Chereads / Brave New Age (Bahasa) / Chapter 21 - Perang Dagang

Chapter 21 - Perang Dagang

Lima tahun kemudian

—————

12 November 1264 AG - 10:00 Am

Kota Tigris - Guild Pedagang

—————

Grall mengamati barang-barang di gudang Guild Pedagang. Walaupun dia awam urusan jual beli, marquis itu cukup paham kenapa Tigris mampu menguasai seperempat jalur perdagangan benua hanya dalam waktu lima tahun saja.

"Produk ini jauh berbeda dari produk mereka lima tahun belakangan." Grall memeriksa pakaian yang nampaknya terbuat dari katun. "Dulu mereka menjual pakaian dari kulit omegra. Sekarang mereka menjual pakaian dari tanaman kapas. Aku tidak habis pikir bagaimana cara mereka memintal kain sebagus ini."

Solidi menghentikan sejenak kegiatannya menghitung uang. Dia mengambil salah satu dokumen yang berserakan di meja kerjanya dan menyerahkannya kepada Grall.

"Mereka punya teknologi di bidang garment. Kuantitas produksi mereka setara hasil produksi dua kerajaan. Kamu tahu apa yang mereka katakan ketika aku menanyakannya?"

Grall tidak menjawab karena dokumen di tangannya sudah mewakili pertanyaan Solidi. Dia juga malas bersuara karena terlalu banyak istilah asing yang membuat kepalanya pusing.

"Selamat datang di era industri! Itu kata mereka. Orang-orang Maylon itu benar-benar mahluk dari dunia lain," kata Solidi disertai gerak tubuh mendramatisir.

"Kamu pernah ke Maylon, bukan? Apa saja yang kamu lihat?"

"Gubuk-gubuk reot! Satu-satunya bangunan yang enak dilihat cuma guild petualang. Aku heran kenapa mereka menyebut kampung kumuh itu sebagai Kota."

Grall langsung mengernyitkan dahinya.

"Bagaimana bisa mereka memproduksi barang-barang sebanyak dan sebagus ini?"

"Rahasia pedagang, Grall. Partner bisnis sedekat aku saja belum mereka izinkan mengintip. Seperti dokumen yang kau pegang, mereka punya wilayah sendiri yang khusus membuat barang-barang itu."

"Bagaimana kesepakatanmu dengan mereka? Kapan kita boleh produksi sendiri?"

"Alih teknologi 10 tahun lagi. Kalau sudah tiba waktunya, mereka akan mengirim benda yang bernama ... hmmm ...." Solidi melirik sejenak kertas di atas meja. "Benda yang bernama mesin uap atau entahlah benda apa itu. Mereka tidak menjelaskan cara kerjanya."

Grall mengangguk. Kesekian kalinya dia membuang rasa heran karena Maylon terlalu aneh untuk mampu dia pikirkan. Dia sudahi basa-basinya dan menyampaikan tujuannya menemui Solidi.

"Pengajuan otonomi khusus sudah disetujui istana. Mulai sekarang kita boleh membuat undang-undang sendiri. Selama UU itu di luar militer."

Kabar baik itu tidak serta merta disambut gembira oleh Solidi. Pedagang kawakan itu justru menunjukan ekspresi kurang sedap.

"Apa permintaan istana?"

"Seperti yang kamu prediksi, mereka meminta seluruh paten teknologi Tigris."

Solidi langsung terbahak.

"Seperti yang kamu bilang, Grall. Orang-orang pusat itu semuanya idiot, hahahaha!" gelak Solidi memegangi perutnya yang agak buncit. "Ah sudahlah, pejabat-pejabat dungu itu belum tahu apa artinya nilai tawar."

"Tenang saja, aku sudah menyuap mereka."

Grall menghela napas panjang. Dia kenang lagi perjalanannya lima tahun ini mewujudkan rencananya bersama Tonos.

Sesuai yang Blackfin itu rencanakan, Tonos akan membangun sebuah kota setahun setelah rencana besar itu dia paparkan. Kota yang bernama Maylon itu memproduksi barang-barang yang saat ini dipasarkan Tigris. Kerjasama itu win-win solution. Barang produksi Maylon sangat berkualitas sehingga mampu menyingkirkan banyak pesaingnya di pasaran. Keuangan Tigris pun semakin melimpah sehingga Barlux mampu membiayai program-program pemerintahan yang diajarkan Tonos.

Sedangkan Kota Maylon, mereka juga mendapat sumberdaya untuk membangun peradaban mereka.

Awalnya kerjasama itu agak terhambat karena para pesaing menggunakan cara-cara culas. Ada yang memboikot produk itu di wilayah mereka, ada pula yang menyewa bandit dan perompak untuk mengganggu jalur distribusinya. Namun setelah Solidi membagi-bagikan peluang kepada mereka, berbagai masalah itu berubah menjadi keuntungan besar.

Tigris tidak lagi menjual barang eceran. Propinsi itu telah menjadi sentral perdagangan yang dikunjungi para pedagang, termasuk yang dulu pernah jadi pesaing. Hasilnya, Solidi tinggal ongkang-ongkang kaki karena para pembeli besar itu datang sendiri.

Guildmaster pedagang itu jenius. Sejak awal dia memancing para pesaing untuk menawarkan kerjasama.

"Setelah ini kamu mau kemana lagi?" Solidi bertanya setelah Grall menyelesaikan urusannya.

"Aku harus menemui Barlux. Ini sudah lima tahun pertama. Dia harus tahu apa langkah kita di lima tahun kedua."

Solidi lagi-lagi terkekeh untuk hal yang sebenarnya tidak lucu. Puas tertawa, pria itu melirik sesosok pemuda berzirah yang berdiri tenang di samping Grall.

"Aku juga mau dikawal knight cantik itu."

"Aku laki-laki. Jangan merendahkanku, Paman Solidi."

Grall melirik pemuda tampan berambut hitam yang dimaksud Solidi. Mata knight muda itu nampak tegas melihat ke depan, seakan di manapun dia berada adalah medan perangnya.

"Tumben kamu tidak bersama Simian," tanya Solidi lagi pada pemuda itu yang tidak lain adalah Mascara del Stauven.

Mascara tidak menjawab. Solidi langsung tahu jawabannya ketika melihat pipi berbintik gadis itu tiba-tiba memerah.

"Dia mengintipmu mandi lagi? Atau meremas dadamu? Hahahaha!"

Wajah Mascara semakin merah padam. Dia mencolek ayahnya dan berkata, "Ayo, berangkat!"