Chereads / My Devil Husband / Chapter 2 - The Wedding

Chapter 2 - The Wedding

"Pertemuan adalah permulaan, tetap bersama adalah perkembangan, bekerja sama adalah keberhasilan."

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Waktu berlalu begitu cepat, tak terasa hari ini pun tiba, hari pernikahan Pangeran Arsen dengan Putri Aceline. Banyak sekali bisikan orang-orang tentang kemalangan sang putri karena harus menikah dengan pangeran yang katanya memiliki wajah buruk.

Aceline menatap pantulan dirinya di cermin. Ya ia terlihat menawan dengan gaun pernikahan yang memperlihatkan punggung mulusnya dan lengan gaun yang panjang dan berbahan transparan serta taburan manik-manik dan payet yang sangat indah. Rambut Aceline telah disanggul ke atas sehingga memperlihatkan tengkuknya yang putih mulus, leher Aceline juga dikaitkan sebuah kalung dengan liontin berwarna biru yang berbentuk seperti tetesan air.

"Putri, sungguh kamu cantik sekali" ujar Agnes terharu. Aceline tertawa kecil melihat tingkah pelayannya itu.

"Sungguh, kamu terlalu berlebihan Agnes"

"Tidak sama sekali putri, Aku yakin Pangeran Arsen pasti terpesona dengan penampilan putri" Aceline terdiam mendengar perkataan Agnes. Ah iya, dia akan menikah dengan Pangeran Arsen. Dalam hitungan menit ia akan menjadi seorang istri. Sulit dipercaya, di dunianya dulu, Aceline sama sekali tidak memikirkan tentang pernikahan.

"Putri, acara akan segera dimulai, mohon untuk bersiap ke aula istana" Aceline tersadar dari lamunannya.

"Iya, terima kasih" Aceline menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. Setelah memantapkan hati, Aceline melangkah keluar dari ruangannya. Di ujung sana Pangeran Arsen telah menunggunya, Aceline berjalan bersama dengan ayahnya, saat sampai diujung ayah Aceline memberikan putrinya itu kepada Pangeran Arsen.

"Jaga putriku dan bahagiakanlah ia" Aceline menunduk setelah mendengar perkataan ayahnya, entah mengapa Aceline sangat ingin menangis mendengarnya. Pangeran Arsen mengangguk dan segera menerima Aceline, kini Aceline dan Arsen telah berdiri untuk mengucapkan sebuah janji suci.

"Mari kita mulai, Arsen Vias Revaldi, bersediakan kamu untuk menerima Aceline Laurida Lenore baik dalam keadaan sakit maupun sehat, dalam keadaan miskin maupun kaya, dalam keadaan senang maupun susah sampai maut memisahkan kalian"

"Saya bersedia" jawab Arsen dengan tegas.

"Aceline Laurida Lenore, bersediakan kamu untuk menerima Arsen Vias Rivaldi baik dalam keadaan sakit maupun sehat, dalam keadaan miskin maupun kaya, dalam keadaan senang maupun susah sampai maut memisahkan kalian"

"Ya, Saya bersedia" jawab Aceline dengan mata yang memancarkan keberanian dan keyakinan.

"Dengan ini kalian telah sah sebagai pasangan suami istri, semoga pernikahan ini dapat membawa kebahagiaan untuk Pangeran dan Putri, Pangeran dipersilakan untuk mencium Putri."

Arsen dan Aceline saling bertatapan, tak lama kemudia bibir mereka saling bersentuhan.

"Selamat datang di neraka istriku" bisik Arsen setelah melepas ciuman itu. Aceline menatap Arsen dengan kesal. Jika kau pikir aku akan tersiksa, maka kau salah Arsen, batin Aceline.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Siang telah berganti malam, kini Arsen dan Aceline telah berada di kamar yang sama. Mereka berada di istana bagian timur, tempat Arsen tinggal, tidak jauh dari sini adalah istana utama tempat Raja dan Ratu serta Putra Mahkota.

