Chereads / Black Paper / Chapter 3 - white paper

Chapter 3 - white paper

Saat Emile hendak menceritakan apa saja yang selama ini ia alami dan hendak mengingatkan Tasya atas kematian nya karena melihat nya hangus terbakar. Emile terbangun dari tidur nya. Iya, hal yang ia alami adalah mimpi. Tapi bertapa terkejut nya ia setelah melihat jam yang masih subuh dan ia mendapati bahwa kertas putih bertuliskan darah itu ada pada meja nya.

...

Emile adalah sosok perempuan yang kuat dan berani, ia juga cerdas dan pandai di sekolah nya. tapi sampai setelah 3 hari semenjak elthar memberikan kertas yg bertuliskan nama Tasya, dia masih belum bisa memecahkan apa maksud dari tujuan tulisan tersebut. Didalam 3 hari itu emile belum pernah bertemu sosok tampan yg ia kagumi itu kembali. dan ia pun belum memilikki keberanian yang cukup untuk memberitahu apa isi kertas itu kepada Tasya yang merupakan sahabat nya sendiri. ia pun ingin menggali lebih dalam bagaimana sosok elthar yg sesungguhnya di mata Tasya,tetapi hal itu membuat Emile khawatir jika Tasya tau apa yg telah terjadi di dalam lembar kertas putih bertuliskan nama nya.

Hari berikutnya Emile kembali menuju sekolah menggunakan angkutan umum seperti biasa, dengan earphone yg menggantung di telinga dan sikap tegas yang mengacuhkan semua penumpang yang ada di dalam angkutan umum tersebut. Dalam riuh kebisingan angkutan umum, handphone Emile berdering didalam saku menandakan ada sebuah pesan yang bergulik pekak ingin di baca. Sebuah nomor baru terlihat di layar notifikasi handphone nya dan ada sebuah pesan singkat yang tertulis di dalam nya. Emile hendak mengabaikan pesan itu, dan ia pikir ini hanyalah sebuah tipuan undian berhadiah. Tapi saat sekilas ia baca dan melihat ma Tasya, ia segera membuka pesan itu dan ia sangat terkejut bahwa pesan yang ia baca adalah..

"Tolong jaga Tasya, ia tidak akan selamat -Elthar"

Dalam kebisingan metro mini yang ia tumpangi, Emile terkejut melihat pesan yang di lontarkan oleh Elthar

"HAH Tasyaa??! :'("

Dalam kegelisahan nya ia langsung menghubungi Tasya, tetapi hasil yang ia lakukan berbuah nihil karena Tasya tidak kunjung mengangkat telfon nya. Belum usai dengan kegelisahan nya, metromini yang di tumpangi Emile pun telah sampai didepan sekolah. Emile pun bergegas lari menuju kelas dan langsung menghampiri bangku Tasya. Namun sesampainya dikelas Emile tidak menemui Tasya dan tidak melihat ada tas Tasya yang menggantung di pundak-pundak kursi yang Tasya biasa duduki.

"Din.. kamu lihat Tasya tidak?" tanya Emile kepada Sadine yang duduk di depan bangku Tasya

"Tidak mil, aku baru saja sampai.. mungkin dia belum datang.." jawab Sadine

"Dduuhhhh.. Tasyaaaaaa kamu dmnaa siiih" ucap Emile dengan kepanikan yang mulai meningkat.

"memang nya ada apa sih mil? " tanya Sadine

"@#-€°@#$÷•¶¢%¢¶" Emile yang tidak bisa menjelaskan dan langsung kabur keluar kelas.

Emile tidak kehabisan akal, dia menelfon nomor telepon rumah Tasya. Dan setelah beberapa bunyi ringing yang Emile dengar ada seseorang yang mengangkat telfon itu.

"Iya dengan kediaman Gorban (aka ayah nya Tasya)" suara pak Gorban sedang mengangkat telfon

"halo om, ini Emile.. om mau tanya, Tasya dimana ya om?" tanya Emile kepada ayah Tasya dengan sedikit gemetar

"ohh iya Mill, itu Tasya nya masih mandi kata mamah nya.. dari tadi belum keluar kamar" jawab pak Gorban

"oh baiklah kalau begitu, saya susul kesana ya om?" perasaan sedikit lega namun tetap dengan kepanikan yang mendalam

"oh yasudah mil, hati-hati ya"

Percakapan dalam telfon itu pun begitu singkat, Emile yang sudah sampai di sekolah pun bergegas menaiki angkutan umum untuk menuju ke rumah Tasya.

