"ada apa? sepertinya kau sangat bersemangat untuk bertemu dengan ku"
ucap sri isaac xavier yang memandangi eden dengan gembira karena datang tanpa harus di undang.
sebenarnya yang ada dalam hati eden adalah kekesalan terhadap keinginan sri isaac xavier yang begitu semena-mena terhadapnya seperti keinginan tidak masuk akal untuk pergi ke pasar malam.
'tahan, tahan, tahan, tahan amarah mu eden'
gumam eden dalam hatinya menenangkan diri sendiri agar tak tersulut emosi dan mengeluarkan kata-kata kasar.
"ada apa? kenapa kau diam saja?"
sri isaac xavier kembali bertanya pada eden
"i.. itu.. sebenarnya mengenai pergi ke festival lampion.."
sri isaac xavier pun segera berdiri menghampiri eden sambil berbicara,
"ohh itu, aku yakin kau merasa senang dan terhormat karena aku hanya memilih mu"
sambil terus mendekati eden dan berdiri dihadapnnya lalu memgangi kedua pundaknya
"ya tentu saja kau harus begitu.. ingat ya aku akan menunggu mu di gerbang depan jadi jangan terlambat"
sambil menepuk salah satu bahu eden kemudian berjalan keluar, ia sempat berpapasan di pintu masuk dengan lloyd dan lloyd pun segera menundukkan kepala memberi salam namun sri isaac xavier hanya melirik dan berlalu begitu saja tanpa berbicara apapun pada lloyd.
lloyd mendekati eden sambil berbisik,
"nona bagaimana"
eden tak merespon dan hanya terdiam seolah sedang menahan sesuatu dalam hatinya, namun tiba-tiba saja amarahnya mereda, eden menghela nafas panjang lalu menjawab lloyd
"kami akan pergi dan aku tak boleh terlambat"
ucap eden lesu
"nona, anda memang harus pergi menemani sri isaac xavier.."
ucap lloyd menenangkan eden, ia pun kembali melanjutkan
"sebenarnya ini baru pertama kali sri isaac xavier pergi, beliau merupakan orang yang tak pandai bergaul karena itulah beliau sering marah, jadi nona aku mohon maklumilah sifat kekanakan sri.."
mendengar hal tersebut membuat hati eden sedikit terbuka pada sikap sri isaac xavier, ia pun menganggukan kepala mengiyakan keinginan lloyd.
malam pun tiba, eden pergi bersama sri isaac xavier, keduanya mengenakan mantel untuk penyamaran mereka hal ini karena sri isaac xavier yang merupakan pendeta suci yang mudah dikenali sehingga menyamar adalah pilihan terbaik agar mereka bisa pergi malam itu.
selain mereka berdua ada cecilia, chris juga lloyd, yang ikut serta namun ketiganya berjalan di belakang dengan sedikit menjaga jarak.
mereka pun sampai di tempat festival dilaksanakan, tampak begitu ramai banyak orang datang menikmati keramaian, begitupula stan-stan makanan dan juga permainan yang di buka sehingga menambah keseruan malam itu.
eden memegangi sebungkus cemilan yaitu telur gulung, terlihat enak ia sempat menawari sri isaac xavier untuk memakannya namun sri isaac xavier menolak dengan anggapan makanan tersebut tidak menyehatkan mengingat bahwa beliau sudah berusia ratusan tahun sehingga harus menjaga asupan gizi dan juga pilih-pilih soal makanan agar tetap sehat dan bugar.
"dasar orang tua"
gumam eden seraya mengunyah telur gulung miliknya
"apa katamu?!"
seru sri isaac xavier yang seolah mendengar keluhan eden
"maksud hamba telur ini enak sekali.."
ia pun mengalihkan pandangan matanya ke arah sudut yang ramai,
"lihatlah sri, kita harus kesana"
sambil menunjuk lalu spontan menggandeng tangan sri isaac xavier dan berlari menuju keramaian tersebut.
karena festival ini adalah festival lampion maka banyak orang sedang mengantri menaiki perahu agar mereka semua bisa menerbangkan lampion.
eden dan sri isaac xavier ikut mengantri seperti yang lain, raut wajah kesal ditunjukkan oleh sri isaac xavier dan eden menyadari bahwa ini pertama kali bagi sri isaac xavier mengantri seperti orang biasa pada umumnya.
"kenapa harus mengantri sih, tinggal tunjukkan saja kartu ku pasti kita sudah duduk di atas perahu"
keluh sri isaac xavier terhadap keinginan besar eden untuk mengantri
"apakah anda ingin festival malam ini berubah menjadi ceramah agama? anda tau benar dengan menunjukkan identitas malah akan membuat semua orang mengerumuni anda dan tidak jadi merayakan festival"
jawab eden dengan argumen kuatnya namun sri isaac xavier berpura-pura tak mendengar dan malah memalingkan muka namun tetap saja berbaris mengantri bersama eden.
setelah beberapa menit mengantri keduanya mendapat sebuah perahu dan langsung menaikinya, tak lupa ada seorang petugas yang memberikan mereka dua buah lampion yang nantinya akan diterbangkan saat sudah di tengah danau.
cecillia, chris dan lloyd memilih menunggu di sekitar danau sambil menikmati kudapan, mereka sangat menikmati festival malam itu bahkan ketiganya menunggu sembari bersenda gurau membicarakan pengalaman masing-masing dan juga kejadian yang berkesan yang mereka miliki.
