Ramah bukan kurang ajar, Ramah bukan juga sok kenal,
Melainkan Ramah adalah Santun
----------
Novan dan Agnez sudah menuju kamar masing - masing. Kamar ku bersebelahan dengan kamarnya Novan.
Di setiap lorong ada lima kamar dan yang masing-masing per kamarnya di tempati oleh empat sampai enam anak.
Dan di asrama ini ada lima lorong jadi jumlah keseluruhan adalah 25 kamar.
Dan di setiap lorong di sediakan juga kamar mandi tapi di luar kamar. Kamar mandi masih satu lorong dan kamar mandi tersebut setiap lorongnya juga jumlahnya dama dengan kamar. Jadi ada lima kamar mandi khusus untuk kamar masing-masing.
Aku tahu bukan karena aku melihat dan berjalan ke seluruh lorong, melainkan Kak Andre yang menceritakan kepadaku. Tapi ngomong-ngomong dia melarangku untuk memanggil kakak khusus aku katanya. Suruh panggil nama aja.
Jadi ya aku turuti yang dia minta.
Aku baru saja selesai menata seluruh barangku di almari baru. Memang ini ada satu almari saja, tapi masing-masing anak mendapat satu tempat dan satu kunci dari lemari tersebut.
Karena saru almari inu ada enam tempat.
Aku berada di kamar 12 yang di mana kamar ini adalah kamar tengah jadi kamarnya paling luas diantara yang lain. Dan yang menempati kamar ini juga banyak, ya ada enam anak tepatnya.
Aku mengambil tempat tidur di atas, karena disini ranjangnya pakai ranjang susun. Jadi atas dan bawah.
Tapi yang luar biasanya lagi, kasurnya bukan dari kapuk atau kapas. Melainkan springbed. Bakalan nyenyak nih tidur, karena empuk banget.
Aku masih berdiam diri di kamar karena, aku malu untuk keluar ataupun berjalan-jalan di siang hari. Andre tadi bilang lagi makang siang, aku sempat di ajak tapi masih kenyang. Dia nanti akan menemaniku untuk jalan-jalan pada malam hari.
Kulihat jam di dinding kamar ini menunjukkan pukul 03.32 sore. Dan kondisi asrama ini masih sangat sepi.
Ada sih beberapa anak tapi gak banyak. Mereka berada di luar asrama dan bermain bola.
Jadi di depan asrama ini ada lapangan bola basket.
Awan dia bilang mau jalan-jalan dan berkenalan dengan yang ada disini. Dasar, gue di tinggalin sendiri.
"Hahahahahah"
Aku terkejut di saat ada yang tertawa, dan melewati depan kamarku barusan.
Njir siapa ini tiba-tiba ketawa gak jelas. Tapi kudengar dari ketawanya pun dia cewek bukan cowok.
Berati apakah dia, mereka.
"Hahahahahah"
Buset, ketawanya malah di besarin.
Aku hanya duduk diam di ranjang bawah tepat di bawah tempat tidurku.
Aku gak mau berurusan dengan mereka.
Karena aku baru disini.
Ku putuskan untuk diam.
"Hahahahahah"
"Aaaaaaaaaaa!!!!"
Aku terkejut bukan main di saat dia tertawa kembali dengan menembus tembok kamarku dan berlari menembus tembok kamar sebelahnya.
Dia anak kecil berkuncir dua dan membawa mainan boneka. Gak di ajari apa anak ini sama orang tuanya buat jangan nembas nembus tembok sembarangan.
Umpatku dalam hati.
Dadaku masih dag dig dug, karena terkejut barusan. Ku atur nafasku dan mencoba untuk lebih rileks.
Kalau dia keluarnya kayak Awan sih gak papa. Ini lebih horor lagi keluarnya tiba-tiba dengan ketawa dan nembas nembus sembarangan.
Hampir seumuran dengan Indah rasanya dia.
Tak Lama setelah aku menyebut nama Indah dia muncul perlahan dari tembok kamar sebelah.
Kali ini dia gak tertawa, cuma jalan perlahan sambil menenteng boneka beruang coklat miliknya.
Bajunya gak sama kayak baju anak biasa seumurannya. Melainkan bajunya kayak baju jaman-jaman belanda gitu. Berwarna merahmuda, memakai sepatu warna merah fantofel dan kalau di buat jalan pasti berbunyi.
Anak itu terus berjalan dan mendekat Ke arahku.
Aku hanya diam dan mencoba untuk tidak membuat kontak mata denganya.
"Hai!"
Aku menoleh kepadanya saat dia memyapaku.
"Hai"
Ku balas dengan lembut.
"Dari mana kamu tahu namaku?"
Dia menambahkan bertanya kepada ku.
Aku diam sejenak. Nama? Aku saja tidak tahu namanya. Kapan aku memanggil namanya.
