Chereads / Laluna / Chapter 75 - Sang Penyelamat

Chapter 75 - Sang Penyelamat

di suatu tempat yang tak diketahui oleh siapapun, rosemary datang dengan tangan berdarah-darah karena bekas sayatan dari anak panah yang dilepaskan eden sebelumya.

di sana adam lewis telah menunggu, pria paruh baya partner sehidup semati rosemary yang selalu setia saling berdampingan dalam menyusun rencana jahatnya.

dalam hal ini tak banyak orang tahu bahwa kondisi tubuh adam lewis juga memiliki bekas luka begitu parah karena ledakan yang pernah ia alami ketika berusaha merebut sang naga dari anna lewis, wajahnya rusak sebagian, tubuhnya bungkuk, hanya aura gelap yang terpancar darinya.

terkadang ia berteriak kesakitan di tengah malam karena sakitnya luka yang membekas pada fisik dan juga dalam memori ingatan, kesakitan yang sudah tak dapat disembuhkan kecuali hanya dengan pembalasan dendam pada dunia.

"kau sudah kembali rupanya"

ucap adam lewis menyambut kedatangan rose mary, ia duduk pada sebuah kursi di sudut ruangan sambil menghirup cerutu dan menghembuskan asapnya hingga mengepul di langit-langit.

bau asap yang membuat siapapun sesak ketika menghirupnya tak terkecuali rosemary yang malah mendekati adam lewis dan merebut cerutu tersebut lalu menghirupnya.

terlihat rosemary sedikit gugup dan gemetar, cara satu-satunya agar ia merasa tenang adalah dengan menghirup cerutu sampai tiga kali lalu ia bangkit mengambil perban di sebuah laci dan kembali duduk pada sebuah sofa yang menghadap adam lewis.

melihat tingkah aneh rosemary mengundang rasa penasaran adam lewis,

"kau berhasil? tapi dari tingkah mu sepertinya kau gagal lagi"

ucap adam lewis seolah meledek rosemary

"tutup mulut kotor mu, sudah ku katakan untuk merubah wujud mu meskipun sedang di dalam ruangan, kau membuat tambah sesak!"

sahut rosemary yang malah menumpahkan kekesalannya terhadap adam lewis, ia tampak begitu kacau.

"heii.. tak seharusnya kau menumpahkan rasa kesal mu pada ku!! sudah seharusnya kau bunuh penghalang sialan sejak dulu!!"

dengan kemarahan adam lewis menjawab rosemary.

"hari ini kali ke 3 aku berusaha membunuhnya, seharusnya hari ini berhasil"

ucap rosemary yang merasa yakin bahwa eden telah benar-benar mati di jalan pulang, bila kali ini eden selamat lagi maka rosemary akan merasa dipermalukan bahwa kemampuan sihir tingkat tingginya tak bisa memusnahkan seorang yang ia anggap hanya sebagai duri kecil penghalang jalannya selama ini.

***

seperti dugaan banyak orang bahwa eden memang selamat, ketika bom meledak di terowongan atas kehendak sang pencipta eden terlindungi oleh sebuah tameng berasal dari sisa air danau yang masih melekat pada tubuh eden, air tersebut dengan kokohnya membentuk sebuah petindung dan menahan reruntuhan.

sempat merasa nyawanya lagi-lagi terancam bahkan ia pun tak sempat membentuk pertahanan diri karena situasi begitu mendesak membuat eden hanya dapat pasrah kali ini, ia pun memejamkan mata dan tubuhnya meringkuk ke bawah dengan tubuh gemetar begitu hebatnya sesaat dalam hati eden mengingat dosa-dosa yang pernah ia lakukan bahkan berjanji akan berbuat lebih baik lagi pada siapapun jika ia selamat lalu doanya benar-benar terkabul.

eden selamat atas kehendak sang pencipta, ia merasa hampa karena tak berasakan sakit apapun hingga tersadar bahwa lagi dan lagi ia selamat dari tragedi yang hampir merenggut nyawanya, sontak ia pun membuka mata dan melihat ke arah langit-langit sebuah pelindung telah terbentuk melindungi dirinya.

