Nita membuka satu matanya untuk memastikan bahwa dokter edwin yang berada di sampingnya itu sudah tertidur.
Lalu kedua matanya tertuju pada jari yang di tutupi plester luka itu.
'Kenapa kamu terus saja mencuri perhatianku! ' celetuk nita dalam hatinya menyalahkan keberadaan plester di jari dokter edwin.
'Apa ini sakit? ' dia lalu bertanya pada dirinya sendiri, ragu-ragu untuk menyentuhnya tetapi rasa penasarannya begitu besar sekarang ini.
Dia tersenyum menatapi wajah dokter edwin yang tertidur dan yakin bahwa dia berada di titik aman untuk sekedar memperhatikannya.
Kelima jarinya ingin sekali menyentuh rambut lurus dari laki-laki itu tetapi lagi-lagi dia ragu untuk melakukannya.
"Kenapa aku merasa luka ini sangat serius! " nita berkata dengan suara yang sanga pelan sambil menunjuk ke arah jari dokter edwin yang terluka.