Chereads / Laluna / Chapter 80 - Sepenggal Kisah Masa Lalu

Chapter 80 - Sepenggal Kisah Masa Lalu

sepuluh tahun yang lalu bertepatan dengan misi pertama beatrice sebagai seorang kesatria perempuan pertama di usianya yang baru menginjak 17 tahun ia dipercaya mengemban tugas penting di perbatasan wilayah another world bersama kesatria lainnya, pemimpin pasukan kala itu adalah louise muda yang berusia 19 tahun.

saat itulah pertemuan pertama keduanya di mulai, meskipun beatrice adalah seorang perempuan louse tak pernah meremehkan atau merendahkan kemampuan beatrice baik secara verbal maupun perbuatan, baginya bila seseorang telah masuk ke pasukan khusus itu berarti kemampuannya tak bisa di anggap remeh meskipun sering kali louise hanya menatap dingin saat berpapasan dengan beatrice.

kali ini sudah tiba bagi pasukan untuk menyergap pemimpin kelompok pemberontak dan sebelumnya mereka sudah melakukan rapat kecil menentukan posisi penyergapan yang tepat agar bisa segera menangkap pemimpin kelompok.

beatrice telah mengajukan beberapa strategi dengan mengumpankan dirinya di baris depan karena ia merasa mampu melawan pasukan baris depan musuh namun lagi-lagi karena ia seorang perempuan idenya sempat diremehkan oleh rekan yang lain dan menyebabkan dirinya bertukar posisi pada barikade paling belakang, mengingat kekuatan musuh yang begitu kuat.

"biar aku saja yang di barisan paling depan"

seru beatrice yang tidak mau kalah atas cemoohan rekan lainnya

"kau ini seorang perempuan, bahkan tenaga mu tidak sampai setengah dari tenaga ku"

ucap seorang anggota pasukan yang meremehkan kemampuan beatrice dan di sambut tertawa kecil dari anggota pasukan lain seolah setuju dengan pendapat tersebut.

merasa harga dirinya telah direndahkan dan kemampuannya di ragukan membuat beatrice tersulut emosinya, ia memegangi pedangnya seolah ingin segera menyambar leher orang yang telah membuat hatinya terluka.

louise yang sedari tadi hanya memperhatikan perdebatan di antara rekan-rekan nya pun kini mulai bertindak, ia mendekat pada beatrice dan menahan tangannya agar tak bertindak gegabah.

"hentikan"

ucap louise dengan tenang melerai kekisruhan situasi rapat kala itu.

"aku adalah pemimpin pasukan disini, aku akan menerima saran dari beatrice"

kali ini kata-kata louise di sambut senyuman oleh beatrice yang sedikit senang bahwa ide nya di terima dengan baik.

"tapi aku ingin menukar posisi beatrice dengan albert"

imbuh louise yang membuat beatrice seketika tak dapat menyanggah maupun menolak keputusan yang telah di buat seorang pemimpin.

di hari penyergapan hal tak terduga terjadi, saat itu pasukan terdesak karena begitu banyak musuh yang menyerang hampir membuat louise menarik mundur pasukannya tetapi disanalah beatrice berdiri, ia seorang diri maju melawan musuh tanpa kenal menyerah.

"pemimpin pergilah dan selamatkan diri anda, aku akan menghalau serangan musuh"

dengan keteguhan hati yang tak dapat tergoyahkan lagi beatrice berlari melawan musuh dihadapannya.

melihat semangat dan tekad kuat dari beatrice untuk menang membuat louise urung menarik pasukan dan maju mengikuti beatrice, meskipun pertarungan terjadi cukup sengit pada akhirnya louise berhasil membuat lawan menyerah sekaligus membawa pasukannya meraih kemenangan.

peristiwa tersebut juga dikenal dengan 'peristiwa tanah putih dimana negara pemberontak bergabung dengan wilayah negara amon, kesuksesan louise membuatnya secara resmi menjadi kandidat kuat putra mahkota the great aztec.

