'benar, disinilah tempat nya'
Gumam eden seraya turun dari sang naga api, ia perlahan berjalan menuju bebatuan yang unik yang pernah ia lihat di masa lalu.
Hanya saja ia masih bingung dan belum tahu apa yang harus dilakukan untuk menyegel hydra, eden berusaha memahami memalui ukiran yang berada pada ke lima pilar sambil sesekali merabanya namun tak juga menemukan petunjuk apapun.
Ukiran yang ada di batu pilar adalah bahasa kuno yang sama sekali tak di pahami eden, apalagi ia tinggal di anotherworld baru sekitar satu tahun saja maka akan sulit untuk mempelajari bahasa dan tulisan kuno karena ia sendiri baru bisa memahami bahasa tiap wilayah saja.
Tak berselang lama pemimpin srigala datang bersama kawanannya untuk menyambut kehadiran eden, ia pun mendekat dan mulai berkomunikasi dengan eden.
"senang bisa bertemu dengan anda sang kesatria terpilih"
Memberi salam hormat atas keberhasilan eden melaksanakan misi untuk membuat ikatan dengan sang naga yang kini membuatnya menyandang gelar sebagai kesatria terpilih, ia pun melanjutkan
"izinkan hamba menjelaskan secara singkat hal yang harus anda lakukan untuk menyegel hydra"
Mendengar hal tersebut membuat eden mengangguk, segera setelahnya pemimpin srigala berjalan mendekat pada batu utama begitupun eden yang mengikuti langkah pemimpin srigala.
"anda harus berdiri disini"
Sambil menunjukkan sebuah batu hitam yang tertanam di dekat batu besar utama, batu ini hanya muat untuk satu orang berdiri diatasnya.
Eden pun mengikuti petunjuk dari pemimpin srigala dengan berdiri di atas batu tersebut.
"lalu buatlah segel dengan darah anda, darah dari sang kesatria terpilih yang telah berhasil membuat ikatan dengan sang naga api pada dasarnya telah melebur bersama sehingga dianggap suci, dan memiliki kekuatan yang sama dengan sang naga api. Jadi anda memiliki kekuatan menyegel naga dan juga membukanya menggunakan darah anda"
Penjelasan ini membuat eden mengerti, setelah itu ia pun mengeluarkan belati kecil miliknya yang terisisip di saku bagian paha.
"tolong menyingkirlah, aku akan memulainya"
Mendengar perintah eden membuat pemimpin srigala segera menyingkir di luar zona penyegelan.
Setelah melihat semuanya menyingkir eden pun menyayat telapak tangan kanannya lalu menggenggamnya erat agar tak lekas menetes sambil memasukkan kembali belati miliknya.
Selanjutnya eden pun membuka telapak tangan kanan dengan darah yang sudah mulai terkumpul iapun segera meletakkan di batu utama di ikuti dengan telapak tangan kiri diatas tangan kanan.
Segera setelahnya muncul cahaya berwarna merah dari batu, cahayanya cukup terang tapi tak se terang saat di gunung tarsa hanya saja mampu menyilaukan mata yang berada di sekitar batu penyegel tersebut.
Beberapa saat kemudian batu mulai bergerak, terjadi getaran kecil yang membuat cahaya seolah masuk ke bagian dalam bukit tsigy, cahaya tersebut seolah merambat mengisi jalur-jalur bawah tanah kemudian segera menghilang diikuti dengan batu segel yang perlahan masuk tenggelam ke dalam b ukit tsigy.
Batu yang pada awalnya terlihat jelas bersama kelima pilar kini hilang musnah di telan bumi, eden sempat takjub melihat proses ini namun ia segera sadar setelah semua nya benar-benar hilang.
"sudah selesai"
Ucap pemimpin srigala pada eden
"terimakasih nona"
Imbuhnya merasa bersyukur karena eden berhasil menyegel hydra
"apakah ini bagian dari tugas anda selama ini? Maksud ku apakah kawanan srigala tinggal disini untuk menjaga segel batu itu?"
Tanya eden penasaran
"benar nona, tepat seperti yang anda duga.. sudah lama kami tinggal disini untuk menjaga segel tersebut agar tak disalahgunakan untuk kepentingan pribadi.."
"apakah sri isaac xavier yang memberikan tugas ini pada kalian?"
