwang Gi. Mereka sama-sama menoleh karena mengenali siapa pemilik mobil itu. LeeHa Na langsung keluar dari mobilnya dan melepaskan kacamata hitamnya. Ia langsung menatap kerumunan laki-laki yang sedang makan siang. Ha Na lalu mendekati mereka dengan wajah angkuh.

"Mobilku bermasalah. Benarkan mobilku," ucap Ha Na masih dengan wajah angkuh dan suara angkuh.

"Nanti aku akan mengeceknya setelah aku selesai makan," jawab Tae Jo seadanya. Ia sebenarnya malas namun ia bukan pemilik bengkel yang bisa menolak pelanggan.

"Jangan lama-lama. Aku tidak ingin menunggu lama karena aku harus pergi," ucap Ha Na lagi. Wajahnya menunjukkan ketidaksukaan yang sangat terhadap kerumunan orang-orang itu terutama Lee Joon. Lee Joon sendiri tidak menanggapi Ha Na sedikit pun. Ia lebih memilih menyelesaikan makannya.

Ha Na berdecak sebal. Ia merasa diacuhkan. Ha Na akhirnya memilih masuk ke dalam mobilnya lagi untuk menunggu karena tidak ada lagi bangku yang bisa digunakan Ha Na untuk duduk. Danniel, Tae Jo, Hyun Jae, dan Kwang Gi saling lirik setelahnya mereka hanya mampu tertawa mengejek dengan tingkah Ha Na itu. Ya seperti itulah mereka, mereka memang cukup kesal dengan tingkah Ha Na yang selalu mencari masalah dengan Lee Joon. Ha Na suka sekali merendahkan Lee Joon atau mengejeknya dengan kata-kata kasar dan pedas. Dan puncaknya ketika Ha Na memperlakukan buruk nenek Lee Joon.

"Ah aku kenyang," ucap Danniel yang sudah menyelesaikan makannya.

Mereka semua juga telah selesai makan. Saatnya kembali bekerja. Danniel menyelesaikan mengelap mobil yang akan disewa, Kwang Gi harus pulang ke rumahnya karena ada keluarganya yang baru datang dari luar kota. Begitu pula dengan Hyun Jae, ia mengikuti Kwang Gi. Kwang Gi mempercayai semuanya kepada teman-temannya itu. Tae Jo sekarang mau tidak mau memeriksa mobil Ha Na dan Lee Joon berniat tidur siang sebentar di bangku panjang itu sambil menunggu gilirannya yang akan bekerja menyapu pasar sebentar lagi.

"Kau bisa menunggu di bangku itu jika kau mau," ucap Tae Jo dengan sekenanya setelah Ha Na memarkirkan mobilnya untuk diperiksa.

"Tidak adakah kursi yang lebih layak untuk aku duduki?" tanya Ha Na dengan angkuh.

Tae Jo mengernyit heran. Ia kemudian menolehkan kembali kepalanya menghadap bangku yang tadi menjadi tempat mereka makan. Ya memang hanya kursi biasa dengan busa yang tidak terlalu tebal namun cukup nyaman. Bengkel mereka bukan hotel yang memiliki fasilitas mewah untuk tamu.

"Terserah padamu. Aku hanya menawari," jawab Tae Jo sambil meninggalkan Ha Na. Ha Na mendesis kesal. Terpaksa ia duduk di bangku itu karena tidak ingin kelelahan berdiri dan kepanasan di bawah sinar matahari.

Lee Joon yang berbaring di bangku panjang itu menyadari kehadiran Ha Na yang sekarang duduk di depannya. Lee Joon tidak peduli dan ia terus memejamkan matanya. Sementara Lee Ha Na tengah duduk sambil menyilangkan kakinya dan melipat kedua tangannya di dada. Kakinya yang mulus terekspos begitu saja ketika ia duduk. Ia menatap Lee Joon tidak suka. Ha Na membenci Lee Joon karena alasan yang tidak masuk akal. Ha Na membenci Lee Joon karena Lee Joon adalah orang yang menjijikkan menurutnya. Bekerja di toilet umum, di pasar berjualan ikan lalu menyapu pasar ditambah faktor Lee Joon yang sering telat membayar uang sewa kontrakannya. Entah apa lagi alasan Ha Na lainnya.

"Danniel! Bangunkan aku sekitar setengah jam lagi. Aku perlu tidur sebentar sebelum pergi menyapu pasar!" suara Lee Joon yang tiba-tiba itu mengagetkan Ha Na. Ha Na langsung membulatkan matanya dan menatap Lee Joon marah. Jadi dia belum tidur pikir Ha Na.

"Baiklah!" jawab Danniel yang sekarang tengah menyapu-nyapu lantai mobil yang akan disewa. "Lee Joon, sebaiknya kau berhati-hati saat tidur. Ada mata yang sedang mengawasimu. Mungkin saja dia bisa melakukan hal buruk kepadamu," ucap Danniel terang-terangan. Ha Na langsung menoleh dan menatap tajam Danniel namun Danniel sama sekali tidak menolehnya.

