"Kamu sudah menemukan boneka yang kamu cari?" tanya kakek penjaga toko.
Kucari asal suara itu dan kudapati kakek itu di bawah meja kasir. "Sepertinya kakek itu sedang sibuk merapikan boneka di bawah sana," pikirku.
"Aku sudah menemukan boneka yang ingin aku beli Kek," jawabku.
"Boneka seperti apa itu? Kakek penasaran boneka apa yang bisa menarik perhatian seorang gadis muda sepertimu. Hahaha..." tanya kakek itu sambil tertawa renyah dan berusaha untuk berdiri.
"Ini loh Kek, boneka beruang biru muda. Entah mengapa boneka ini seperti menginginkan aku untuk membelinya. Ini benar-benar boneka yang bagus," jawabku pada sang kakek sambil memperhatikan boneka yang sedang kupegang. Aku tidak bisa berhenti tersenyum setelah menemukan boneka itu. Rasanya hatiku sangat senang tapi aku tidak tahu karena apa.
"Darimana kamu mendapatkan boneka itu?" tanya kakek.
Sontak aku menoleh ke arah kakek. "Mengapa tiba-tiba kakek itu serius sekali? Bukannya dari tadi masih biasa saja? Aneh," batinku dalam hati.
"Dari lemari kaca di pojok belakang Kek," jawabku.
"Sebaiknya kamu letakkan lagi saja boneka itu, cari yang lain saja," ujar kakek itu.
"Tapi kenapa Kek? Lagipula aku suka dengan boneka ini. Boneka ini juga sepertinya menyukaiku," ucapku. Aku bersikeras untuk mempertahankan boneka itu. Mana mungkin aku membiarkan boneka itu hanya dijadikan pajangan di pojok ruangan. Lebih baik aku beli dan aku rawat.
Kakek itu tidak menjawab pertanyaanku dan malah bertanya lagi padaku. "Kamu yakin dengan boneka pilihanmu itu?" tanya kakek itu.
"Ya, aku sangat ingin memilikinya," jawabku ketus.
"Baiklah, kakek sudah memperingatkanmu. Kakek berharap hal baik yang akan selalu kamu dapatkan. Semoga hari-harimu menyenangkan gadis muda," lanjut kakek itu sambil tersenyum tipis dan membungkus boneka beruang itu.
Aku segera membayar boneka beruang itu dan bergegas pergi ke orang tuaku. Saat aku keluar, aku sempat melihat senyum kakek itu terarah padaku. Bukan senyum hangat saat kami pertama kali bertemu, tetapi senyum kekhawatiran yang tidak kumengerti alasannya. Aku segera menepis pemikiran burukku dan begegas ke air mancur taman kota.
***