Chereads / Laluna / Chapter 81 - Sebuah Dongeng yang Nyata

Chapter 81 - Sebuah Dongeng yang Nyata

meskipun sudah mengirim pesan namun tidak serta merta membuat eden bergantung pada bantuan yang akan di kirim louise, ia masih saja merasa janggal bagaimana bisa another world yang dikatakan memiliki kemajuan merata hingga ke pelosok namun hanya daerah ini yang tertinggal bahkan jauh lebih parah.

di tambah dengan another world sudah tidak mengenal peperangan karena perjanjian perdamaian yang di taati oleh setiap wilayah di another world seolah ada yang sengaja membiarkan atau dengan sengaja menutup mata atas ketidakadilan tersebut.

masalahnya mungkin akan sulit karena desa ini berada di zona netral yaitu zona yang dibebaskan artinya tidak dapat diakui oleh negara manapun dikarenakan bagian dari jalur menuju gunung tarsa yang di agungkan oleh semua orang, dan wilayahnya pun tidak tercatat di peta hanya kuil suci yang memiliki peta asli jalur menuju gunung tarsa.

penduduk desa mengetahui ada masa dimana kesatria terpilih akan melewati desa mereka dan mungkin akan membantu namun beberpa orang asing yang mereka kira kesatria terpilih melewati wilayah desa tersebut namun hanya berlalu begitu saja, ada beberapa yang menawarkan bantuan namun setelah di tunggu orang tersebut tak kembali, hal ini sudah acap kali terjadi hingga mereka tak percaya mengenai kesatria terpilih yang kabarnya akan membantu mereka.

mendengar cerita ini tak lantas membuat eden membocorkan identitasnya, akan lebih baik jika ia membantu terlebih dahulu agar penduduk desa tidak terlalu bergantung pada mereka.

hari ini setelah mengirim surat, eden memutuskan membagi perbekalan mereka meskipun tidak banyak tetapi ini kehendak eden sendiri dan telah di setujui oleh arthur tetapi lucas sempat memberikan penolakan,

"aku akan membagikan perbekalan kita"

ucap eden saat tengah berdiskusi dengan rekannya

"ya sepertinya ini satu-satunya yang dapat kita lakukan"

imbuh arthur yang setuju dengan usulan eden

"tapi, apa kau yakin dengan membagikan perbekalan akan membuat mereka tidak kelaparan lagi? maksud ku kita harus membuat mereka lebih mandiri"

lucas seperti kurang setuju dengan usulan eden yang sedikit sembrono karena rasa iba

"tapi lucas, aku rasa penduduk desa memiliki kemampuan yang mumpuni tetapi karena wilayah ini mengalami kekeringan mereka tidak bisa melakukan kegiatan pertanian maupun beternak"

ucap marco yang seolah tak setuju pada pendapat lucas

"apakah kalian tidak merasa aneh? jika memang daerah ini mengalami kekeringan lalu mengapa mereka tidak pindah atau mencari sumber air di wilayah lain? jika ke arah gunung tarsa pasti ada aliran air bukan?"

kembali berbagi pikiran atas keadaan yang janggal pada desa ini

"mereka sudah menjelaskan kalau tidak memiliki uang"

marco kembali tak sependapat dengan lucas

"aku paham akan kekhawatiran mu, mungkin kau berpikir bahwa mereka hanya memanfaatkan rasa iba tetapi lihatlah mereka kurus kering seperti itu apa kau masih ingin berpikir buruk terhadap mereka?"

lucas terdiam tak menanggapi marco, dalam hati yang terdalam ia masih merasa ragu terhadap penduduk desa namun di sisi lain dia juga tidak dapat mengabaikan pendapat rekannya.

"ya baiklah terserah kalian saja, aku akan pergi melihat sekeliling"

"kalau begitu aku ikut dengan mu"

arthur pun mengikuti lucas pergi untuk melihat sekeliling, sedangkan eden dan marco tinggal bersama penduduk desa sambil membagikan perbekalan yang mereka miliki.

saat tengah berjalan lucas dan arthur sempat berbagi pemikiran mengenai fenomena yang sedang mereka temui saat ini,

"bukan kah ini aneh? jika mereka mengalami kekeringan sejak beberapa tahun yang lalu sudah pasti.."

