sri isaac xavier berpesan pada eden bahwa yang akan menuntunnya masuk adalah sebuah bola api, eden hanya boleh percaya pada bola api tersebut dan tak boleh meragukan hal apapun selama menuju ke tempat naga api berada.
sesuai dengan pesan ini eden pun terus menguatkan tekad selama berjalan di belakang bola api, ia tak memiliki perasaan ragu sedikitpun karena bila ragu maka bola api tidak akan menunjukkan jalan yang benar melainkan hanya berputar-putar saja.
hal ini lah yang dialami oleh beatrice sebelumnya dimana ia gagal masuk karena ada rasa ragu walau hanya setitik dalam hatinya yang mengakibatkan ia terus berpuar dan malah keluar melalui jalan yang sama.
setelah berjalan kurang lebih selama satu jam eden pun sampai di ujung jalan yang di tandai dengan adanya sebuah pintu besar berukiran naga, pintu ini terlihat sangat kuno dan ada rasa sedikit bergidik ketika memandangi ukirannya.
karena tugasnya telah usai bola api pun kembali pada tempatnya yaitu pada sebuah obor di samping kanan dan pintu
sejenak eden terpaku memandangi pintu besar dihadapannya, ia sedang berusaha mengingat kembali apakah ada pesan khusus dari sri isaac xavier mengenai pintu ini namun setelah lama mengingat ia yakin bahwa tak ada satupun pesan mengenai pintu ini.
eden tak tahu apa yang harus di lakukan untuk membuka pintu sehingga membuatnya meraba-raba area tengah pintu lalu menemukan ada sebuah balok kecil yang menjulur keluar, lantas eden pun menekan masuk balok tersebut lalu tak berselang lama pintu perlahan terbuka dan membuat eden harus mundur agak jauh hingga pintu terbuka lebar.
kini pintu telah terbuka dengan sempurna namun kepulan debu dan asap masih mengelilingi sekitar dan membatasi jarak pandang juga pernafasannya, agar debu dan asap segera hilang eden pun sedikit mengibaskan tangannya.
suara langkah kaki terdengar
'tuk.. tak.. tuk ... tak'
tak berselang lama seseorang muncul dari dalam, sesosok tinggi besar berjalan ke arahnya, eden berusaha tetap berpikir positif terhadap sosok ini namun juga waspada bila sosok yang dihadapannya memiliki maksud jahat dan sosok ini terus berjalan mendekat ke arah eden.
"sri isaac xavier?"
serunya terkejut melihat sosok dihadapannya yang merupakan sri isaac xavier.
"selamat datang di tarsa, perkenalkan nama ku isaac xavier senang bisa menjadi pemandu anda nona"
wujud nya sama persis dengan sri isaac xavier namun gaya bicaranya sangat formal ditandai dengan memanggil eden menggunakan sapaan sopan yaitu 'nona', bahkan dalam memperkenalkan diri pun ia tak menggunakan gelar agung sebagai seorang sri atau kepala pendeta kuil suci.
aneh begitulah yang dirasakan eden saat ini, ia hanya bisa diam dan kebingungan atas apa yang ia lihat.
"dari ekspresi yang nona tunjukan sepertinya anda sudah bertemu dengan diri ku yang hidup di luar sana, tapi sebenarnya bisa di bilang sosok yang saat ini nona lihat merupakan kekuatan yang sengaja di tinggalkan untuk menuntun kesatria terpilih menuju tempat sang naga api berada, dengan kata lain saya hanya semacam sosok bayangan saja"
"ahahaa.. jadi begitu pantas saja anda begitu asing.."
ucap eden menanggapi penjelasan bayangan sri isaac xavier namun dengan bahasa yang sopan
"mari biar saya antar nona"
eden pun menerima ajakan dari bayangan sri isaac xavier dan kini keduanya berjalan bersama masuk ke tempat sang naga api berada.
selama berjalan bersama tak ada percakapan yang muncul diantara keduanya melainkan hanya keheningan, eden sesekali mencuri pandang namun dalam benaknya ada rasa penasaran yang menggeliat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ingin ia lontarkan pada bayangan sri isaac xavier tapi urung ia tanyakan karena takut bila bayangan sri isaac xavier hanya terbatas dalam menjawab pertanyaan atau mungkin sri isaac xavier asli akan mengetahui pertanyaannya dan pertanyaan sejenis lainnya.