"benar nona, sri isaac xavier yang memerintahkan kami untuk menjaga batu tersebut, sebenarnya sangat sulit bagi kami tinggal di wilayah seperti ini padahal kami berasal dari daerah bersalju tetapi hal ini kami laksanakan sebagai bentuk balas budi karena kawanan srigala memiliki ikatan yang kuat dengan sri isaac xavier"
Eden sedikit berpikir hubungan yang di maksud antara kawanan srigala dengan sri isaac xavier, ia pun sembari melihat bulu pemimpin srigala dan menemukan kesimpulan
"apakah karena anda nenek moyang nya?"
Eden pun menerka-nerka dengan pikirannya yang sangat dangkal, hal ini disebabkan kemiripan warna rambut sri isaac xavier dengan srigala yang sama-sama berwarna putih.
"untuk hal ini anda bisa menanyakan nya langsung pada sri isaac xavier"
Pemimpin srigala memang sangat serius, ia tak ingin menjelaskan kebenaran hubungan antara kawanan srigala dengan sri isaac xavier.
"ya baiklah kalau begitu, aku harus segera pergi.. misi kemarin cukup menguras tenaga"
Gumam eden sambil memijat perlahan bahu dan juga leher bagian belakang untuk melemaskan otot-ototnya yang terasa kaku, tak lupa ia pun menutup luka sayatan pada telapak tangan agar tak mengeluarkan darah lagi.
Eden naik ke punggung sang naga api, ia pun berpamitan pada pemimpin srigala dan juga kawanannya, misi eden kali ini sudah selesai ia pun ingin segera pulang dan beristirahat. ***
Suasana pada malam hari di istana the great aztec di selimuti rasa gelisah terutama dalam istana matahari tempat raja louise tinggal, ia menunggu dengan penuh harap bahwa eden akan kembali malam ini dalam keadaan selamat.
Pangeran arthur sudah mencoba menenagkan hati raja louise agar tak terlalu gelisah dan percaya pada kemampuan eden dalam menyelesaikan misi lanjutan, meskipun ia mendengarkan nasehat pangeran arthur tetapi raja louise tidak dapat membendung rasa gelisahnya yang semakin menyelimuti diri.
Tak hanya raja louise, teman terdekat eden pun ikut merasa cemas dengan menunggu kedatangannya di istana namun hingga saat ini belum ada tanda bahwa eden akan kembali dan mereka masih tetap berharap dalam doa agar misi lanjutan eden berhasil.
"apakah nona eden benar-benar berhasil"
Dalam kegelisahannya cecillia mengutarakan isi hati yang ia rasakan saat ini
"tentu saja"
Jawab chris sambil menyentuh pundak cecillia
"setelah ikut serta pada misi kemarin aku percaya eden akan berhasil melaksanakan misi lanjutannya"
Imbuh marco mencoba meredam rasa gelisah yang menyelimuti rekan-rekannya begitupun lucas yang mengangguk setuju dengan marco.
Kembali ke istana matahari di tengah malam raja louise masih menanti kedatangan eden pulang ke the great walles, hari ini pun langit begitu terang benderang karena sinar bulan yang bertepatan dengan purnama.
Terlihat jelas raut wajah louise yang gelisah menanti kepulangan eden, ia sendiri menunggu di balkon ruang kerjanya.
"sepertinya dia tidak akan pulang malam ini"
Gumam louise
'krriiiieeettttttt'
Suara pintu terbuka memecahkan keheningan, louise bergegas menuju pintu ia menduga bahwa eden lah yang membuka pintu, dengan wajah sumringah ia sedikit berlari agar cepat sampai.
Namun bukannya eden melainkan beatrice lah yang masuk ke ruang kerja louise, sontak hal ini membuat suasana hati louise berubah tak senang.
"dari ekspresi wajah yang mulia sepertinya bukan hamba yang ingin yang mulia temui"
Sambil menutup pintu dan berbicara pada louise
"ada urusan apa sehingga membuat mu datang larut malam ke istana ku?"
Tanpa menjawab pertanyaan louise beatrice berlari mendekat lalu tiba-tiba memeluk louise
"tentu saja karena aku merindukan mu"
Sambil memeluk erat louise dan bertingkah manja terhadap dirinya Namun louise tak bergeming sedikitpun, ia bahkan tak membalas pelukan beatrice dan malah berusaha melepaskannya.
Memang pada dasarnya beatrice telah kehilangan harga dirinya sehingga membuatnya tetap memeluk erat louise meskipun louise sudah menolaknya.