Aneh.
Aku hanya diam dan tidak menjawabnya, karena aku tidak tahu namanya.
"Dari mana kamu tahu namaku?"
Kemudian dia kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama.
Dan semakin dekat kepadaku. Kulihat dia meremas kepala boneka yang dia pegang. Seperti sangat geram sekali, dan ekspresi yang sebelumnya dia lucu sudah berubah saat ini.
Astaga, ini anak kok makin lama makin menakutkan juga.
"Aku tidak tahu namamu, aku hanya teringat di saat aku melihatmu. Karena aku punya teman juga seumuranmu di sekolah ku dulu. Dia namanya Indah"
Aku menjelaskan perlahan padanya sambil mengalihkan pandanganku darinya.
"Owh, iya namaku juga Indah!"
Dia menjawab perlahan dan berhenti berjalan.
"Ah, nama kamu juga Indah"
Aku menjelaskan kembali padannya.
"DIAM!!!"
Di berteriak di hadapanku. Suaranya besar dan melengking, spontan aku terkejut dan memundurkan badanku ke belakang.
Tangan ku gemetaran dan jantungku berdetak tak karuan. Dia membentak aku tanpa alasan yang jelas.
Aku berusaha untuk mengatur nafasku, karena tiba-tiba kurasakan sesak di dadaku.
Dia hanya tersenyum dan mengelus-elus boneka beruangnya.
"Jangan panggil namaku tiga kali, karena aku tidak suka dengan orang yang memanggil namaku tiga kali"
Menjelaskan secara perlahan dan sedikit memanja.
"Hahahahahaha"
Dan kemudian dia berlari keluar dari kamarku.
"Huhhhhhaaaaaa"
Akhirnya aku bisa bernafas dengan panjang saat dia sudah tak terlihat dan keluar dari kamar ini.
Sungguh aneh, dan menyeramkan kalau kamu benar-benar lihat dia secara langsung.
Tidak seperti Indah yang di sekolahku, dia baik, lugu dan polos. Tapi yang ini kebalikannya dari Indah yang ku kenal.
Apakah anak-anak asrama tahu akan dia?.
Ishhhh.
Kringggg...
Ku mendengar bel berdering dengan keras.
"Ayo semuanya yang berada di dalam asrama segera turun untuk apel sore di depan asrama!"
Dan ada sebuah pemberitahuan untuk kumpul di depan asrama, mengadakan apel sore.
Aku dengan segera bergegas untuk turun ke bawah.
"Awan, ayo kesini temani aku biar gak sepi"
Ku panggil Awan untuk menemaniku apel sore.
Setelah aku sampai bawah, ternyata sudah banyak sekali anak-anak yanh berkumpul di depan asrama.
Dan aku yang terakhir untuk turun apel.
"Ejh, di sebelah sini!"
Andre meneriakiku sambil memberikan sebuah kode bahwa untuk barisan anak kelas 10 berada di sebelah kanan dari kelas 11.
Ku berlari menuju barisan nomor tiga kebelakang dari depan, dan bersebelahan dengan Andre dan teman-teman ku sendiri yang kelas 10 saja aku belum kenalan.
"Hai, Aku Fahmil dari Kediri"
Anak yang berada sebelah kiriku mengajakku kenalan.
"Eh, Fahmil. Daftar sama Pak Parman juga kan?"
Aku memastikan, karena sebelum Pak Parman pergi dia berpesan bahwa ada teman juga yang berasal dadi Kediri kota yang sekolah di sini juga dengan pendaftaran dari Pak Parman. Namanya Fahmil.
"Iya, kamu H ya"
Fahmil tersenyum kepadaku.
"Iya aku H, tapi panggil aja aku Ejh"
Ku menjelaskan dengan pasti.
"Okay siap!"
Hahah lucu kami berdua sudah jadi teman. Padahal baru ketemu tapi udah akrab. Ternyata gak semua tempat itu sama. Lingkungannya sudah berbeda. Lingkungan yang membuat berbeda.
Tak lama pada waktu apel, kakak pembina berpesan bahwa di setiap nanti bertemu dengan anak baru harus kenalan. Agar saling tahu dan kenal.
Di sini peraturannya tidak boleh ada bulliying atau saling mengejek. Disaat itu ketahuan maka akan terkena sanksi.
Kak Haris namanya, kakak pembina yang memimpin apel tadi. Setelah selesai pengumuman sekilas.
Kak Haris membagi piket untuk yang anak baru alias kelas 10, untuk membersihkan area peternakan.
Aku bersama dengan Fahmil dan empat anak lainnya yang belum sempat untuk aku ajak kenalan.
Ah nanti aja waktu di tempat piket.
Aku dan dua anak baru ini mendapatkan untuk piket di kandang kambing.
Sedangkan fahmil dan dua anak lainnya mendapat piket untuk membantu mencari rumput untuk makanan kelinci.