perayaan berhari-hari untuk menyambut kemenangan louise pun di rayakan tanpa henti, ia banjir pujian dan dukungan dari para pejabat wilayah lain dan tentunya membuat raja the great aztec terdahulu bangga akan keberhasilan putra sulungnya tersebut.

di sela-sela pesta beatrice menyendiri di teras balkon, ia berdiri menatap bulan dengan segelas wine di tangan, ia menyendiri bukan berarti ia tak senang melainkan ada sesuatu hal yang menurut batrice kurang, ia masih belum puas atas pencapaiannya saat ini sebagai pasukan khusus meskipun ia adalah satu-satunya perempuan yang berhasil menorehkan prestasi di bidang militer sejauh ini.

"nona pemberani sepertinya anda tidak puas dengan kemenangan ini"

seru louise sambil berjalan menghampiri beatrice di teras balkon dengan segelas anggur di tangan, beatrice sempat menoleh sebentar lalu kembali menghadap ke depan kemudian menghela nafas panjang,

"entah kenapa masih ada yang kurang meskipun kita sudah menang"

jawabnya lemas tak bertenaga

"sejujurnya jika kau tidak dengan berani maju seperti itu pasti aku akan menarik mundur pasukan, terimakasih"

ucap louise yang mau tak mau harus mengakui pengaruh beatrice dalam pasukan

"wah wah wah.. ada apa ini? putra mahkota yang begitu angkuh berterimakasih pada ku, apa aku tidak salah dengar?"

sedikit mencibir sikap baik louise terhadap dirinya.

pertama kali dalam 19 tahun hidupnya louise tergetar hatinya oleh seorang perempuan berambut kecoklatan dengan bola mata berwarna hijau, karakter nya yang pantang menyerah membuat louise mulai membuka hati untuk seorang perempuan.

sejak saat itu setiap louise melaksanakan misi ia selalu meminta secara khusus agar beatrice menemani dirinya, prestasi demi prestasi gemilang diraih oleh louise selama bekerja sama dengan beatrice dan secara tidak langsung beatrice lah yang dengan mudah mengantarkan louise duduk di singga sana.

kini usia louise sudah menginjak 23 tahun, sudah saatnya hari besar dimana ia dinobatkan sebagai raja the great aztec akan segera tiba bahka ia disarankan oleh ayahandanya untuk mencari pendamping sebelum naik takhta agar ada yang bisa menemaninya mengurus urusan negara.

beatrice adalah orang pertama yang terbersit dalam benak louise, ia pun segera meminta hansel untuk mencari informasi mengenai asal usul keluarga dan juga tempat tinggalnya namun anehnya setelah satu minggu mencari informasi hansel gagal menemukan detilnya.

merasa ada yang janggal membuat louise pergi menemui beatrice di camp pelatihan tanpa pemberitahuan sebelumnya, ia berada di camp militer laut thalsa karena ia ditugaskan sementara disana untuk melatih calon pasukan baru.

"louise.. ahh maksud hamba salam untuk yang mulia putra mahkota louise"

beatrice menyapa dan membenarkan kalimatnya menjadi lebih formal, keduanya pun berjalan menyusuri pantai sambil berbincang, lalu ditengah keasyikan keduanya beatrice menghentikan langkahnya lalu melihat ke arah laut thalsa,

"apakah anda pernah mendengar tentang portal pelindung?"

tanya beatrice pada louise

"tentu saja, the great aztec mengemban tugas penting untuk melindinginya"

"anda salah sangka yang mulia, portal pelindung hanya bisa dilindungi dan di perkuat oleh kesatria terpilih, dari yang ku dengar keturunan kesatria terpilih yang terakhir telah tewas 11 tahun yang lalu"

"beatrice.."

louise memanggil namanya dengan lembut

"iya yang mulia?"

tanya beatrice sedikit bingung dengan sikap lembut louise padanya

"apakah kau mau menikah dengan ku?"

secara tulus mengutarakan isi hatinya pada beatrice namun di sambut tawa kecil karena tak percaya dengan apa yang di ucapkan louise terhadap dirinya.