eden benar-benar bersyukur atas kejadian ini, ia pun segera bangkit dan berdiri tegap mengarahkan busur panah tepat di hadapannya, berkonsentrasi lalu melepaskan anak panah dan

'boooooooommmmmmmmmmmmmmmmm'

ledakan dahsyat berkumandang mengejutkan setiap orang yang mendengarnya, di luar dugaan ledakan telah menremukkan batu-batu yang tadinya telah menutup jalan tersembur keluar dengan asap debu yang terus mengepul menandakan ada pergerakan dari dalam.

tentu saja ini menjadi angin segar bagi orang terdekat eden yang khawatir menunggunya di depan pintu, mereka pun memutuskan untuk sedikit menjauh agar tak terkena serpihan juga agar memberikan ruang bagi eden untuk leluasa membuka jalan keluar melalui panah yang ia lesatkan.

sudah empat kali ledakan terdengar dan kini terowongan telah terbuka lebar, semua orang penasaran akan seperti apa keadaan eden saat keluar yang jelas kebanyakan dari mereka berharap eden selamat tanpa luka sedikitpun mengingat ialah kunci penting keselamatan seluruh negeri sebagai kesatria terpilih untuk mengemban tugas di masa depan.

banyak pasang mata melihat ke arah terowongan, terlihat bayangan samar seseorang tengah berjalan keluar, benar dialah eden yang berhasil selamat semua orang bersorak gembira merayakan kembalinya eden, bahkan beberapa orang sempat berlutut dan menyatukan tangan bersyukur pada sang pencipta.

mendengar suara sorakan dari arah luar membuat eden merasa senang sekaligus lega karena dirinya berhasil selamat, kakinya terasa sedikit pedih namun ia tak memperdulikannya dan terus berjalan agar bisa sampai di luar.

tanpa sadar eden berjalan jauh tanpa menggunakan alas kaki, ia meninggalkannya sesaat setelah pergi meninggalkan rosemary, ia pun tak ingat sudah berjalan sejauh mana dan sebanyak apa ia telah menginjak bebatuan tajam yang runtuh karena lesatan anak panahnya tadi.

sesampainya di luar eden di sambut pelukan oleh cecillia yang menangis terisak karena mengkhawatirkan dirinya, juga chris yang ikut memeluk eden namun tak berselang lama sri isaac xavier menghampiri dirinya begitu pula louise, keduanya tepat berada dihadapan eden dan mengulurkan tangannya.

tanpa rasa ragu dalam hatinya eden pun langsung menyambut uluran tangan sri isaac xavier tanpa sedikitpun menoleh ke arah louise yang sempat membuatnya kesal apalagi banyak orang yang sedang berdiri menatap ke arah mereka.

merasa terbebani dan tak ingin membuat louise malu di hadapan banyak orang ia pun kemudian berbalik arah dan meraih tangan louise, raut wajah gembira terpancar jelas dari wajah louise yang ingin segera membopong eden namun eden memberi kode bahwa ia merasa tak nyaman lalu berkata,

"aku ingin berjalan saja"

ucapnya lirih membuat louise yang mendengarpun mengerti dan mengajaknya berjalan pelan.

saat hendak melewati sri isaac xavier eden berhenti sejenak lalu berusaha berjinjit membisikkan sesuatu pada nya dan membuat sri isaac xavier terkejut, ia segera menganggukan kepala lalu membiarkan eden pergi sedangkan dirinya tetap berada di depan pintu sambil terus melihat ke arah eden yang berjalan tertatih.

beberapa jam setelah kejadian eden sempat melamun dalam ruang istirahatnya sambil menunggu cecillia yang sedang meracik middlemist camelia, matanya kosong melihat ke arah jendela, tira-tirai yang terpasang di hembuskan angin, ia masih teringat dengan kejadian di danau suci dan segala kejadian di masa lalu yang telah tersimpan dalam memori ingatannya.

sangat acak dan membuat hatinya sempat ragu akan kemampuan diri sendiri, ketika tangannya mulai bergetar karena takut louise menggenggamnya.

eden tak sadar bahwa louise telah masuk dan berlutut dihadapan nya mencoba menenangkan dirinya dengan tatapan yang menurut eden sangat membingungkan dirinya, spontan eden melepas genggaman tangan louise dan tak berbicara apapun melainkan hanya memalingkan wajah ke arah jendela lagi.

louise yang pada dasarnya tidak peka terhadap perasaan orang lain tidak merespon tindakan eden barusan dan kini malah duduk di sebelanya mencoba meraih tangan eden kembali namun kali ini terang-teranngan eden terlihat menghindar dengan melingkarkan tangan di perutnya.

