perjalanan menuju gunung Tarsa yang akan dilalui eden sangatlah berbeda dengan yang dilalui oleh anna lewis sebelumnya.
setiap kesatria terpilih memiliki ujian yang berbeda untuk di hadapi, sesuai dengan arahan juga saran dari sri isaac xavier eden hanya perlu mengikuti kata hati dan perlu diperhatikan bahwa setiap langkah kaki yang eden injakkan dalam perjalanan telah diperhitungkan oleh sang naga, ia mungkin telah bangun saat ini hanya untuk menunggu kedatangan eden seorang.
rasa khawatir sempat menyelimuti hati eden karena ia memikirkan keselamatan ketiga rekan yang sedang mendampinginya, meskipun ia perempuan seorang namun dalam pelaksanaan misi seperti ini eden merasa bertanggungjawab atas keselamatan rekan satu timnya tersebut.
"salju mulai turun, aku tak mengira akan secepat ini"
marco mengeluhkan salju pertama yang turun tepat setelah seminggu keberangkatan mereka, tak terasa sudah puluhan kilo jarak yang mereka lalui menuju gunung tarsa, gunung yang tak dapat di prediksi medannya meski melalui ekspedisi sekalipun.
"ku dengar banyak yang mencoba menjadi kesatria terpilih tanpa melalui ritual, mereka nekat pergi ke gunung tarsa dan kabarnya tak pernah kembali"
imbuh marco menceritakan hal yang ia ketahui selama menjadi blood hunter
"dari mana kau mendengar berita seperti itu, pasti tidak benar"
lucas seolah menyangkal cerita marco yang terdengar seperti ngawur dan di buat-buat.
"aku berani bertaruh kau pun pasti pernah mendengarnya saat menjadi blood hunter"
sanggah marco yang tak terima seolah dirinya hanya mengarang dan percaya dari gosip murahan, namun lucas tak menghiraukan marco dan malah fokus pada jalan di depan.
"seharusnya di sekitar sini ada desa terakhir, tetapi kenapa kosong"
ucap arthur sambil memeriksa peta yang ia bawa, maklum saja selain sebagai pengatur rencana disini arthur juga mendapat peran sebagai petunjuk arah.
"apakah yang mulia yakin?"
tanya lucas sambil mendekatkan kuda kearah arthur dan ikut mencermati peta yang sedang ia buka sambil memperkirakan petunjuk arah.
eden sedari tadi menatap ke langit sambil menangkap salju yang turun di tangannya,
'ku dengar dari benua sebrang bahwa permohonan yang diucapkan saat salju pertama turun akan dikabulkan'
eden dalam hatinya berbicara namun tak mencoba mengucapkan permohonan apapun melainkan hanya menikmati dinginnya bulir salju yang meleleh di tangannya.
'kenapa aku jadi teringat adel?'
gumamnya diikuti dengan senyum tipis lalu menggelengkan kepala
"ku harap ia baik-baik saja dan tetap sehat"
spontan kata terucap dari bibir eden yang merupakan sebuah harapan dan doa terhadap adiknya itu.
"aku rasa telah di mulai"
arthur menyadari ada sesuatu yang janggal membuat eden marco dan lucas terfokus pada ucapannya.
"ujiannya"
sambung arthur menyelesaikan ucapannya, membuat semua orang terdiam dan menjadi lebih waspada tak seperti sebelumnya mereka masih bisa bersantai kali ini raut wajah ketiganya menjadi lebih serius membuat arthur tertawa geli.
"hei hei hei.. tidak perlu memasang wajah seperti itu"
arthur menegur perubahan ekspresi ketiganya yang tak biasa.