"bagaimana dengan nona eden dan raja louise, ceritakan soal mereka pada ku"
celetuk lloyd yang membuat cecilia juga chris saling bertatapan.
"ada apa?"
tanya lloyd penasaran.
"sejujurnya kami tak pernah tahu perasaan masing-masing baik nona eden maupun raja louise tetapi yang terlihat begitu mencintai adalah raja louise, nona eden selalu berhasil menyembunyikan perasaanya jadi kami sendiri pun tak bisa menebaknya"
"tapi sejujurnya akupun berharap bahwa nona edenlah yang menjadi ratu the great aztec, dia sepertinya memang pantas untuk posisi itu. mengingat raja louise terkenal berdarah dingin tiba-tiba sikapnya akan berubah menjadi lembut dan penuh perhatian hanya dihadapan nona eden"
ucap cecillia mengimbuhi perkataan chris sebelumnya.
"jika memang demikian pernikahan sudah seharusnya terjadi bukan, kita hanya tinggal menunggu hal tersebut"
imbuh lloyd menyatakan pendapat dari sudut pandangnya sendiri.
sri isaac xavier dan eden mendayung sekuat tenaga, kini perahu yang mereka naiki telah sampai di tengah danau, festivalnya akan segera di mulai, edenpun bersiap dengan lampionnya tak lupa ia juga memanjatkan doa-doa dalam hati agar keinginannya bisa segera terwujud.
lampion milik eden pun terbang namun tidak dengan lampion milik sri isaac xavier, heran akan hal tersebut membuat eden bertanya,
"kenapa anda tidak menerbangkannya?"
tanya eden
"itu hal yang tidak perlu, berdoa lalu menerbangkan lampion, aku sama seperti lampion sebagai perantara doa kepada Tuhan"
sedih, begitulah yang terlihat jelas dari sorot mata sri isaac xavier, eden mulai mengerti dengan kekhawatiran yang selalu terucap dari lloyd mengenai kehidupan sri isaac xavier.
"meskipun demikian anda tetap harus menerbangkannya meskipun anda sendiri sudah terbiasa menjadi perantara doa, maksudku hanya terbangkan saja..."
ucap eden sambil tersenyum dan membuat sri isaac xavier luluh.
"iya kau ada benarnya juga, aku hanya harus menerbangkannya..."
seraya mengambil lampion miliknya lalu melepaskannya ke udara, lampion tersebut terbang ke atas mengikuti yang lain dan keduanya pun saling tersenyum melihat satu sama lain.
sambil memangkukan dagu eden kembali melihat keatas melihat keindahan cahaya yang berasal dari banyak lampion yang terbang di atas langit, matanya mengarah kenanan-dan kekiri melihat keindahan dari perahu yang ia tumpangi namun ada sebuah lampion yang menarik perhatiannya, lampion tersebut memiliki cahaya yang begitu bersinar berbeda dari lampion kebanyakan, ia sadar akan sesuatu..
"bboooooooooooommmmmmmmmmmm"
sebuah ledakan di atas langit berasal dari lampion mencurigakan yang dilihat oleh eden berusan.
ledakan tersebut merambat dari lampion satu ke lampion lain yang membuatnya begitu bersinar terang membuat semua orang diatas perahu panik dan menunduk.
tak terkecuali eden dan juga sri isaac xavier yang menyelimuti eden menggunakan mantelnya agar ia tak terkena efek ledakan.
suasana begitu mencekam membuat orang-orang yang berada di atas perahu panik dan segera menepi, kecuali eden dan sri isaac xavier yang masih berada di atas kapal dan masih memikirkan penyebab ledakan tersebut.
setelah suasana kembali kondusif eden dan sri isaac xavier memutuskan untuk menepi, dari kejauhan cecillia, chris dan lloyd berlari mendekat,
"anda baik-baik saja nona?"
seru cecillia yang berlari menghampiri eden saat ia sedang menepikan perahu miliknya bersama sri isaac xavier, eden pun turun dari perahu yang dibantu oleh sri isaac xavier,
"tentu saja, kau tidak perlu khawatir"
"syukurlah"
ucap cecillia yang merasa lega dengan keadaan eden.
dari kejauhan seseorang terpaku menatap kearah eden, seorang wanita berambut panjang mengenakan dress merah, menyadari sedang diperhatikan eden lantas melihat kearah wanita tersebut, ia tersenyum simpul yang membuat eden terheran lantas berjalan ke arah si wanita,
"nona anda mau kemana?"
tanya cecillia
sayang sekali si wanita menghilang di tengah keramaian.
cecillia yang mengikuti eden pun kembali memastikan,
"nona ada apa?"
tanya nya sambil memegang lengan eden
"ohh tidak apa-apa, aku hanya... sudahlah ayo kita kembali"
ucap eden sambil berbalik namun sesekali menoleh ke arah belakang melihat apakah si wanita masih berada di tempat yang sama namun wanita tersebut lenyap tak terlihat.
* * *
"segera persiapkan perjalanan, aku akan berangkat mengunjugi eden"
ucap Louise memerintahkan hansel
benar bahwa louise berencana mempercepat pernikahan keduanya karena itulah ia berniat menjemput eden sesegera mungkin, selain itu louise juga ingin memperbaiki hubungan the great aztec dengan kuil suci.
ia bermaksud memberikan sumbangan dan juga ia secara khusus menginginkan upacara pemberkatan dilakukan oleh pendeta dari kuil suci karena itulah ia melepas segala egonya untuk mendatangi kuil suci.