"ya sudah pasti mereka mati, tapi kita perlu memeriksa sekeliling untuk meyakinkan pemikiran kita"

keduanya pun tersu berjalan sambil memeriksa dan memastikan tidak ada yang terlewat sedikit pun.

***

sore hari, surat yang dikirim menggunakan burung pos milik arthur telah sampai di istana, jose yang menerima surat tersebut lantas segera memberikannya pada louise.

saat tengah membaca louise menjadi serius melihat satu persatu kata tanpa ada yang terlewat, di bagian akhir ia tertawa geli dengan isi suratnya, sudah dipastikan surat tersebut di tulis oleh eden karena tulisan tangannya begitu jelek dan bahasa yang ia gunakan begitu kaku namun imut di mata louise.

heran dengan respon louise yang tak biasa membuat jose penasaran akan isi suratnya, padahal jose sempat khawatir bila perjalanan menuju gunung tarsa mengalami hambatan sehingga pangeran arthur sampai mengirim surat pastilah ada hal mendesak yang ingin ia sampaikan namun melihat raja louise kala itu membuatnya memberanikan diri untuk bertanya situasi apa yang sedang dihadapi oleh eden dan rekannya,

"yang mulia apa ada hal yang mendesak? hamba bersedia memimpin pasukan menuju ke gunung tarsa"

dengan penuh harap bisa berkontribusi terhadap misi ini

"iya benar, kau harus berangkat kesana, jangan lupa bawa persediaan makanan, selimut, pakaian untuk sekirat 30 orang dan juga pupuk, ahh alat pertanian juga jangan lupa"

memberikan perintah namun mengabaikan jose yang hadir disana

"baik yang mulia"

namun jose menyadari ada yang janggal

"maafkan hamba yang mulia, bantuan ini untuk 30 orang? lalu pupuk dan alat pertanian juga? hamba masih belum memahami perintah anda mungkin hamba telah salah mendengar.."

"tidak, itulah perintah ku, oh iya bawa semua yang ku minta ke desa londo, gunakanlah gate agar bisa segera sampai besok"

"baik yang mulia"

segera setelahnya jose pergi mempersiapkan kebutuhan yang akan di bawa menuju gunung tarsa tanpa mengetahui duduk permasalahan yang sesungguhnya, bagi jose perintah raja louise adalah mutlak meskipun ia memikirkan ada kejanggalan dengan nama desa yang di sebutkan oleh raja louise seolah ia pernah mendengarnya namun tak dapat mengingat hal-hal mengenai desa tersebut.

bila sebuah pesan di kirim menggunakan burung pos milik pangeran arthur sudah pasti ada hal mendesak sehingga secepat mungkin jose berusaha agar persediaan yang dibutuhkan bisa terkumpul dengan cepat dan bisa segera pergi ke desa tersebut.

di waktu yang sama raja louise masih saja membaca berulang-ulang surat yang dikirim oleh eden, terutama di bagian akhir entah mengapa ia sangat menyukainya.

"bagaimana dia bisa berpikir seimut ini"

gumamnya sambil tersenyum dan mengulangi kata yang tertulis dalam surat tersebut

"sejujurnya aku sudah sangat merindukan louise ku, entah mengapa hampir setiap malam aku bermimpi kita sedang berduaan di bawah sinar rembulan saling berbagi sebuah ciuman, anda pasti memahami rasa yang menyiksa ini karena itu segera kirimkan apa yang kami butuhkan agar kita bisa bertemu dan melepas rindu"

di akhiri dengan tertawa kecil dari louise, ia sangat menyukai kata-kata tersebut

"akan lebih baik kalau aku melihatnya mengatakan secara langsung"

masih saja terbenam dalam buaian kata-kata dari eden, begitulah louise karena ia sudah terlanjur mencintai eden maka apapun yang berkaitan dengan eden bagaikan candu yang tak terhindarkan lagi.

malam harinya segala kebutuhan yang diperlukan telah selesai dipersiapkan, jose pun menunjuk beberapa tentara dan kini mereka telah berada di depan gate, karena wilayah yang akan mereka tuju merupakan zona netral sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk sampai di lokasi tersebut untuk itu jose memutuskan segera berangkat.

tak lupa kepergian jose di antar oleh lousie dan hansel, louise juga menitipkan sepucuk surat balasan untuk eden agar jose bisa meberikannya segera setelah sampai di lokasi, jose pun menuruti perintah louise dan berpamitan pergi menuju desa londo.