"aku serius"

imbuh louise menegaskan maksud hatinya yang membuat beatrice seketika terdiam menatap louise penuh kehampaan,

"sayang sekali hamba tidak bisa menikah dengan yang mulia"

"apakah karena kau bukan dari kalangan bangsawan? aku bisa memberikan gelar padamu asal kau mau menjadi ratu mendampingi ku"

sambil memegang erat tangan beatrice dan menatapnya penuh harapan, beatrice merasa tidak nyaman dengan tatapan louise padanya ia pun berusaha melepas genggaman erat louise lalu menunjuk ke arah laut thalsa

"disana, hamba harus kesana menjadi kesatria terpilih berikutnya, ini adalah cita-cita hamba sejak kecil jadi hampa tak bisa menguburnya karena sebuah pernikahan"

dengan tekad yang kuat beatrice menjelaskan alasan sesungguhnya membuat louise tak bisa memaksakan kehendaknya, terlihat jelas bahwa louise begitu kecewa karena gadis yang ia idamkan bersanding dengannya di singgasana tak berkeinginan untuk hak tersebut.

beatrice pun memegangi pipi kiri louise ia berusaha meyakinkan louise agar mengerti tentang keinginannya dan louise hanya menganggukan kepalanya.

setelah kejadian penolakan hari itu louise menghapus semua hal tentang beatrice bahkan ia sama sekali tak berniat untuk menikah dengan gadis manapun, penolakan beatrice juga menjadi titik mula kekejaman louise yang gemar melampiaskan kekesalan dengan langsung memenggal seseorang yang melakukan kesalahan, atau membunuh wanita yang mengaku hamil karena dirinya dan juga ia sangat gemar mempermainkan perasaan gadis dengan mengakhiri hubungan setelah naik ke atas ranjang bersama dirinya.

begitulah kehidupan louise berlangsung selama lima tahun tanpa belas kasih terhadap siapapun dan hal itu disebabkan oleh trauma dirinya akan kasih sayang hingga semuanya berakhir ketika ia bertemu eden sosok perempuan yang begitu ia cintai lebih dari apapun, karena itulah ia begitu terobsesi ingin menikah dengan eden.

saat mendapati kakaknya begitu jatuh cinta terhadap eden, arthur sempat berpikir mungkin saja hanya keinginan sesaat kakaknya karena eden memiliki kemiripan dengan beatruce namun lama kelamaan ia pun menyadari ketulusan hati kakaknya tersebut hingga membuat arthur terus berusaha membantu agar kakaknya bisa kembali ke jalan yang benar.

terbukti selama bersama dengan eden, kakaknya memiliki emosi yang lebih stabil dan tidak gampang tersinggung seperti sebelumnya, tentu saja ini melegakan bagi arthur secara pribadi karena ia sudah cukup melihat kakaknya menderita selama ini.

***

kedatangan upeti tak terduga juga sampai ke telinga rekan-rekan eden, mereka sangat menyayangkan sikap raja louise yang tidak bisa menolak upeti berupa selir tersebut.

sebagai sahabat eden baik kate, laura, diana, dan justin merasa kecewa atas ketidak adilan eden, bahkan disituasi saat ini yang mengharuskan eden menjalankan tugas pun ia masih harus mendengar berita yang begitu menyakitkan.

seandainya bisa mengutarakan pendapat mungkin mereka atau bahkan seluruh rakyat the gerat aztec akan menolak upeti tersebut karena akhir-akhir ini reputasi eden sebagai calon ratu sedang sangat baik.

