Author POV.
Wanita cantik itu hanya menatap kosong hamparan jalan yang penuh akan penduduk yang berlalu lalang, Air matanya seakan kering. Dia terlalu lelah menangis, menangis nasib rumah tangganya.
Jenni menghapus kasar setiap jejak air mata yang jatuh di kedua pipi mulus. Pengkhianat suaminya sungguh sangat membekas di hatinya, meninggal luka yang mendalam.
Pantaskah dia menyalahkan sang illahi ?. Jawabnya tidak dia tidak akan menyalakan siapa pun atau pun memarahi siapa pun, dia sabar bahwa yang terjadi pada rumah tangganya memang sudah suratan takdir Tuhan, Dan hanya mampu bersabar dan berdoa.
Jika waktu dapat di putar makanya Jenni akan memilih di mana waktu di belum bertemu dengan suaminya. Rumah tangga yang di bangunnya dengan tulus harus runtuh hanya karena seorang wanita.
Tapi dia yakin di setiap kejadian buruk pasti ada kebahagiaan di baliknya, Tuhan tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan umatnya. Begitu juga yang selalu di percaya oleh Jenni.
Jika sebuah perceraian di benci oleh Tuhan maka Jenni rela memohon ampun seumur hidupnya kepada sang kuasa, pemilik alam semesta.
Jenni percaya bahwa apa yang di alaminya murni cobaan dari yang kuasa. Dan hanya kepada-nya lah Jenni mengadukan nasib serta air matanya.
Jenni menarik nafas dalam-dalam menghembuskan dengan perlahan, sebelum kakinya memasuki rumah sederhana milik keluarga. Ya dia memang bukan dari keluarga kaya atau pun terpandang seperti suaminya. Tapi rumah ini yang selalu mengajarkan akan indah bersyukur mau sedikit atau pun banyak yang beri oleh Tuhan.
Kedua kakinya melangkah masuk kedalam rumah orang tuanya dengan senyum indah di kedua sudut bibirnya. Senyum yang mungkin hanya mampu terlihat di wajah cantiknya tapi tidak sampai kehatinya yang terluka.
"Assalamualaikum bu" suara lembut itu mengalun indah di rumah sederhana milik keluarga Jenni.
"Walaikumsalam nduk" balik salam suara wanita paruh baya yang terlihat cantik dengan balutan hijab sederhananya.
"Tumben kamu kesini nduk, mana suami mu, nduk. Ora di aja ?" Tanya wati Ibunda Jenni.
Jenni hanya mampu tersenyum sedih saat wanita yang sangat berjasa pada hidupnya itu mempertanyakan perihal suaminya.
"Jenni boleh masuk dulu bun ?" Tanya Jenni dengan suara lembutnya.
"Monggo masuk nduk" jawab ibu Wati sambil membimbing tubuh putrinya untuk duduk di sofa usang miliknya.
"Kamu kenapa nduk pasti ada masalah ?, coba cerita sama ibu" Tanya ibu Wati pengertian kepada putrinya.
"Mas Thomas Bu, dia menghamili wanita lain yang bukan muhrimnya" kata Jenni dengan Isak tangisnya.
Hatinya sakit jika mengingat setiap pengkhianat yang di lakukan oleh suaminya.
Ibu Wati hanya mampu menatap iba putri semata wayangnya. Dengan lembut wanita paruh baya itu menarik tubuh rapuh putrinya mengelus lembut punggung bergerak anaknya.
Hati ibu mana yang tidak sakit saat melihat putrinya terpuruk.
'ya Gusti cobaan apa lagi yang kau berikan pada putri ku' batinnya sambil mengusap satu tetes air matanya.
"Sabar nduk wes berdoa dan memohon pada Gusti Allah, ibu yakin ini cobaan untuk mu nduk. Semakin besar cobaan yang terima oleh umatnya maka semakin besar juga kedudukan di mata Gusti Allah" kata ibu Wati berusaha menguatkan hati putrinya.
Tanpa mereka sadari pria paruh baya itu menatap sedih putri serta istrinya. Begitu besar cobaan yang terima putrinya.
Dengan pelan seno memasuki rumahnya mengelus lembut rambut panjang putrinya.
"Jangan nangis lagi nduk, di setiap cobaan pasti ada hikmahnya dan setiap perbuatan pasti ada imbal baliknya nduk" kata Seno.
Jenni hanya mampu menumpahkan semua air matanya di bahu ringkih ibunya hanya pelukan serta nasehat dari kedua orang tuanya lah yang Jenni butuh sekarang.
Ya benar yang di bilang oleh dapaknya setiap cobaan pasti ada hikmahnya dan setiap perbuatan pasti ada imbal baliknya.
Tuhan tidak akan pernah buta akan kesusahan serta derita yang di tanggung oleh umatnya.
..............
Suara bantingan barang serta pecahan kaca terdengar jelas di telinga semua yang berada di rumah mewah milik Thomas.
Thomas membanting serta memecahkan semua apa saja yang ada di pandangannya.
Bahkan dia tidak memperdulikan teriak serta permohonan orang yang berada di sana.