"memangnya wajah kami tampak seperti apa?"
tanya lucas dengan mimik lebih kaku dan malah membuat arthur semakin tak bisa menahan tawa geli nya.
dari pengelihatannya baik eden, lucas maupun marco memasang wajah kaku, mata mereka tetiba bergetar bakan tak berkedip sedikitpun, bibir mereka menjadi ciut seolah ada yang membekukannya, dan entah kenapa nada bicara mereka seperti robot yang sedikit gagap.
merasa tak ada tempat yang dapat di tinggali seperti perjalanan sebelumnya membuat arthur menyarankan agar mencari goa karena mereka sendiri tak tahu apakah salju akan turun lebat malam ini atau tidak, mengingat perjalanan mereka menuju gunung tarsa diperkirakan memakan waktu yang tidak dapat ditentukan.
sebagai pemimpin kelompok tindakan arthur adalah hal bijaksana yang dapat ia lakukan demi menjaga keselamatan rekannya, bersyukur setelah tiga jam melanjutkan perjalanan mereka menemukan sebuah goa di tengah hutan sehingga hari itu telah diputuskan untuk beristirahat disana.
sepeti yang telah di katakan oleh sri isaac xavier bahwa perjalanan menuju gunung tarsa tak dapat di prediksi sama sekali, akibat bermalam di goa membuat mereka berempat terjebak di dalamnya karena bada salju yang tak kunjung berhenti.
awalnya mereka mengira bahwa bada akan berhenti keesokan hari namun setelah di kalkulasi sudah sekitar dua hari mereka hanya berada di dalam goa karena tak bisa melihat kondisi di luar jadi baik arthur, eden, lucas maupun marco hanya bisa memperkirakan berapa lama mereka berempat berada di goa tersebut.
"tidak bisa bila terus seperti ini, kita harus segera berangkat jika tidak purnama akan lewat"
kali ini marco mengutarakan pendapatnya terlebih dahulu
"kondisi di luar, kau tidak melihatnya? salju turun sangat lebat"
lucas masih belum setuju dengan pendapat gegabah marco yang langsung ingin bertindak tanpa mempertimbangkan hal lain
"tidak, marco benar, kita harus segera keluar dari sini, bagaimana menurut mu eden?"
arthur kali ini lebih setuju dengan pendapat marco dari pada lucas
"aku setuju, kita harus segera pergi dari sini"
akhirnya mereka berempat telah menemukan kesepakatan dan memutuskan untuk berkemas lalu segera berangkat menuju gunung tarsa, untuk mencegah terjadi hal yang tidak di inginkan arthur pun mengatur posisi perjalanan dimana lucas akan menaiki white di barisan paling depan.
barisan kedua yaitu marco, barisan ke tiga eden, barisan ke empat arthur dan barisan terakhir adalah blue, sudah sangat dikenal bahwa dalam sebuah rombongan srigala pemimpinlah yang berada di barisan paling belakang dan kini saat nya blue mengambil posisi tersebut.
akan sangat sulit bila eden tetap menaiki blue pada situasi saat ini karena itulah arthur mengatur posisi sedemikian rupa bertujuan untuk melindungi eden dari serangan tak di inginkan, beruntungnya mereka karena white dan blue yang sudah terbiasa melalui medan bersalju turut serta pada perjalanan kali ini.
cuaca dingin menembus hingga ke lapisan kulit terluar, meskipun mengenakan mantel dikarenakan badai yang cukup lebat membuat mereka berempat mengalami kesulitan karena harus menahan dinginnya udara kala itu.
menyadari bahwa badai yang sedang dihadapi bukanlah badai biasa membuat mereka berempat sangat berhati-hati dalam melaju, posisi paling depan lah yang menentukan kecepatan perjalanan maka lucas sendiri memilih untuk berjalan sedikit pelan mengingat medan yang mereka lalui tertutup oleh salju, ia khawatir bila tak sengaja melalui perairan dan bukan daratan karena bisa saja salju akan retak dan membuat mereka tenggelam.
pada perjalanan kali ini white lah yang jadi andalan mereka membukan jalan juga mengarahkan melewati jalur aman, bila di lihat dengan mata manusia di sekitar tak terlihat apapun kecuali hanya rona putih gelap tak berujung berbeda dengan white dan blue yang sudah terbiasa pada cuaca seperti saat ini.
sedari tadi eden berpikir dengan keras karena ada keanehan dalam perjalanan mereka, ia selalu melihat pepohonan yang sama meskipun ia tahu bahwa jalur yang mereka lewati adalah hutan namun eden mengamati letak pohon dan sebelumnya sempat memberi tanda pada salah satu pohon.