Didalam perjalanan menuju kediaman rumah Tasya, Emile tidak bisa berhenti memikirkan sahabat nya itu ketika ia sudah mengetahui bahwa Tasya tidak akan selamat.

...

"dduuu... dduuu... dduuu.... du.. du.." senandung Tasya saat sedang berendam di bathub putih putih mengkilap yang berada di dalam kamar mandi nya.

Sambil memainkan busa busa manja yang telah ia buat dari cairan licin wangi untuk membersihkan badan nya itu. Itu adalah hal rutin yang ia selalu kerjakan sesaat sebelum berangkat sekolah, sama hal nya dengan ia selalu mengeringkan rambut nya di kamar mandi bukan di kamar ia sendiri dan selalu menaruh alat pengering rambut nya di sisi ujung bathub.

Setelah ia rasa cukup bermanja-manja ria dengan bathub putih nya itu, ia bangkit dan menuju shower untuk membersihkan sisa busa manja yang ada pada diri nya tersebut. Dengan aliran air yang cukup deras dan suhu kesukaan nya yaitu campuran air panas dan air dingin.

Setelah hal itu selesai dilakukan, ia mengambil baju handuk nya dan segera mengeringkan baju nya serta juga dengan rambut nya. Didepan wastafel kayu berkaca nya itu,ia mengeringkan rambutnya dengan alat pengering rambut yang selalu ia taruh di ujung bathub yang letaknya sangat dekat dengan posisi ia sekarang.

...

Tak kuasa menahan kegelisahan nya, akhirnya Emile mencoba menghubungi Tasya kembali melalai ponsel saat sedang di angkutan umum menuju rumah Tasya.

drrtt.. drrtt.. drrtt...

Tasya kali ini menyadari bahwa ada suara getaran dari ponsel yang ia taruh di atas meja wastafel kayu tempat ia sekarang sedang mengeringkan rambutnya. Dan saat ia menyadari bahwa itu sudah beberapa puluh kali mencoba menghubungi Tasya, hal itu membuat Tasya sedikit terburu-buru untuk mengangkat telfon tersebut, hingga ia langsung menaruh kembali alat pengering rambut nya itu di ujung bathub tanpa mematikan daya nya. Dan Tasya tak menyadari bahwa ia tidak menaruh nya dengan sempurna, sehingga alat pengering rambut itu jatuh kedalam bathub yang masih berisikan air dan busa-busa manja bekas ia gunakan untuk memanjakan dirinya. Dering telfon itu pun membuat ia bangkit dari wastafel bercermin itu dan beranjak sedikit menjauh untuk mengangkat telfon itu.

"Oh shit.. 56X panggilan tak terjawab dari Emile!" ujar Tasya dan ia segera mengangkat telfon nya.

"Halo mil.. duh sorry mil,, saya tadi lagi mandi, ada apa ya mil?" ungkap Tasya kepada Emile

"Aahh Tasyaaa aku khawatir banget sama kamu, kamu gapapa kan? kamu sekarang dimana?" balas Emile dengan segala pertanyaan kecemasan nya

"eh eh kamu kenapa? aku gapapa kok mil.. aku udah selesai mandi nih lagi ngeringin rambut. sebentar lagi aku ke berangkat ko"

"Tasya kamu harus hati-hati.. plis percaya sama aku, kamu harus hati-hati Tasya plisss. aku punya perasaan ga enak tentang kamuu, aku sekarang lagi di jalan menuju rumah kamu. Kamu harus hati-hati yaaaa.. pokoknya jangan kemana-mana sampai aku datang. okey?"

"Eh mil kamu kenapa si? ada apa sama aku? kenapa? aku baik baik aja ko.. aku pasti berhati-hati" tanya Tasya dengan sedikit menghiraukan peringatan sahabat nya itu

"Plis Tas.. dengerin akuu.. aku bakal ceritain semua nya ke kamu setelah aku sampai. sekarang kamu jaga diri baik-baik okey?"

"ahh iya iya mil" gumam Tasya sembari menutup telfon.

Setelah Tasya menutup telfon, ia kembali menuju wastafel kayu bercermin itu.. Dan saat Tasya berjalan menuju wastafel, ia terpeleset di langkah kaki yang ketiga oleh lantai yang licin karena busa sabun yang ia gunakan tadi.

Tasya terpeleset hebat yang mengarah ke bagian depan dan membenturkan kaki dan badan nya ke bagian ujung-ujung bathub nya sehingga badan beserta kepala nya masuk kedalam bathub.

BRUAKKK!!! Suara keras terdengar di dalam kamar mandi itu.