"Kau gantilah gaunmu itu, aku meyakini itu membuatmu tidak dapat bergerak bebas" Aceline menghela nafas bingung dan berdiri dari duduknya mendekat ke arah Arsen lalu membelakanginya. Arsen menatap punggung Aceline bingung.

"Kau bilang ganti gaunku bukan? Kalau begitu bukalah deretan kancing-kancing itu, sungguh tanganku tidak sampai pangeran" Arsen pun mengerti maksud dari Aceline, dengan perlahan Arsen membuka kancing gaun Aceline satu persatu.

"Tidakkah kau berfikir dengan sikapmu yang seperti ini kau seakan menggodaku, bagaimana jika aku menyerangmu?" setelah kancing terakhir terlepas, Aceline berbalik dan menatap Arsen dengan berani, biarpun memakai topeng tapi pancaran sinar mata Arsen yang kuat sama sekali tidak bisa disembunyikan.

"Aku meyakini kau tidak akan melakukan itu, bukankah itu akan menyusahkanmu jika saja aku tiba-tiba hamil?" jawab Aceline dengan berani, Arsen menaikkan salah satu sudut bibirnya membentuk seringaian kejam.

"Ternyata aku mendapatkan istri yang cukup cerdas ya" Aceline melangkah ke kamar mandi untuk mengganti gaunnya dan berkata.

"Jika aku bodoh, aku meyakini akan sulit bertahan disisimu dan di lingkungan istana yang kejam ini" Arsen terus menatap punggung Aceline hingga tidak terlihat saat Aceline menutup pintu kamar mandi. Mungkin pernikahan ini akan sangat menarik, batin Arsen dengan tersenyum misterius. Setelah itu dia mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur dan duduk diatas tempat tidur. Aceline membuka pintu kamar mandi dan melangkah kearah tempat tidur.

"Sekarang, apa rencana kita?" Arsen menaikkan salah satu alisnya.

"Apa maksudmu?"

"Aku yakin Pangeran dengan tatapan kuat sepertimu pasti memiliki tujuan khusus untuk menikahiku" Arsen tersenyum tipis dan duduk berhadapan dengan Aceline.

"Dari mana asalmu?" Aceline terkejut mendengar pertanyaan Arsen.

"Apa maksudmu?"

"Tidak ada satupun orang yang memiliki mata berwarna biru sepertimu kau tau itu? lagipula aku telah mengikuti Aceline yang asli selama ini dan dia sama sekali tidak memiliki tanda lahir berbentuk bulan yang ada di bahumu itu" Aceline menatap bahunya dan tersenyum.

"Aku tidak menyangka kau begitu teliti, pantas saja mendapat gelar panglima yang hebat. Jadi apa maumu?"

"Aku tidak tau Aceline yang asli berada dimana dan juga aku tidak peduli itu tapi pernahkah kau mendengar ini? Pertemuan adalah permulaan, tetap bersama adalah perkembangan, bekerja sama adalah keberhasilan."

"Jadi?"

"Aku akan mengambil takhta raja dan kau harus membantuku setelah itu aku akan membantumu untuk kembali ke daerah asalmu bagaimanapun caranya" Aceline menatap Arsen dan berfikir. Mengambil takhta raja bukanlah hal yang mudah dan lagi ia hanya ingin keluar dari dunia ini.

"Oh dan juga, adikmu itu akan menjadi seorang putri mahkota, tidakkah kau tertarik untuk membalas dendam?" Oke, sekarang penawaran ini cukup menarik, apa salahnya untuk dia bermain-main sebentar di dunia ini.

"Aku setuju" Arsen menyeringai dan mengungkapkan strategi yang selama ini dia miliki untuk mengambil alih takhta.

"Kau harus ingat ini Aceline, aku tidak suka memiliki istri yang lemah, oleh karena itu mulai besok kau akan berlatih pedang, memanah, berkuda, dan bela diri" Aceline menatap Arsen dengan bingung. Oh ayolah, berpedang? Aceline sama sekali tidak memiliki ilmu untuk itu semua.

"Bagaimana caranya? Aku bahkan tidak pernah menyentuh pedang"

"Itulah salah satu keberuntunganmu menikah denganku, besok aku akan melatihmu" Aceline menanggung dan menarik selimutnya untuk pergi ke alam mimpi, ia sungguh lelah karena acara pernikahan tadi.