'sudah 5x kami melalui jalur yang sama.. ada yang tidak beres'
anehnya rekan yang lain tak menyadari kejanggalan tersebutsan hanya eden seorang yang merasakannya, hal ini lantas membuat eden segera bertindak, ia mengeluarkan panah boomerang lalu membidik beberapa titik, dimulai dengan melepas anak panahnya ke arah depan, dilanjutkan ke bagian kanan lalu kiri, belakang dan panah terakhir ia lesatkan ke depan.
pemandangan ini sontak membuat lucas, marco dan arthur tertegun melihat tindakan eden, tak ada yang mengerti tujuannya namun tak berselang lama panah yang dilesatkan tiba-tiba seperti membakar sesuatu.
'selubung!!!'
gumam ketiganya yang lantas menghentikan laju serentak seraya memandangi selubung yang lama kelamaan terbakar habis membuat keadaan disekitar terlihat jelas ditandai dengan badai yang seketika berhenti dan salju mulai mencair.
hal tak terduga ini membuat ketiganya tertegun akan kepekaan situasi eden bahkan saking kagumnya membuat mereka mengacungkan jempol pada eden.
kejadian yang mereka alami adalah salah satu ujian dan bukan berupa sihir atau hal lain, untung saja eden cepat menyadari nya sehingga mereka bisa selamat karena eden sendiri mengingat jelas nasihat sri isaac xavier untuk mengikuti kata hati.
harus diakui bahwa jalan pemikiran antara pria dan wanita berbeda, bila pria berpikir dengan menitik beratkan pada logika maka wanita akan berpikir dengan mempertimbangkan perasaan, hal ini sudah merupakan naluri dan berkat sejak lahir dari Tuhan.
***
apa yang di alami adel setelah kepergian eden merupakan nasib buruk dalam hidupnya, kepergiannya justru membawa banyak petaka dan kemalangan hingga menuntun adel sendiri mengarungi luasnya samudra demi menemukan satu-satunya saudara yang mungkin masih hidup.
adel berpegang teguh pada legenda yang ceritakan secara turun temurun bahwasanya pengorbanan melalui hasil bumi bagi dewa akan sampai di sebuah pulau dan bila ia tak salah menafsirka pulau tersebut seharusnya muncul setiap setahun sekali tepat saat perayaan festival berlangsung namun sebelum perayaan adel memaksakan dirinya untuk segera pergi.
salju pertama dan harapan yang tak sengaja terucap dari eden benar-benar terwujud, tanpa sepengetahuan eden sekitar tiga hari yang lalu adel mengarungi samudra tanpa arah demi menemukan kakak yang sangat ia sayangi dan ia pun berhasil selamat dari ganasnya ombak segitiga bermuda yang sempat mengoyakkan tubuhnya.
adel selamat dikarenakan separuh jiwa eden telah menyatu dalam dirinya (lihat episode 3 yang diceritakan bahwa eden pernah memberikan separuh nyawanya untuk menyelamatkan adel melalui gelang peninggalan ibunya) sehingga thalsa yang merupakan pelindung portal lapisan kedua mengenali adel sebagai warga another world.
adel pun selamat karena thalsa yang mengantarnya langsung hingga daratan, ia di letakkan begitu saja di pinggir pantai dan dibiarkan terbangun dengan sendirinya.
peristiwa ini merupakan pertama kali dalam sejarah another world bahwa ada seseorang dari dunia luar yang berhasil melewati portal dalam keadaan hidup, sekali lagi adel memiliki hutang besar terhadap eden.