Ya dia tahu ada separuh jiwanya pergi meninggalkan kekosongan di hatinya.
BRAK
Kali ini Thoma melempar gelas kaca hingga serpihan kaca mengenai kaki Risa. Teriak kesakitan Risa bahkan tidak mampu membuat Thomas berhenti untuk mengamuk.
Dia hanya butuh istrinya Sekarang, dia membutuhkan suara serta sentuhan lembut dari istrinya, Jenni.
"AKU TIDAK AKAN PERNAH MELEPASKAN MU JENNI TIDAK AKAN PERNAH" Teriak Thomas hingga terdengar keseluruh rumah mewahnya.
Para pelayan serta pembantu di sana tidak ada yang berani untuk turun tangan atau pun hanya sekedar membantu Risa yang masih mengeram kesakitan.
Thomas mengambil kunci mobilnya dan berjalan keluar dari rumah mewahnya tanpa memperdulikan Teriakan dari ibu serta ayahnya. Yang ada di otaknya saat ini hanya Jenni, istrinya.
"Ibu mas Thomas mau kemana ?" Tanya Risa saat melihat calon suami itu pergi dengan amarah serta luka yang mendalam di hatinya.
"Ibu juga enggak tahu Ris, semoga aja Thomas bisa membawa menantu ibu pulang kerumah ini" kata lili sedih bercampur penuh harap.
Risa hanya diam, ada rasa sakit di hatinya saat calon suami malah sibuk dengan istrinya bukan padanya yang jelas-jelas sedang mengandung hasil dari benihnya.
.........
Jenni melipat sejadah serta mekenahnya kembali setelah dia selesai menunaikan ibadah sholat wajibnya.
Suara ribut-ribut menghentikan langkah kaki Jenni yang awalnya ingin ke kamar mandi.
'pergi kamu bajingan dari rumah ku jangan temui putri ku lagi' sayup-sayup Jenni dapat mendengar teriakkan marah ayahnya.
'tidak, saya tidak akan pergi dari sini sebelum saya dapat membawa istri saya kembali pulang bersama saya' balas suara datar yang sudah sangat di hapalnya oleh telinga Jenni.
'udah pak, malu sama tetangga' kata suara lembut seorang wanita yang di yakini Jenni adalah suara ibunya.
BRAK
Tubuh Jenni tersentak kaget saat pintu kamarnya di dobrak kasar oleh suaminya nya yang sebentar lagi akan berstatus menjadi mantan suaminya.
"Mas kamu gila ya" seru Jenni kesal.
"Kita pulang ya sayang" ajak Thomas lembut pada istrinya.
"Mas aku mohon jangan kaya gini, sebentar lagi kita pisah mas" kata Jenni lembut berusaha memberikan pengertian kepada suaminya itu.
"Enggak kita enggak akan pernah pisah, kamu itu cuma milik aku Jen. Milik ku" kata Thomas Sambil menekan kata terakhir yang dia ucapkan.
"Enggak mas.." belum selesai Jenni bicara suaminya sudah menggakat tubuhnya dan menggendongnya keluar dari dalam kamarnya berjalan keluar dari rumah sederhana milik keluarga Jenni.
"Mau kau bawa kemana putri ku bajingan" sentak seno kasar.
Thomas terus saja berjalan tanpa memperdulikan Teriak serta tatapan mematikan dari mertuanya.
"Udah pak, biar aja mereka menyelesaikan masalah rumah tangga mereka dulu pak. Kita sebagai orang tua hanya mampu menasehati serta melihat dari jauh saja pak" nasehat istrinya Wati.
"Tapi Bu, pria brengsek itu hanya akan menyakiti putri kita saja" balas Seno.
"Wes pak serahkan pada Gusti Allah aja" kata Wati menenangkan suaminya.
..............
Thomas Terus saja menggendarai mobilnya tanpa memperdulikan protesan serta penolakan dari istri tercintanya.
Dengan asal dia memberhentikan mobilnya di perkarangan luas rumah dan membuka pintu untuk dirinya sendiri sebelum untuk istrinya.
Thomas kembali mengendong tubuh kecil Istrinya dan memasuki rumahnya dengan santai. Bahkan pria tampan itu tidak memperdulikan kedua orang tuanya serta orang tua Risa yang masih setia duduk menunggunya.
Thomas Membuat pintu kamarnya dan membaringkan tubuh kecil Istrinya di ranjang mereka.
"Kamu cape kan, Sayang. Istrirahat dulu ya" kata Thomas Sambil ikut membaringkan tubuhnya di samping istrinya.
"Mas..." Kata Jenni lemah.
"Udah kata mas tidur" kata Thomas lagi sebelum menarik tubuh kecil istrinya dan memeluk erat tubuh Jenni. Sangat erat hingga membuat seperti takut kehilangan separuh dari hidup serta separuh jiwanya.
Jenni lelah untuk protes kembali dan memilih untuk mengistirahatkan tubuh serta pikiran dulu sebelum berargumen kembali dengan suaminya nanti.
....................
TBC