"aku senang kau kembali dengan selamat, besok aku akan mengajak mu kembali ke the great aztec untuk beristirahat sampai luka mu sembuh"

dari ucapannya louise terdengar sangat lembut dalam memperlakukan eden.

keduanya terdiam beberapa saat, namun kali ini eden terang-terangan menghindari kontak langsung dengan louise, ia segera berdiri sedangkan louise berusaha membantunya tapi eden menolaknya, ia berjalan perlahan ke arah balkon diikuti oleh louise yang berhenti di belakang eden.

"permintaan ke tiga aku menginginkannya hari ini"

seru eden, matanya menatap tajam ke arah louise terlihat jelas bahwa ia menggebu-gebu menginginkan sesuatu.

merasa ada yang tak beres louise berusaha meredam kemarahan eden,

"pertimbangkan lagi, aku tak ingin mendengar perimtaan omong kosong seperti pembatalan sesuatu hal, kau mengerti kan"

kali ini louise tak ingin mengalah pada eden, ia seolah tak ingin kehilangan eden.

"umumkan bahwa eden sudah mati"

sambil berbalik arah, kini keduanya saling berhadapan, eden adalah satu-satunya wanita yang berani menantang louise secara langsung bahkan tak terlihat keraguan dari tatapan matanya terhadap louise justru ia menunjukkan sebuah keyakinan atas apa yang telah ia ucapkan.

"itu mustahil"

sahut louise tak senang

"kenapa? toh ini adalah bagian dari permintaan ku"

eden mencoba menyangkal louise

"tidak!!"

jawab louise singkat dan jelas

"tentu saja bisa kau hanya tidak ingin mengabulkannya, ada apa dengan raja louise tirani yang konon katanya raja paling jaya pada masa ini namun mengabulkan permintaan seorang gadis yatim piatu saja tidak bisa"

ucap eden masih saja memberontak terhadap louise, ia berusaha menjauh dengan cara melukai harga diri louise melalui kata yang ia ucapkan.

mendengar eden tak membuat louise gentar ia hanya diam tak begitu merespon cemoohan eden terhadap dirinya dan malah membalikkan badannya dan berjalan pergi.

"katakan bahwa eden georgia ludwig telah mati dengan begitu aku bisa hidup sebagai diri ku yang baru, sebagai laluna"

seru eden mengutarakan pendapat yang seolah telah terpendam lama membuat louise berhenti melangkah, untuk sesaat ia tak merespon eden, membuat eden kini menjadi tak tenang bila keinginanya tak dikabulkan oleh louise.

"ku mohon"

eden pun melunturkan segala egonya dengan ucapan tersebut, namun louise sama sekali tak menoleh ataupun merespon, sejujurnya hati louise begitu sakit mendengar eden ingin pergi darinya, ia hanya mengucapkan sedikit kata tanpa merespon dengan sungguh-sungguh keinginan eden.

"istirahatlah"

lalu pergi meninggalkan eden sendiri di balkon malam itu.

eden terduduk karena lemas seolah separuh nyawanya telah hilang setelah mengungkapkan keinginannya pada louise, pikirannya sempat kosong dan tanpa sadar air mata mengalir, eden masih belum menyadari perasaan apa yang menyelimuti hatinya.

hari demi hari berlalu, penolakan demi penolakan secara halus ia tunjukkan terhadap louise dan eden begitu cerdas membuat semuanya terlihat normal sehingga tak ada yang sadar akan perasaan eden saat itu.