Pelukan ini berlangsung selama beberapa saat hingga keduanya terlepas ketika seseorang memanggil nama lengkap louise tanpa gelar raja,
"charles philip louise!"
Dengan suara lantang dan terlihat marah, eden lah yang memanggilnya dari dekat meja kerja louise, sepertinya eden masuk melalui balkon tanpa sepengetahuan louise.
Seruan suara eden membuat louise buru-buru melepas pelukan beatrice, wajahnya senang mendengar eden memanggil hingga membuatnya bergegas untuk menghampiri eden namun rasa senangnya tak bertahan lama karena eden malah langsung berjalan keluar menuju balkon, louise berusaha mengejar eden.
"eden"
Louise memanggil namanya dan berusaha menahannya untuk berhenti, ia sempat berusaha meraih tangan eden namun eden berhasil menghindar.
Eden berjalan terburu-buru lalu melompat ke bawah
"eden"
Louise berteriak sambil melihat ke arah bawah namun ia mendapati eden telah menaiki seekor naga dan terbang dengan segera meninggalkan dirinya.
Merasa kesal karena eden telah salah paham louise pun memukul pagar balkon sekali, ia melampiaskan rasa kesalnya lalu membuatnya memukul berkali-kali hingga men=mbuat pagar pembatas balkon retak bahkan hancur.
Beatrice yang melihat kejadian barusan sempat terpaku mengagumi sang naga api yang di tunggangi eden, naga yang selama ini ia impi impikan menjadi miliknya tetapi tak berhasil ia dapatkan dan muncul lah rasa kecewa dan juga sakit hati karena sang naga api telah menjadi milik eden.
Tak berselang lama beatrice pergi meninggalkan louise, ia berjalan namun benaknya terus berpikir dan dalam hati ia merasa bahwa eden tak pantas mendapat kekuatan sebesar itu di tambah lagi eden kini juga telah berhasil mendapatkan hati louise membuat rasa benci dalam hati beatrice muncul seketika, ia pun mulai untuk menjadi serakah.
***
Eden terbang tanpa arah dan tujuan bersama sang naga api, ia merasa sangat kesal karena louise malah asik berpelukan dengan wanita lain, ia mulai memikirkan hal yang tidak-tidak,
'louise.. si brengsek itu! Selama aku pergi dia pasti bersenang-senang dengan banyak wanita'
Gumamnya dalam hati, rasa kesal berkecamuk dalam dirinya
'tunggu dulu, kenapa aku se kesal ini.. ahh tidak seharusnya aku kesal, tapi kenapa rasanya begitu sakit'
Sambil menggelengkan kepala seolah bingung dengan sikapnya saat ini.
Beberapa jam berlalu setelah terbang tak menentu eden pun memutuskan untuk pergi kekuil suci, ia mendarat di pohon suci.
Setelah turun, sang naga api pun mengecil seperti seekor burung dan kini bertengger ti pundak eden.
Ia pun segera membuka portal menuju danau suci, tempat paling baik untuk menenangkan diri saat ini, kini eden pun telah sampai di depan danau suci.
"aku harus segera berendam, danau ini tempat terbaik bagi kesehatan jiwa ku"
Ucap eden sambil melepas satu per satu pakaiannya.
Eden mulai membasuh tubuhnya mulai dari tangan kanan dan kiri lalu kini merendam seluruh tubuhnya sambil memikirkan hal-hal yang menyenangkan namun pikirannya kembali pecah saat teringat kejadian sebelumnya.
Ia pun memukul mukul air dan sangat kesal lalu berteriak
"louiiseee!!! Dasar pria ber.... pria jahaatttt!"
Eden sangat ingin mengumpat namun urung ia lakukan karena saat ini sedang berada di danau suci, tentu saja ia tidak boleh sembarangan mengucapkan kata kasar apalagi mungkin saja dewa sedang mengawasinya.
Setelah puas berteriak kini pikiran eden mulai tenang, ia merendam kembali tubunya hingga sebatas mulut, yang terlihat di permukaan hanya bagian hidung hingga atas kepalanya saja, emosinya sudah stabil saat ini.
"apa yang sedang kau lakukan disini"
Sebuah suara memecah keheningan membuat eden sontak menoleh namun ia tak menemukan siapa yang berbicara hingga membuatnya waspada,
"siapa disana"
Seru eden memastikan sosok yang sebelumnya berbicara padanya.