"nanti saat upeti itu datang aku akan segera menggambar wajahnya lalu ku sebar ke seluruh penjuru negeri ini agar mereka tahu wajah selir itu dan ketika bertemu di jalan semua rakyat akan mengumpat padanya"

seru justin dengan semangat membara berusaha menjatuhkan pesaing eden

"apa-apaan sih, kekanakan sekali"

ucap diana dengan sinis terhadap justin

"bagaimana jika si upeti ini jauh lebih cantik dari nona eden"

laura berusaha menggoyahkan niat buruk justin dengan embel-embel wanita cantik

"aku tetap tidak tergoda dan akan tetap menjatuhkannya"

sahut justin dengan penuh keyakinan

"benar, bagaimana bila si upeti ini wanita seksi dengan ukuran yang besar"

imbuh kate sambil memperagakan kedua tangan di depan payudaranya membuat wajah justin langsung memerah dan membayangkan yang tidak tidak.

melihat sikap justin yang aneh membuat diana bergegas memukul kepala justin

"hentikan pikiran kotor mu dasar mata keranjang, memang ya semua pria bila di singgung masalah ukuran pikirannya langsung berubah"

diana dengan sinis mengomentari justin

"ia benar, kalian para pria mata keranjang"

imbuh laura dan kate yang setuju atas pendapat diana

"ti tidak semua pria seperti itu"

justin bergumam namun tak berani menatap diana secara langsung

"benar, tapi kau adalah pria yang seperti itu"

diana menegaskan kembali mengenai justin namun justin sendiri tak berani menjawab dan malah terdiam.

"kira-kira nona sedang apa ya"

kalimat tersebut keluar dari diana yang merindukan eden karena ia sudah lama tak kembali ke the great aztec semenjak mulai mengikuti pendidikan di kuil suci.

'haassyuuuuuuuu'

eden tiba-tiba bersin tanpa ada sebab

"apa kau sakit?"

arthur dengan sigap menanyakn kondisi kesehatan eden

"ahahhaa.. tidak ini mungkin karena udara asing yang ku hirup"

jawab eden mencoba menenangkan kekhawatiran arthur terhadap dirinya.

perjalanan mereka telah sampai di suatu tempat yang begitu asing, seperti sebuah desa tak berpenghuni dengan bangunan-bangun yang masih berdiri namun tak terawat.

mereka pun terus berjalan melewati bangunan-bangunan tersebut sambil sesekali melirik ke kanan dan ke kiri dan rasa ngeri mulai menyelimuti mereka, rasanya seperti ada yang sedang mengawasi dan menatap ke arah mereka, kesal dengan tatapan asing tersebut lantas membuat lucas berteriak,

"siapa disana!! keluar!"

dengan suara lantang dan menimbulkan sedikit gema membuat yang lain jadi ikut waspada karena ulahnya.

'meooowwww'

ternyata seekor kucing membuat mereka merasa lebih lega atas prasangka mereka yang salah dan juga mereka sadar bahwa sugesti bisa membangun kengerian pada pikiran masing-masing namun tak berselang lama sesosok terlihat dari balik sebuah bangunan membuat marco bergegas mengeluarkan panah dan akan membidiknya, dengan sigap eden menghentikan marco sambil memegangi tangannya

"hentikan"

ucap eden pelan lalu turun dari kuda yang ia tunggangi

""keluarlah, kami tidak akan menyakiti mu"

mendengar ucapan eden membuat yang lain terheran karena sikap baiknya,

dua anak kecil keluar dari balik tembok yang roboh, keadaan mereka sangat memperihatinkan, baju compang-camping, badan kering kerontang seperti kekurangan gizi.

melihat hal tersebut membuat arthur segera bertindak dengan mengambil air lalu menghampiri keduanya, kedua anak kecil tersebut sangat kehausan dan juga kelaparan, ia sempat bingung bagaimana bisa ada manusia yang tinggal di daerah tak berpenghuni seperti ini.

setelah diberi minum dan juga makanan kedua anak kecil tersebut mulai berbicara mengenai desa mereka yang sesungguhnya, mereka juga menjelaskan bahwa usianya sudah menginjak 12 tahun tapi kondisi tubuh keduanya menunjukkan hal yang berbeda seperti kebanyakan anak usia 12 tahun pada umumnya.