puncaknya keduanya bertemu lagi di depan sebuah danau saat eden sedang bersama white dan blue, louise lah yang berinisiatif menghampiri eden terlebih dahulu.

ia ikut bersandiwara seperti eden agar terlihat normal di mata orang lain dan justru ini merupakan kesempatan louise untuk terus menempel pada eden dan tak membiarkannya lepas begitu saja.

sadar bahwa louise terus memperhatikannya membuat eden tak nyaman,

"aku ingin mendengar pendapat raja louise, bagaimana bisa seseorang dikatakan jatuh cinta bila saat berciuman saja jantung nya tidak berdegup kencang"

ucap eden sambil mengelus-elus blue.

louise sadar akan kemana pembicaraan tersebut mengarah namun ia berusaha untuk tenang menghadapi labilitas eden.

"aku pikir jantung orang tersebut berdegup kencang hanya ia tak mau mengakuinya"

eden sepontan menoleh pada louise, ia memandangi wajah nya dan terlihat jelas bahwa eden tak suka dengan jawaban yang dilontarkan oleh louise.

begitulah gambaran yang akan terlihat bila keduanya saling bertemu tanpa seorang pun di sekitar, perang dingin akan mengudara dan tak ada yang mau mengalah menyingkirkan ego masing-masing.

"nona eden.."

seru cecillia dari kejauhan memanggil eden

"sri isaac xavier memanggil anda"

imbuh cecillia membuat eden lantas beranjak pergi dan tak peduli terhadap louise, saat berpapasan louise berkata,

"kau boleh melakukan sesuka mu tapi pada akhirnya kau harus kembali juga ke the great aztec"

mendengar hal tersebut tak membuat eden gentar, ia terus melangkah tanpa merespon karena semakin lama ia berada di sana dan semakin sering ia berbicara dengan louise membuat dadanya sesak merasakan sakit yang tidak ia mengerti.

***

"ada perlu apa sri memangil hamba kemari?"

tanya eden pada sri isaac xavier

"ada hal yang ingin aku ceritakan pada mu, berkaitan dengan kejadian buruk kemarin yang menimpa mu"

"baik sri hamba bersiap mendengarkan"

"aku teringat sesuatu kenapa rosemary bisa masuk ke danau suci bersama mu bukan semata-mata karena sihir melainkan karena ritual yang tak selesai. aku ingat bahwa dulu ada seorang murid yang pernah melakukan prosesi seperti dirimu dia adalah rosemary. namun ketika waktu tiba baginya untuk mandi di danau suci ia malah menghilang bak di telan bumi. di kuil suci ada aturan tertentu dimana seseorang yang belum menyelesaikan ritual maka bisa melanjutkan suatu hari nanti dan ini juga lah yang terjadi pada rosemary karena itulah ia kembali melanjutkan prosesi ritual tanpa sepengetahuan ku bahkan ia memang seperti sengaja melanjutkan ritualnya kemarin untuk melukai mu"

begitulah kira-kira sri isaac xavier menjelaskan secara singkat cerita sesungguhnya, tampak jelas raut wajah penuh penyesalan.

baginya rosemary merupakan kegagalan yang harus ia benahi atau bahkan ingin sekali ia musnahkan karena ia telah menyalahgunakan sihir untuk menyakiti orang lain.

"mendengar hal ini membuat hamba mengerti situasi kemarin, sri, anda tidak perlu menghawatirkan hamba karena berkat sang pencipta hamba masih bisa selamat"

melegakan, begitulah respon eden yang terdengar dari sudut pandang sri isaac xavier, ia tak menyangka kalimat itu akan keluar dari seorang gadis yang bahkan belum genap berusia 21 tahun.

melihat begitu baiknya hati eden membuat sri isaac xavier merasa lega, ia semakin percaya bahwa memang edenlah yang layak untu maju membuat ikatan dengan naga.

"sebentar lagi purnama, kau harus segera mempersiapkan diri untuk pergi ke gunung Tarsa"

nasihat ini menandakan bahwa eden harus segera membuat ikatan dengan naga meneruskan dan bahkan menyelesaikan tugas dari sang ibu yang sempat terhalang oleh maksud jahat pamannya.