***
kabar tak mengenakan datang dari the great aztec, louise mendapat sebuah upeti dari sebuah negara kecil yang termasuk ke dalam wilayah negara hybrid yaitu negara eufrat.
upeti ini datang begitu saja tanpa adanya diskusi dengan louise sendiri, yang lebih mengagetkan upeti yang di maksud adalah seorang putri raja yang bersedia dijadikan sebagai selir agar hubungan the great aztec dengan negara tersebut lebih baik kedepannya.
di tengah situasi seperti ini tentu saja pemberian upeti mendadak membuat istana the great aztec menjadi gaduh karena dengan lancangnya memberi upeti tanpa pemberitahuan terlebih louise sendiri belum pernah mengunjungi negara tersebut karena selama ini yang memiliki tugas diplomatik adalah arthur.
banyak yang menduga pasti ada kesalahpahaman dalam perundingan antara arthur dan raja eufrat selama kegiatan diplomatik berlangsung bila tidak bisa saja sang raja lah yang terlalu serakah menginginkan perhatian lebih dari raja louise.
tak ada cara untuk mencegah upeti tersebut datang karena saat ini sang putri sedang dalam perjalanan menuju the great aztec diperkirakan seminggu lagi baru akan sampai, lagi pula menolak upeti bisa menjadi sumber petaka tercetusnya perang, pada awalnya hansel dan jose memberi beberapa solusi namun tak mendapat persetujuan dari louise, kali ini dengan bijaksana louise membiarkan upeti itu sampai di hadapannya terlebih dahulu baru ia bisa mengambil keputusan terhadap si upeti.
terbersit dalam benak louise adalah ia perlu menyelidiki maksud dari upeti tersebut mengingat upeti ini datang tak lama setelah ia mengumumkan akan menikahi eden dan juga di saat eden sedang melaksanakan misi, jika upeti ini dimaksudkan sebagai sindiran bahwa eden akan gagal dalam misi tentu saja sang raja eufrat memang berniat menjadikan putri nya bukan sekedar sebagai selir melainkan mata-mata agar bisa menempati posisi tertinggi di negara ini.
cara kotor tak berkelas yang kembali dilakukan pada masa ini, padahal dengan jelas louise sudah berulangkali mengumumkan eden sebagai calon ratu dan tak ada yang bisa menggulingkannya tetapi kali ini ia seolah diminta untuk mengikuti permainan si raja.
masalah upeti bagi louise tidaklah penting, bahkan ia tak beniat mengetahui siapa nama dan berapa umur si putri yang sedang di kirimkan ke the great aztec.
di waktu yang hampir sama putri raja eufrat yang bernama beatrice Laurent clorince sudah melaksanakan parade perpisahan dan siap berangkat dengan keretanya menuju the great aztec.
kali ini a berangkat dengan pengawal dan juga beberapa pelayan pribadi tanpa ayahnya, anehnya beatrice begitu yakin akan diterima di the great aztec karena ia pun sudah mempertimbangkan segalanya dengan matang, bahkan ide upeti malah keluar dari mulutnya sendiri dan bukan dari ayahnya.
"kau yakin dengan keputusan mu? kau bisa saja tinggal disini dan menjadi pewaris tahta tetapi kau lebih memilih menumbalkan diri mu demi kerajaan"
ungkap raja eufrat yang merasa berat atas keputusan putri kesayangannya tersebut
"ayahanda tahu bahwa adiklah yang lebih layak untuk menjadi pewaris kerajaan ini, setidaknya sebagai putri pertama harus membantu memperluas wilayah kita, dengan menjadikan hamba sebagai upeti maka kerajaan eufrat akan lebih berkembang ayahanda, hamba harap ayahanda bisa mengerti"
mendengar ucapan menenangkan dari sang putri membuat raja eufrat merasa bangga akan pemikiran putri nya tersebut, apalagi selama membesarkannya putri beatrice tak pernah mengeluh atau meminta sesuatu hal yang memberatkan dirinya sebagai ayah maupun negara kecilnya tersebut, sejak kecil putri beatrice di kenal sangat pandai dan bijaksana dalam memutuskan suatu perkara karena itulah negara yang pada awalnya tak mendapat pengakuan perlahan mendapatkan perhatian dari dunia luar berkat upaya dari putri beatrice.
hal itulah yang membuat putri beatrice mengorbankan dirinya demi kejayaan negara eufrat, ditambah lagi putri beatrice bukanlah orang yang gegabah dalam mengambil suatu keputusan, ia berani mengumpankan diri karena ia sendiri tahu benar siapa yang akan dihadapinya kelak charles philip louise teman yang sudah lama tak ia jumpai.