Chereads / Black Paper / Chapter 2 - Mimpi

Chapter 2 - Mimpi

Emile yang terkejut dengan tulisan yang berada dalam kertas itu pun bergegas turun dan segera menyusul Elthar.

"ELTHARRR!! " Suara teriakan Emile.

Elthar melihat ke arah suara itu berasal dan kemudian ia memalingkan kepala nya dan berjalan kembali menuju gerbang sekolah.Emile yang sedang berlarian dan berdesakan dengan siswa siswi lain pun mempercepat langkah kaki nya.

"Hei Mil!" suara seseorang terdengar dari belakang punggung Emile disertai dengan tepukan di pundak Emile.

"Eh kamu tas.. aku kira siapa.." Nada Emile menenangkan dirinya sendiri karena terlihat sanagat kaget.

"kenapa sih mil? Kok kayanya kaget banget. Lagi nyari siapa sih?"

"oh engga kok,ayo kita ke kelas." Emile berusaha meyakinkan.

Emile segera menyembunyikan kertas yang ada di genggaman nya dengan sangat hati-hati agar Tasya tidak curiga. Mereka berjalan menuju kelas melewati Lorong sekolah yang terbuka. Dan tidak sengaja, Emile melihat Elthar dari kejauhan yang sedang bersembunyi di balik semak-semak.

"Tas.. kayanya aku mau ke kamar mandi dulu deh, kamu duluan aja nanti aku nyusul." Emile berdalih

"ohh gituu.. oke baiklah."

Mereka berpisah di pertigaan Lorong tersebut dan Emile mempercepat langkah kaki nya untuk menuju ke tempat persembunyian Elthar.

Elthar yang sedari tadi memperhatikan di balik semak itu pun kehilangan jejak yang di intai di pertigaan Lorong. Kemudian Elthar memutuskan keluar dari tempat pengintaian nya tersebut dan memutuskan untuk menuju ke kelas.

Tetapi, setelah ia berdiri dan hendak berbalik arah, betapa sangat terkejutnya Elthar saat mengetahui objek yang di awasi sedari tadi saat ini sudah berada di hadapan nya.

"Heh, mau kemana?" tanya Emile

Seperti biasa, Elthar tidak menjawab sedikit pun.

"kamu bisu ya?" Kembali Emile bertanya, tapi kali ini dengan nada yang sedikit tinggi.

"HEHHH!!!" Emile nge gas.

Perlahan Elthar mengangkat dagu nya dan mulai menatap Emile dengan tatapan yang sangat tajam. Bahkan lebih tajam dari yang di angkot. Emile yang ditatap seperti itu pun gentar, tetapi dia masih berusaha untuk berkomunikasi dengan Elthar dengan perasaan sedikit takut. Kemudian dengan cepat Elthar menyambar tangan Emile dan menarik paksa kemudian membawa nya ke gudang sekolah.

"Elthar!! Mau kemana?!! ELTHARR!!"

Elthar tak menjawab dan terus berjalan menuju ke Gudang sekolah, dimana Elthar sering menghabiskan waktu disaat mata pelajaran dikelas tidak ada karena guru yang bersangkutan berhalangan hadir.

"Mau ngapain kita keisini?" Tanya Emile

Kali ini Elthar membuka mulut dan menjawab.

"Saya akan menjelaskan semuanya ."

"Oke. Pertama jelaskan apa maksud kertas yang kamu beri di angkot itu?"

"Mungkin kamu tahu dan mengira bahwa aku aneh. Dan saya yakin, bahwa Tasya sudah menceritakan sebagian kisah tentang diri …. Ku…" Belum selesai Elthar bicara,Emile menimpali perkataan Elthar.

"Tidak. Belum semua hal tentang dirimu Tasya ceritakan. Dan aku lebih suka jika kamu yang menjelaskan dan menceritakan sendiri."

Dengan tenang dan tetap dengan ketampanan dan sikap nya yang cool, Elthar pun meneruskan ..

"Setiap hari Rabu malam saya bermimpi.. dimana mimpi itu sangat menakutkan,setiap hari itu saya bermimpi dan melihat kematian seseorang dalam mimpi saya.Dan keesokan paginya, setelah saya bangun dari mimpi yang menyeramkan itu, saya selalu mengalami perih yang amat sangat di bagian belakang punggung saya, dimana itu adalah luka sayatan. Darah dari luka sayatan itulah yang saya gunakan untuk menuliskan nama sahabat mu itu di dalam kertas yang saya berikan."

Emile terdiam tak percaya dengan penjelasan Elthar.

"Jadii??? Kamu melihat kematian Tasya?!"

Elthar tak menjawab, hanya memberikan isyarat bahwa yang ditanyakan itu memang benar terjadi di dalam mimpinya.

"Lalu.. apa yang terjadi setelah kamu bermimpi seperti itu?"

"Didalam mimpi.. saya melihat Tasya terbakar.. semua orang yang berada didalam mimpi saya akan mengalami kejadian nyata setelah saya terbangun dari mimpi tersebut."

Emile menangis sangat haru saat mendengar penjelasan Elthar.

"Lalu bagaimana?? Apakah sudah memang sahabatku itu benar-benar harus pergi?" Emile bertaya dengan Air mata yang banjir membasahi pipi

"Ajal seseorang tidak bisa kita hentikan. Tetapi kita bisa mengingatkan"

"Mengingatkan? Tapi.. apakah Tasya akan percaya?"

"Kita bisa mencobanya jika mau. Sekarang kita masuk kelas dulu,dan tolong hapus dulu air matamu itu" Elthar memberikan sapu tangan dari kantong celana nya dan kemudian bergegas menuju kelas.

Setelah mengusap air mata nya Emile pun menyusul keluar dari Gudang.

Sebelum menuju ke kelas, Emile pergi ke kamar mandi sebentar untuk memastikan bahwa mata nya tidak seperti orang yang telah menangis, karena ia tidak ingin terlihat demikian.

Emile kembali menuju kelas dengan perasaan yang masih sangat terpuruk yang mengetahui bahwa sahabat nya kini tidak lama lagi akan pergi meninggalkan nya.

Sesampainya di kelas, Tasya sudah siap dengan buku pelajaran pertama nya kali itu pun bertanya kepada Emile.

"Mil.. kok lama banget sih kekamar mandi nya?"

"oh iya nih aku pup tadi tas, hehe…."

"iihhh jorok wkwk"

"Hehe.. Tapi kamu masih mau kan duduk sama aku?"

"heyy… ya jelas lah, santai aja kali mil.. kamu kan sahabat aku, masa karena hal kecil doang aku gamau duduk sama kamu sih.. ada-ada aja kamu ini mil.. yasudah sini duduk" jawab tasya sembari menepuk bangku di sebelah nya untuk mempersilahkan Emile duduk.

"oke baiklah.. makasih ya Tas.."

Dalam hati Emile merintih dan menangis karena masih tidak percaya bahwa sahabat yang berada di sampingnya ini akan pergi selamanya.

"Tas.."

"Iya kenapa mil?"

"Aku mau ngomong sama kamu,Penting."