"jika ada yang membuat nona penasaran anda boleh menanyakannya"
ucap bayangan sri isaac xavier yang bisa membaca gerak gerik tak biasa eden terhadap dirinya
"hamba tidak yakin apakah boleh menanyakan hal ini pada anda"
gumam eden lirih
"dari ucapan anda barusan sepertinya diriku di luar sana telah menjadi sosok yang hebat sehingga anda ragu untuk bertanya, benarkah begitu?"
eden lantas menganggukan kepala
"sehebat apa memangnya?"
kembali bertanya pada eden
"sangat hebat! anda di luar sana telah menjadi seorang pemimpin keagamaan, sejarah hidup, bahkan panutan setiap umat di another world.... eeiiiii jangan bilang anda tidak mengetahui nya"
dengan gaya bicara menggebu-gebu diakhiri seolah tak percaya bila bayangan sri isaac xavier tak tahu menahu kejadian dan perkembangan di luar sana
"tepat seperti yang anda duga, saya tidak tahu menahu urusan dunia luar karena tubuh ini hanya sisa kekuatan si pemilik asli yang sengaja di tanam disini jadi sudah sepantasnya saya hanya melakukan tugas semacam ini saja"
"eeiiiiii.. jangan bercanda"
tak sengaja memukul bahu bayangan sri isaac xavier karena merasa ucapannya sebatas gurauan saja
"ahh maaf hamba tidak bermaksud.."
"tidak apa-apa, karena anda sepertinya sangat dekat dengan sosok diriku di luar sana jadi saya tidak akan tersinggung"
kini eden pun penasaran kembali karena bayangan sri isaac xavier ini seperti seorang pendeta magang, tingkahnya tidak setempramental sosok asli yang tinggal di luar sana.
"kalau boleh bertanya berapa usia anda ketika di tanam disini? maksud hamba usia sri isaac xavier saat itu?"
"emmm seingat ku mungkin usia 25 tahun"
"haahhhhhhh??? apa? tidak mungkin.. bagaimana bisa di usia semuda itu..."
sambil memandangi jari dan mulai menekuk satu persatu seolah sedang menghitung dan eden lagi-lagi terkejut dengan temuannya
"anda berada disini selama lebih dari ratusan tahun?!"
seru eden yang antusias memberitahukan hasil temuannya
"emmm.. sejujurnya saya lupa sudah tinggal berapa lama disini karena saya akan aktif bila pintu besar yang sebelumnya terbuka saja.. lalu bila pintu tidak terbuka maka kekuatan saya akan tersegel"
eden pun menganggukkan kepala berulang kali seolah paham dengan hal yang dialami oleh bayangan sri isaac xavier.
"kalau boleh tau, apakah anda salah satu kerabat dari anna lewis?"
"benar, hamba adalah anak dari anna lewis"
eden pun spontan langsung menjawabnya
"sebelumnya saya juga yang mengantar nona anna lewis, banyak yang kami bicarakan tapi sesungguhnya saya tidak menyangka bahwa harus mengantar darah dagingnya dalam kurun waktu yang tidak lama seperti saat ini.."
kembali ke keheningan setelah sebelumnya saling berbincang.
tak terasa keduanya pun sampai di sebuah pintu berukuran kecil tak sebesar yang sebelumnya,
"kita sudah sampai, hamba harap anda berhasil membuat ikatan dan menjadi kesatria pelindung yang sesungguhnya"
sambil membuka pintu lalu mempersilahkan eden untuk masuk, dan di ikuti dengan sri isaac xavier di belakangnya lalu setelahnya pintu tertutup kembali.
perasaan bergidik lagi, bulu kudug eden berdiri sejenak merasakan kengerian dan tatapan tajam terhadap dirinya, dialah sang naga api yang tengah berdiri dengan gagah seolah sedang menanti kedatangan seseorang.