***

malam pun tiba di desa londo, eden dan marco masih tinggal bersama beberapa penduduk desa, mereka berada di sebuah gedung kosong seperti sebuah aula sambil menyalakan api untuk penerangan.

penduduk desa yang tadinya begitu lemas dan kelaparan kini sudah tampak lebih baik dibanding sebelumnya, senyum cerah mereka terkembang kala itu membuat eden juga marco merasa sedikit lebih lega karena meskipun hanya sedikit namun bantuan yang mereka berikan sangat berarti bagi penduduk desa.

sambil menghangatkan badan penduduk dengan ceria saling berbincang, sedangkan beberapa anak kecil mendekati eden dan marco, bahkan ada seorang anak yang meminta di pangku oleh eden, tentu saja eden bersedia memangku si anak, tak lupa ia menyanyikan lagu juga menceritakan beberapa dongeng yang ia ketahui pada anak-anak tersebut, merasa antusias dengan dongeng yang diceritakan eden salah seorang anak tak ingin kalah juga menceritakan sebuah dongeng yang ia ketahui.

"kakak apakah kau mau mendengarkan dongeng yang akan ku ceritakan?"

ucap seorang bocah yang dengan lugunya menawarkan diri bercerita

"emmm tentu saja, apakah dongeng ini menarik?"

"iya, dengarkan ya kak"

ucap si bocah yang ia teruskan bercerita mengenai dongeng yang ia ketahui, anak tersebut bercerita sambil membuat mimik gerakan tubuh seolah menirukan tokoh yang ada dalam cerita tersebut, seperti tokoh raja, rakyat jelata, kesatria, naga bahkan hewan yang ditunggangi kesatria pun ia dapat menirukannya dengan lancar.

eden dan marco merasa kagum akan bakat si bocah kecil tersebut bahkan sempat memuji kemampuannya karena eden baru pertama kali melihat ada seseorang yang begitu bersemangat dalam membawakan sebuah cerita dongeng.

arthur dan lucas datang di sela-sela ketika cerita sedang berlangsung, keduanya kemudian duduk tepat di samping marco namun ekspresi aneh keduanya tampak tak biasa seperti sedang menyembunyikan sesuatu tapi tidak bisa langsung bercerita.

"ada apa, kalian berdua terlihat aneh"

bisik marco pada lucas yang tepat duduk di sebelahnya, lucas pun sedikit melirik ke arah penduduk desa kemudian menggelengkan kepala dan memilih untuk diam tetap fokus menyimak cerita.

kini si bocah kecil sudah sampai di bagian tengah cerita, kali ini ceritanya terdengar sedikit sedih karena ia menggambarkan begitu jelas mengenai bencana yang pernah di alami oleh suatu penduduk desa hingga menyentuh pada bagian antiklimaks dimana penduduk desa yang berhasil selamat menunggu bantuan namun tak kunjung datang, meskipun telah mengalami sebuah bencana penduduk desa tidak lupa bersyukur dan pasti bantuan akan segera datang menghampiri mereka, begitulah cerita berakhir yang diringi dengan tepuk tangan dari semua orang yang mendengar cerita tersebut.

eden juga senang mendengar cerita yang dibawakan oleh si bocah kecil dan membuatnya sedikit terharu akan cerita tersebut, ia juga sempat melirik ke arah rekan-rekan yang duduk di sebelahnya sambil tersenyum dan di balas dengan senyuman lain oleh marco, sedangkan arthur, lucas hanya bertepuk tangan hampa tetapi eden masih belum menyadari keanehan tersebut.

malam itu mereka berempat memutuskan untuk beristirahat di dalam gedung bersama penduduk desa setempat, dan akan melanjutkan perjalanan setelah bantuan dari louise datang.

saat tengah tertidur lelap eden mengalami sebuah mimpi aneh, ia terbangun di sebuah lahan yang cukup luas dan asing anehnya tanah bahkan udara bisa ia rasakan sangat nyata, karena penasaran eden pun berjalan melihat sekeliling dan tak sengaja menemukan sebuah desa tak jauh dari tempatnya mulai berjalan sebelumnya.