"Aku lelah, aku tidur duluan" Arsen mengangguk dan menatap Aceline yang mulai tertidur. Arsen mengangkat tangannya dan mengelus pipi Aceline. Selama kamu menjadi istriku, aku pastikan kau akan terlindungi, aku akan selalu menjagamu, janji Arsen di dalam hatinya dan menyusul Aceline untuk tertidur.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Pagi pun tiba, secercah cahaya memasuki ruangan yang berisikan dua manusia yang masih memejamkan matanya.

"Pangeran, Putri, bangunlah, hari sudah pagi dan sarapan telah disiapkan" ucap salah satu pelayan seraya mengetuk pintu dengan pelan. Aceline membuka matanya dan terduduk di tempat tidur, masih setengah sadar ia mengucek matanya dan menggoyangkan tubuh Arsen.

"Pangeran bangunlah, kita bersiap untuk sarapan. Tidakkah engkau lapar?" Aceline terus menggoyangkan tubuh Arsen seraya menguap hingga akhirnya Arsen terbangun. Arsen menatap istrinya yang masih setengah sadar itu dengan heran. Rasanya Arsen baru tidur sebentar sekali, atau karena tidurnya yang terlalu nyenyak? dia tidak pernah sulit dibangunkan sebelumnya. Setelah melihat Arsen yang bangun, Aceline membuka pintu kamarnya dan mengikuti Agnes untuk mempersiapkan diri. Setelah bersiap, Aceline berjalan menuju ruang makan. Acenile tidak mengenakan gaun seperti biasanya melainkan menggunakan baju latihan untuk wanita. Arsen telah duduk disana dengan menggunakan baju latihan juga. Kalau boleh jujur, Arsen terlihat menawan walaupun wajahnya tertutupi oleh topeng.

Setelah selesai makan, Arsen dan Aceline berjalan menuju ruang latihan. Disana Aceline dilatih ketat fisiknya agar tidak lemah. Agnes yang melihat perjuangan nonanya merasa sangat tidak enak. Sudah berulang kali Agnes berjalan menuju Aceline untuk menanyakan apakah dia mau beristirahat atau tidak tetapi Aceline menolak untuk istirahat. Kini Aceline berlatih dengan serius dan diarahkan oleh Arsen. Walaupun Aceline wanita, Arsen sama sekali tidak tanggung-tanggung. Sudah kesekian kalinya Arsen memarahi Aceline saat dia mulai menunjukkan sisi lemahnya. Agnes dan jajaran pelayan wanita lainnya hanya dapat melihat latihan ketat yang diberikan oleh Arsen dengan perasaan tidak enak hati.

"TERUSLAH BERLARI! BAGAIMANA MUNGKIN KAU MENJADI ISTRI SEORANG PANGLIMA HEBAT JIKA KAU SELEMAH INI!" bentak Arsen. Aceline memperkuat kakinya untuk terus berlari mengelilingi ruang latihan itu sampai,

Duk,

Bruk.

Arsen menatap Aceline yang tersungkur dengan kesal. Ia menghela nafas dan membantu Aceline berdiri.

"Kita lanjutkan latihan ini besok" Aceline mengangguk lemah dan berjalan menuju Agnes. Dia sangat lelah, berlatih dari pagi hingga hampir sore. Arsen menatap kepergian Aceline dan duduk di ruang latihan. Tak lama kemudian seorang lelaki bersujud di depan Arsen.

"Pangeran, hingga kini Putra mahkota belum mengetahui pergerakan dari kelompok kita" Arsen menatap pria di depannya, pria itu adalah salah satu tangan kanannya, yang sangat dia percaya.

"Terus awasi gerak gerik Putra Mahkota dan berikan informasi padaku"

"Baik pangeran"

"Sebelum itu, pergilah ke salah satu pengrajin pedang dan buatlah sebuah pedang khusu untuk istriku, jangan lupa berikan ukiran inisial namanya di sarung pedang itu"

"Baik Pangeran"