'blliittttttzzzzzzzz"
bersamaan dengan masuknya eden ke dalam tempat sang naga api berada sebuah kilatan cahaya muncul, cahaya ini berasal dari puncak gunung tarsa mengarah vertikal ke langit dengan awan hitam mengelilingi pada ujung cahaya tersebut.
eden seketika membatu, ia bingung harus melakukan hal apa karena yang ia tahu hanyalah bertarung, sejenak ia berpikir apakah harus mengalahkan naga dengan kekuatannya yang membuat eden langsung mengeluarkan panah boomerang dengan sikap penuh waspada.
namun sayangnya sang naga api tak bereaksi sama sekali, ia tak marah maupun meladeni tantangan eden,
"???????"
eden kebingungan dibuatnya
'apa aku harus mendekat?'
gumamnya mempertimbangkan cara lain, ia pun bertekad dan kin maju selangkah demi selangkah dengan perasaan takut namun ia juga harus tetap berani karena ini adalah misi terpenting dalam hidupnya.
karena merasa hars mengatur nafas eden pun berhenti sejenak untuk menenangkan diri, tiba-tiba sebuah suara bergema di dalam ruangan
"majulah, naga api tidak akan menyakiti mu"
ucap bayangan sri isaac xavier terhadap eden.
perlahan namun pasti eden mendekat selangkah demi selangkah, kini eden berdiri tepat dihadapan naga yang sangat tinggi berdiri tepat dihadapannya, kulitnya berwarna merah kegelapan, bila diperhatikan dari dekat sang naga api tampak sangat mengagumkan begitu gagah dan kuat.
di dunia luar tempat eden tinggal dulu naga merupakan hewan mitologi terkuat dalam budayanya, bahkan banyak mitos bermunculan mengenai naga namun tak seorangpun dapat membuktikan kebenaran hewan mitologi tersebut.
tanpa sadar sejenak eden mematung, mata nya fokus menatap sang naga api, ia begitu takjub atas apa yang sedang ia lihat saat ini, dalam hati ia sama sekali tak pernah menyangka akan bisa melihat seekor naga sebesar itu dihadapannya bahkan akan membuat sebuah ikatan.
sang naga api memandangi eden seperti sedang menganali sesosok mungil yang berdiri di depan kakinya, ia pun mendekatkan kepala kehadapan eden seolah mencoba melakukan kontak langsung dengan eden.
melihat tingkah naga yang mendadak mendekatkan diri padanya tak membuat eden merasa taku atau ngeri justru secara alami tubuhnya ikut bergerak mendekati sang naga, tangannya kini menyentuh kepala sang naga dan perlahan ia pun mengelus-elusnya.
"kedatangan mu kesini untuk membuat ikatan dengan sang naga api, namun ada hal yang harus kau berikan sebagai jaminan selama melakukan ikatan dengannya"
ucap sri isaac xavier kembali memberikan penjelasan singkat atas apa yang harus eden lakukan untuk membuat ikatan dengan sang naga api.
"apa yang harus ku lakukan agar bisa membuat ikatan dengannya?"
"kau harus melakukan sebuah pengorbanan"
"!!!!!!!!!"
sebuah syarat yang sangat berat diberitahukan pada eden dan mengharuskan dirinya berpikir keras dengan hal yang harus ia pilih karena berkaitan dengan masa depan, tawar menawar pun terjadi dan berlangsung cukup alot, hanya eden lah yang tau bagaimana hasil dari diskusi tersebut.
cahaya vertikal yang menembus langit tiba-tiba menghilang dengan cepat, membuat menara pengawas terkejut dibuatnya, ketegangan memuncak atas hasil dari misi kesatria terpilih saat ini.
arthur dan lucas telah kembali ke tempat marco berada, keduanya berjanji akan menunggu eden bersama marco di bawah.
melihat kilatan cahaya yang menghilang sempat membuat ketiganya tegang karena masih belum mengetahui apakah eden berhasil membuat ikatan atau tidak dengan sang naga api.