keduanya menyebutkan sudah 10 tahun terakhir desa yang mereka tinggali mengalami kekeringan panjang yang membuat tanah tidak bisa di tanami tanaman apapun, karena letaknya yang jauh dari perkotaan membuat desa mereka telah di lupakan oleh kebanyakan orang.

keduanya juga mengatakan bahwa sempat beberapa orang dari desa mereka berusaha pindah namun tidak bisa karena mereka tak memiliki uang untuk membeli sebidang tanah di pinggiran kota, bahkan untuk makan pun sulit sehingga mereka memilih untuk bertahan sambil memakan makanan seadanya yang bisa di dapatkan di hutan terdekat yang jaraknya mencapai 18 km.

selain itu kedua anak tersebut juga mengatakan bahwa masih ada orang lain yang berada di desa ini dan mereka tinggal pemukiman paling ujung, sebenarnya penduduk desa ini bukannya malas atau tidak mau berusaha tetapi karena memang mereka sudah tidak mampu dan hanya bisa berharap suatu saat ada seseorang yang tak sengaja lewat lalu bersedia membantu mereka namun kebanyakan dari orang yang lewat tersebut hanya berlalu begitu saja karena tujuan utamanya adalah ke gunung tarsa.

mendengar cerita ini membuat eden, arthur, marco, lucas merasa iba dan lantas meminta kedua anak tersebut untuk mengantar ke pemukiman yang di maksud agar mereka bisa lekas melihat kondisi yang sesungguhnya.

sesampainya di tempat yang di maksud baik eden, arthur, lucas dan marco merasa semakin atas kondisi yang mereka lihat, karena orang-orang tersebut memandangi mereka dengan tatapan penuh harap, bahkan ada yang tak sabar dan berusaha mendekati eden namun dengan sigap marco menghadangnya agar tak berjalan lebih jauh lagi.

maklum saja dalam kondisi kelaparan seseorang akan menjadi lebih agresif agar bisa makan, mereka berempat pun menghela nafas panjang lalu berkumpul sejenak untuk mendiskusikan situasi yang sedang mereka alami ini.

tidak bisa pergi begitu saja adalah kalimat yang ada di benak masing-masing dari mereka untuk itu mereka pun berusaha mencari solusi yang cepat dan agar mereka bisa melanjutkan perjalanan.

"kirim pesan pada louise dan minta mereka memasok bahan pangan"

ucap eden mendahului memberikan pendapatnya

"tidak bisa semudah itu"

arthur kurang setuju dengan saran eden

"kenapa?"

tanya eden yang bingung atas jawaban arthur

"masalahnya perjalanan menuju ke wilayah ini tidak mudah, kalian sudah merasakannya sebelumnya"

pendapat arthur begitu logis membuat eden terdiam

"berapa lama pesan akan sampai jika kita mengirimnya sekarang?"

tanya eden memastikan sesuatu

"jika dengan burung pos biasa akan memakan waktu lebih dari 3 hari, tetapi jika dengan burung pos pribadi ku besok pesan tersebut akan sampai, tapi kau tahu kan apa masalahnya?"

"iya aku tahu, kalau begitu biarkan aku yang menulis pesan"

eden pun segera mengambil secarik kertas dan menulis surat menggunakan arang yang tak sengaja ia temukan di sekitar mereka.

rasa penasaran pun menyelimuti arthur, lucas dan marco pun mendekat, mereka membaca pesan yang di tulis eden seketika membuat wajah ketiganya memerah tak kuasa menahan malu.

"bukankah ini terlalu erotis?"

spontan marco mengomentari tulisan tangan eden dan membuatnya ikut tersipu malu karenanya, tapi eden tetap bersikap acuh dan segera mengikatnya pada kaki burung elang milik arthur, burung tersebutpun segera terbang, kini mereka berempat tinggal menunggu besok dan berharap louise akan segera mengirimkan bantuan.