desa itu terlihat normal seperti desa pada umumnya, penduduk desa sedang melakukan aktifitas seperti biasa namun mereka semua tampak murung seolah ada sebuah beban yang sedang mereka hadapi tapi tak bisa segera menyelesaikannya, eden mencoba mendekat untuk berkomunikasi namun sepertinya penduduk desa tidak bisa melihatnya, eden merasa seperti sedang melihat sebuah pertunjukan karena ia tak dapat berkomunikasi karena itu ia mengikuti alur yang sedang ditunjukkan dalam mimpinya tersebut.

lama kelaamaan alurnya semakin cepat dan semakin terlihat mengerikan, penduduk desa menjadi semakin kurus kering tidak makan sedikitpun bahkan ia merasa melihat orang asing yang hanya lewat saja tetapi tidak membantu, bahkan beberapa diantaranya hanya memberikan janji akan membantu namun tak jua kembali memberi bantuan, puncaknya dimana penduduk yang kelaparan mulai mati lalu beberapa diantaranya memotong mayat agar bisa memakan daging seseorang yang mati di hadapan mereka, pemandangan ini sempat membuat eden tak kuasa menahan rasa mualnya dan mutah begitu saja lalu setelahnya semua penampakan yang ada dihadapannya hilang.

seketika eden pun berhasil mengembalikan kesadarannya dalam posisi duduk menunduk ia mual dan ingin mengeluarkan sesuatu lalu eden juga mendapati ketiga rekannya sedang berada di samping eden berusaha membantunya mengurangi rasa mual dengan memijat mijat bagian belakang lehernya..

"hhoeekkk.... hoooeekkkk..."

'tunggu aku mutah, sudah sejak kapan'

gumamnya yang juga heran akan posisinya saat ini, ia lantas bertanya

"sejak kapan aku seperti ini"

tanya eden pelan dan masih berusaha menahan rasa mualnya

"sekitar 30 menit yang lalu, lucas tak sengaja melihat mu bangun namun pandangan mata mu terlihat kosong kemudian tiba-tiba kau mutah dan itu mengejutkan ku yang sedang tertidur"

marco menceritakan kronologi yang ia ketahui

"selain itu kau terlihat begitu aneh, sebelum mutah pandangan mata mu tiba-tiba berubah sepeti sangat terkejut, aku berusaha menyadarkan mu tetapi gagal, untunglah kau sekarang sudah bangun"

imbuh lucas sambil terus memijat lembut pundak eden agar ia lebih tenang juga rasa mualnya hilang

"sebenarnya apa yang kau lihat?"

tanya arthur tanpa basa basi pada eden namun eden sendiri diam dan tidak bisa memastikan mimpi apa yang ia lihat dan malah merasa bahwa ada kemiripan dengan desa londo, sadar akan keanehan eden pun melihat ke sekitar untuk memastikan yang ia lihat tidak ada kaitannya dengan desa ini, ia pun segera menghela nafas lega karena penduduk desa ini sedang tertidur lelap.

arthur tidak kuasa menahan hal penting yang sempat ia rahasiakan bersama lucas pun tiba-tiba memegang tangan eden, ia menarik agar eden bisa segera berdiri dan mengikutinya,

marco berusaha mencegah arthur namun lucas buru-buru membekap mulut marco dan ikut mengajaknya mengikuti arthur.

"kau ingin mengajak ku kemana"

tanya eden yang bingung akan sikap arthur terhadap dirinya namun arthur malah diam seribu bahasa dan tetap berjalan melewati jalan utama desa lalu ke bagian timur desa, jalannya mulai terjal dan menyempit sehingga membuat arthur berhati-hati begitupun eden yang kini malah balik menggenggam tangan arthur sedangkan marco dan lucas berjalan normal mengikuti keduanya dari belakang.

sampailah mereka di sebuah lahan kosong yang begitu luas namun lahan ini di tancapi beberapa kayu tinggi seperti sebuah nisan, arthur lantas melepas tangan eden sedangkan eden mulai mendekat untuk memastikan yang ia lihat bukanlah nisan atau sejenisnya, tiba-tiba ia teringat dalam mimpinya mengenai lahan luas yang membuat eden sontak berbalik ke arah rekan-rekannya yang berada di belakangnya, eden begitu terkejut dengan apa yang ia lihat ketika semua punduduk desa berdiri di belakang ketiga rekannya namun kondisi mereka begitu mengerikan, eden tak bisa membedakan apakah mereka masih manusia atau sudah mati.....