"aku disini"
Sosok itu berada tepat di belakang eden yang membuat eden sontak menoleh lalu mundur menjauh.
"ini kan tempat suci tidak sembarang orang bisa masuk dan anda ini sungguh tidak sopan!"
Seru eden marah sambil tetap berendam dan menyilangkan tangan menutupi bagian dadanya.
"justru andalah yang tidak sopan, hari ini adalah tahap terakhir dalam pendidikan ku, dan puncaknya aku harus mandi di danau suci tapi anda malah masuk saja tanpa ijin. Apa anda ini tidak tahu peraturannya"
Si pria dengan ketus menjawab pertanyaan eden.
Hal ini tentu saja membuat eden sadar bahwa dirinyalah yang salah, ia pun bingung harus berbuat apa karena jika ia pergi sekarang maka seluruh tubuh tanpa busananya akan terlihat, ini membuatnya semakin malu dan wajahnya menjadi memerah.
Ia sadar betul bahwa ritual harus di selesaikan oleh seseorang jika ada pengganggu maka ritual di danau suci harus di mulai dari awal.
Si pria melihat ke arah eden dan menyadari bahwa tubuhnya benar-benar tidak tertutupi apapun, hal ini membuatnya sadar dan memilih untuk mengalah, ia pun berjalan menepi namun ketika ia hampir sampai seseorang melemparkan sepatu dari kejauhan dan tepat mengenai kepala si pria hingga membuatnya sedikit pusing sempoyongan..
"awwwww"
Serunya kesakitan
"kau membuat ulah lagi! damian"
Tepat di samping sang pria berdiri lah sri isaac xavier yang memasang raut wajah marah, tatapan nya sangat tajam dan begitu mengintimidasi, tak ingin membuat sri isaac xavier mara ia pun mengalah.
"iya paman aku mengaku salah"
Ucap damian yang terus berjalan menepi ke daratan meskipuun sedikit sempoyongan.
Eden hanya bisa mendengar percakapan keduanya karena saat ini posisi dirinya memunggungi tepian menutupi bagian intim miliknya agar tak terlalu terlihat.
Melihat hal tersebut membuat sri isaac xavier berusaha melindungi privasi eden,
"berendamlah lebih lama, tubuh mu juga butuh waktu untuk pemulihan setelah misi kemarin"
Sambil meraih tangan damian lalu menariknya keluar dari area danau suci dan menutup lorong masuknya.
Saat tiba di luar damian menangkis pegangan erat sri isaac xavier,
"lepaskan!"
Membuat sri isaac xavier segera melepaskannya namun memberinya sedikit pelajaran dengan memukul kepala damian.
"sudah ku bilang untuk tidak masuk sembarangan ke danau suci, lihat akibat yang kau timbulkan!"
"memang kenapa? Danau suci kan milik kuil suci, siapapun berhak menggunakannya ketika sudah lulus pendidikan.. apa yang salah dengan keberadaan ku di dalam"
Karena membantah damian kembali mendapat pukulan namun kali ini lebih pelan
"bodoh! Hari ini purnama tepat pertengahan tahun.. danau itu harus di kosongkan untuk menghormati kesatria terpilih"
"tapi wanita tadi...."
Damian ingin membantah namun ia tiba-tiba saja berhenti berbicara seolah menyadari sesuatu
"ahhh dia kah kesatria terpilih itu?"
sedikit terkejut setelah mengetahui kebenarannya,
sedangkan sri isaac xavier hanya mengangguk membenarkan hal yang di ucapkan oleh damian.
Damian pun berpaling dan melangkah untuk membuka pintu masuk ke danau suci,
"kalau begitu aku harus kembali dan menyapanya dengan ben...aarrr"
Belum sempat membuka pintu sri isaac xavier menahannya dengan melingkarkan lengan pada leher damian seolah ingin mencekik tapi bukan dan malah menyeretnya berjalan menuju ke kuil.
"karena kau bersalah maka harus ada hukuman untuk ini"
Ucap sri isaac xavier
"tidak.. tidak.. paman, jangan bilang..."
Damian seperti tahu hukuman apa yang dimaksud oleh sri isaac xavier
"benar sekali seperti dugaan mu"
Ucap sri isaac xavier
"tidaak... jangan menulis lagi ku mohon"
Merengek pada sri isaac xavier namun tidak di hiraukan...