"Apa maksudmu?" tanya Ha Na yang tersinggung.

"Tidak ada. Aku hanya menyuruh Lee Joon untuk berhati-hati. Jika kau tidak merasa sebaiknya kau diam saja," jawab Danniel acuh dengan seringai mengejek.

"Sudahlah, aku akan baik-baik saja. Jangan mencari ribut dengannya," Lee Joon berkata dan itu membuat Ha Na menolehkan lagi pandangan matanya kepada Lee Joon. Lee Joon masih memejamkan matanya. Tae Jo tidak berniat mencampuri obrolan ketiga orang itu.

"Benar-benar menjijikan dan tidak sopan!" ketus Ha Na. Lee Joon tidak peduli dan memilih melanjutkan tidurnya.

Lee Joon tidak benar-benar tidur, dia hanya memejamkan matanya. Dia menyadari tatapan Lee Ha Na terus mengarah kepadanya. Entah apa yang dipikrkan gadis itu tentangnya. Lee Joon tidak ingin peduli lagi. Dia sudah terlanjur kecewa dengan sikap Ha Na. Sementara Ha Na menatap Lee Joon dengan penuh kebencian.

"Hei mobilmu harus ditinggal di sini," Tae Jo telah selesai memeriksa mobil Ha Na.

"Kenapa harus ditinggal? Kenapa kau tidak langsung memperbaikinya?"

"Ada selang vacuum yang bocor. Itu penyebab mobilmu sering mati hidup mati. Aku akan memperbaikinya nanti dan akan ditinggal untuk beberapa hari."

"Aku butuh mobilku sekarang! Aku tidak ingin tahu, kau harus memperbaikinya!"

Tae Jo menahan kesalnya setengah mati, bagaimana pun ia tidak ingin berlaku kasar kepada Ha Na.

"Aku akan memperbaikinya, tetapi nanti. Pekerjaanku banyak sekali. Kau bisa menggunakan taxi untuk pergi."

Lee Joon membuka matanya dan melihat Tae Jo menampakkan raut kesalnya. Lee Joon lalu duduk kemudian berdiri. Ia menghampiri Tae Jo.

"Kau selesaikan saja pekerjaanmu. Aku yang akan memperbaiki mobilnya."

"Hei Lee Joon, kerusakan mobilnya parah. Kau sebentar lagi akan bekerja di pasar."

"Tidak apa-apa, aku akan melihatnya."

Ha Na menatap punggung Lee Joon tidak suka. Ia kemudian berdiri dari duduknya dan menghampiri Tae Jo lalu ia menyodorkan tangannya.

"Berikan kunci mobilku. Aku bisa memperbaikinya di tempat lain. Aku tidak ingin orang sepertinya menyentuh mobilku," ucap Ha Na dengan sinis. Lee Joon dan Tae Jo saling pandang kemudian Tae Jo memberikan kunci mobil Ha Na. Ha Na cepat-cepat mengambilnya dan menuju mobilnya.

"Hei kau bisa merusak mobilmu lebih parah jika kau menggunakannya!" Lee Joon berteriak untuk menghentikan Ha Na namun ia tidak peduli.

"Keras kepala sekali. Sudahlah, itu memang keputusannya. Terserah padanya, aku tidak peduli," ucap Tae Jo sambil melanjutkan pekerjaannya.

"Lee Joon, dia bahkan tidak mendengarkanmu. Sudahlah, tidak perlu khawatir padanya. Dia akan baik-baik saja. Hatinya keras seperti batu pasti dia tangguh."

Lee Joon menoleh ke arah Danniel yang tengah mengelap mobil lain. Perkataannya itu seperti sedang menggoda Lee Joon. Danniel memang temannya yang paling sering menggodanya. Temannya itu menyeringai padanya. Dia kemudian menutup mulutnya dengan rapat karena tatapan Lee Joon kepadanya.

"Apa yang kau bicarakan. Lanjutkan saja pekerjaanmu. Aku akan berangkat bekerja. Sampai jumpa nanti."

"Hm hati-hatilah, nanti aku akan melihat keadaan nenekmu saat makan siang!" Lee Joon mengangguk dan Danniel kembali mengelap mobil.

Lee Joon melangkahkan kakinya menuju pasar dan ketika ia keluar pagar bengkel, ia masih bisa melihat mobil Ha Na yang berjalan pelan. Lee Joon menghela nafasnya. Gadis itu masih keras kepala dan tidak ingin menerima bantuannya. Entah ada apa dengan dirinya, Lee Joon selalu bertanya-tanya mengapa Ha Na membencinya.

TBC...

Please leave comment, rate and vote! Thanks!

Latest chapters

Related Books

Popular novel hashtag