Peternakan kambing ini berada tepat di sebelah asrama. Ya gak dekat juga, tapi kan asramanya besar ya tetap kelihatan dekat. Meskipun jaraknya lumayan jauh, kan asramanya besar hehehe.
"Hai aku Ejh, kamu?"
Aku bertanya kepada seorang anak baru perempuan yang dapat piket denganku.
"Farise, Lumajang"
Singkat dan padat.
Ok aku rasanya lanjutkan tugasku untuk menyapu halaman saja. Dia kelihatan judes.
"Hahaha di cueikin ni ye"
Awan tiba-tiba mendekat kepadaku sambil tertawa.
"Apaan sih Awan"
Ku pasang wajah jengkel padanya.
Memang sukanya tertawa diatas penderitaan orang lain.
"Dada aku mau pergi dulu ya Ejh"
Awan mengatakan hal tersebut sambil menjauh dari area peternakan ini.
Sengaja tidak ku larang dia pergi... Hmmm mungkin dia juga butuh refreshing.
"Hai, aku Yudi dari Ngawi. Panggil aja Saimb, nama akrab"
"Ahh ok ok, aku Ejh dari Kediri"
Aku menjawab sambil tersenyum kepadanya.
Dia anak yang sopan rasanya.
Ternyata untuk piket peternakan membutuhkan waktu Yang lumayan lama. Yang sebelumnya terang sekarang sudah mulai petang.
"Kenapa bambu kuning di tanam di depan peternakan kambing"
Saimb tiba-tiba mgomong sendiri, saat aku sedang menutup pintu di ruangan dalam.
"Kenapa emangnya?"
Aku bertanya padanya, karena aku mendengar yang di ucapkannya.
"Ah, nggak papa. Ya kurang tepat aja penempatannya"
Tambah dia menjelaskan.
Kupandangi bambu kuning ini yang memang sudah rimbun dan menjulang tinggi di depan area peternakan ini.
Langka, di tempat ku aja gak ada bambu kuning di tanam.
Disini malah di tanam di mana-mana.
"Ayo kita naik bareng atau gimana? Farise udah naik dari tadi ternyata!!"
Saimb berteriak dari kejauhan.
Dan aku masih mematung di depan bambu kuning ini.
"Iya, tungguin aku"
Aku kembali berteriak kepadanya.
Sembari aku berjalan menuju ke Saimb.
(Suara Geraman)
Ku balikkan badanku dengan cepat di saat aku mendengar sesuatu dari arah bambu kuning itu.
Ku lihat Saimb sedang duduk di joglo dekat tempat cuci tangan.
Ku perhatikan kembali dengan teliti ke arah bambu kuning itu.
Lama ku tunggu tapi tidak ada lagi suara geraman itu atau apapun yang di sana.
Kuputuskan untuk kembali ke Saimb.
(Suara Geraman)
Tak lama setelah aku melangkahkan kakiku dan lebih dekat dengan Saimb. Suara itu muncul kembali.
Dan ku perhatikan lagi dengan pasti ke arah bambu kuning itu.
Tak lama baru aku sadari bahwa di balik kerimbunan bambu kuning itu, ada sebuah bayang hitam besar di balik bambu itu.
Hmmm pasti itu bayangan dari gelap saja.
Saat kulihat lagi. Sesuatu yang gelap dan besar berpindah keluar dari bambu kuning itu.
"Apa itu?"
Tak sadar ku ucapkan kalimat tersebut di saat aku melihatnya.
"Apa Ejh?"
Saimb yang sebelumnya hanya duduk, langsung berdiri di sebelahku dan melihat ke arah yang sama.
"Ejh ayo kita langsung pergi!!!"
Saimb kemudian lari ketakutan menuju ke arah asrama.
"Hei, Saimb tungguin aku!!!"
Aku berteriak padanya, tetapi gobloknya aku masih mematung di tempat.
Dan dia semakin melihatkan dirinya.
Astag...
Dia besar, hitam berbulu lebat dan matanya sangat besar melotot ke arahku, dengan lidah yang terjuntai keluar dari mulutnya.
Aku bisa melihatnya semakin jelas karena dia menpampakkan diri dan keluar dari bambu kuning itu.
Makhluk apa itu, Saimb aja bisa melihat hal yang sama juga seperti yang aku lihat.
Ku sadari bahwa makhluk itu berjalan ke arahku. Dan gobloknya aku membuat kontak mata dengannya.
Tanpa pikir panjang aku langsung berlari meninggalkan tempat ku berdiri.
Aku berlari tanpa menoleh kebelakang.
Semoga dia tidak mengejarku.
.
.
.
----------
Aku gak mau berurusan dengan semua yang ada disini, tetapi lingkungan lah yang membuatku terpaksa melakukan itu.