beberapa saat berlalu namun tak ada tanda-tanda bahwa eden berhasil membuat ikatan dengan sang naga api tapi secara mengejutkan semburan lava panas keluar dari gunung tarsa, hal ini menjadi perhatian banyak orang karena gunung tarsa merupakan gunung berapi pasif yang tak pernah menunjukkan tanda-tanda keaktifannya selama beratus tahun yang lalu kini tiba-tiba aktif kembali.
segera setelahnya semburan kedua keluar bersamaan dengan seekor naga, eden berada di atas sang naga dan mengendarainya di udara, sontak hal ini membuat menara pengawas gembira melihat sosok yang dinantikan keluar yaitu naga api.
eden terbang mengendarai naga api ke atas langit, meskipun ia masih belum terbiasa namun eden seperti sudah ahli dalam mengendalikan arah terbang dari sang naga api, eden kembali dibuat takjub meilhat pemandangan dari atas.
"menakjubkan"
gumamnya sambil melihat sekeliling, lalu eden pun mengarahkan sang naga api untuk turun menuju kaki gunung tempat dimana rekannya berada.
'wuuuusssshhhhh.... dummmmmmmbbb!!!!!!'
eden mendaratkan naga tak jauh dari tempat arthur, lucas dan marco berada, hembusan anginnya sempat membuat ketiganya tak bisa menjaga keseimbangan dan segera setelah mendarat eden turun dari atas punggung naga lalu menghampiri ketiga rekannya tersebut.
saking senangnya atas keberhasilan eden membuat marco dan lucas berlari mendekat dan memeluk eden, begitu pun eden yang membalas pelukan keduanya, kini mereka bertiga melompat-lompat kecil merayakan keberhasilan eden,
"kau berhasil"
seru lucas dan marco seperti anak kecil yang di balas gelak tawa oleh eden.
"ah ah.. cukup-cukup.. ada yang harus ku beritahukan.."
ucapan eden membuat lucas dan marco berhenti melakukan selebrasi
eden berjalan memisahkan diri dari keduanya, ia mengeluarkan sebuah pedang dari tangannya, pedang tersebut merupakan pedang naga yang ia dapatkan saat berhasil membuat ikatan yang kini sudah menyatu dengan tubuhnya sama seperti panah bumerang yang bisa ia sembunyikan.
'wuuuusshhhhhhhhhh'
eden membuat sebuah lingkaran berwana merah,
"ini adalah gate khusus yang hanya bisa di buat dengan kekuatan sang naga api, gate ini menuju the great aztec, pulanglah terlebih dahulu, ada yang harus ku kerjakan"
eden menjelaskan secara singkat mengenai tugas lanjutan yang harus ia laksanakan
"tak bisakah kami ikut dengan mu?"
tanya marco namun di respon dengan gelengan kepala oleh eden
"ini sebuah misi berbeda dari sekedar membuat ikatan dengan naga, aku tidak bisa melibatkan kalian"
ucap eden
"baiklah, kami mengerti, berhati-hatilah"
ucap lucas pada eden lalu memberikan pelukan perpisahan, terakhir arthur memberi pelukan pada eden dan berpesan
"kembalilah dengan selamat, kami akan menunggu mu di the great aztec"
"iya aku mengerti"
ucap eden sambil melepaskan pelukannya, ia pun segera mengantar teman-temannya sampai semua masuk ke dalam gate lalu menutup gate tersebut.
segera setelahnya eden menaiki sang naga api dan terbang menuju suatu tempat.
tempat ini merupakan hasil dari perundingan selama ia berada di dalam gunung tarsa, hutan tsigy eden sedang terbang menuju kawasan tersebut untuk melakukan sebuah misi tambahan.
"aku tidak menyangka bahwa tempat ku berlatih sekaligus tempat tinggal blue dan kelompoknya merupakan tempat paling berbahaya di bumi. tidak heran bila selama misi ku berlangsung tak ada tanda-tanda kehadiran adam lewis dan rosemary. cerita yang sesungguhnya sudah di belotkan, mereka tidak mengincar naga api, yang mereka incar sesungguhnya adalah kekuatan berbahaya atau rival dari sang naga api yaitu hydra"