secarik kertas bertuliskan rencana penjebakan Eden begitu detil bahkan seolah seperti sebuah perjanjian dimana terdapat stempel Liliana diatasnya.
surat tersebut berisi tentang Liliana yang menyusun rencana sekaligus menyewa prajurit bayaran atas nama dirinya, tak ada pihak ketiga, surat tersebut hanya bertanda tangan Liliana dan juga salah satu ketua dari prajurit bayaran.
sebelum kembali ke istana, Arthur sudah memerintahkan beberapa prajurit khusus kerajaan untuk menangkap prajurit bayaran yang di sewa Liliana.
kini Arthur hanya perlu kembali dan menyerahkan bukti penting tersebut agar ia bisa segera melakukan penangkapan terhadap Liliana yang kini sedang bersembunyi di kuil suci untuk mendapat perlindungan dari sana.
sesampainya di istana, Arthur bergegas menuju ruang kerja raja Louise.
melihat ekspresi wajah yang tergesa seolah menggambarkan jelas apa yang telah di temukan Arthur saat penggeledahan.
Arthur pun tak banyak bicara, ia langsung menyerahkan secarik kertas beserta sepatu yang berlumuran darah pada raja Louise.
raja Louise mengerutkan keningnya, ia kemudian menghela nafas,
"haahhhhhh.. seperti yang sudah ku duga sebelumnya"
sambil bersandar pada kursi dan sedikit memegangi dahi menggunakan jari tangannya.
"benar, seperti dugaan kakak sebelumnya. sekarang prajurit khusus telah diperintahkan untuk menangkap prajurit bayaran yang di sewa oleh Liliana"
imbuh Arthur
"jika begini maka rantainya benar-benar akan terputus, kita tak akan pernah bisa menangkap pelaku aslinya"
ucap Louise yang seolah tak puas dengan hasil yang akan mereka dapatkan.
"lalu bagaimana dengan Liliana? dia sedang berada di kuil suci, jika kita.."
tanya Arthur
"jangan tangkap dia sampai Eden menyelesaikan pendidikan nya di kuil suci. apakah ada kabar mengenai Rosemary?"
sambung Louise menanyakan pada Jose
"maafkan hamba yang mulia, utusan belum memberi kabar apapun"
sambil tertunduk menjawab Louise.
hari itu seperti yang telah di duga sebelumnya Liliana menjadi pelaku satu-satunya dalam kasus penjebakan Eden, padahal bukan ini yang mereka inginkan.
meskipun demikian raja Louise tak habis akal, sebelumnya ia telah memerintahkan Jose untuk mengirim pasukan khusus dalam pencarian Rosemary.
ia berharap bisa segera menemukan dan menghukum penjahat kelas S yang telah lama menghilang dalam pelarian.
* * *
secarik kertas diletakkan di atas meja kerja Sri Isaac Xavier oleh pendeta Carlos sebagai tanda pengunduran diri olehnya, menepati janji mengundurkan diri karena keangkuhan yang telah ia lakukan sebelumnya merupakan contoh yang tidak baik bagi pendeta lainnya.
"dengan segala kerendahan hati hamba meminta maaf sekaligus mengundurkan diri dari posisi hamba sebagai pendeta di kuil suci"
ucapnya seraya tertunduk, ia terlihat begitu menyesali perbuatannya dan sadar telah menimbulkan kegaduhan di kuil suci.
"Carlos, aku yakin kau tau benar siapa Eden. apakah kau melakukannya karena hasutan seseorang?"
tanya pendeta agung yang serius menanggapi pengunduran diri Carlos.
"itu tidak benar yang mulia, semua kejadian kemarin adalah atas dasar kekhilafan hamba"
ucapnya kembali merendah
"bagaimana jika ku copot gelar mu sebagai seroang pendeta?"
ucapan tersebut membuat Carlos tiba-tiba mengangkat wajahnya dan menatap jelas ke arah Sri Isaac Xavier, kedua mata mereka bertemu.
Carlos seolah tak terima dengan ucapan Sri Isaac Xavier, namun ia tersadar bahwa tindakannya hanya akan menjerumuskan dirinya lebih dalam.
"bergilah ke perbatasan, aku telah memindahtugaskan diri mu kesana dalam kurun waktu yang tak dapat di tentukan, mungkin selama-lamanya"
ucapan itu membuat pendeta Carlos tak dapat berkutik, ia sedikit berkeringat mendengar ucapan Sri Isaac Xavier, ia tahu benar perannya sebagai pendeta agung dalam kuil suci dan keagamaan di another world bukanlah main-main.
sedikit menyesal itulah perasaan Carlos sekarang, karena tindakan gegabahnya ia tak dapat kembali bertugas di kuil suci di masa depan, padahal ini adalah impian nya semasa kecil.
ia pun pasrah dan menerima putusan tersebut, lalu pamit undur diri pada pendeta agung Isaac Xavier.
"kenapa anda melakukannya?"
tanya Lloyd yang heran dengan sikap lunak Sri Isaac Xavier.
"aku bertemu dengannya saat ia masih kecil, ia adalah anak yang cerdas dan berbakat, sayangnya ia tak beruntung. karena berasal dari keluarga tak punya kecerdasan Carlos dimanfaatkan oleh bangsawan. ia bersekolah dan mendalami ilmu teologi dibiayai oleh bangsawan itu yang menjadikan dirinya kini tak memiliki sifat netral seperti dulu saat aku pertama kali bertemu dengannya, karena itulah..."
ucapannya terhenti
"karena itulah ia berhutang Budi pada bangsawan tersebut dan kini telah memasukkannya ke kuil suci tanpa persetujuan anda?"
imbuh Lloyd menyatakan dugaannya.
"tumben sekali kau cerdas, biasanya kau sangat bodoh"
ucap Sri Isaac Xavier yang membuat Lloyd sedikit kesal namun menahan amarahnya dengan tersenyum dan mengumpat dalam hati.
"aku akan jalan-jalan dan menemui Eden"
ucap Sri Isaac Xavier yang beranjak dari kursinya lalu berjalan keluar.
* * *
Eden sedang berada di pohon suci, ia ber diri diantara kedua pohon tersebut.
ia masih penasaran dengan suara yang ia dengar memanggil namanya, seingatnya saat ibu meninggalkan pesan seperti semacam hologram suaranya tak seperti itu.
ia terus memandangi kedua pohon besar itu, karena merasa sedikit lelah Eden pun memutuskan untuk duduk dan bersandar di pohon.
sambil menghela nafas dan melihat ke pohon satunya, angin berhembus pelan membuat Eden menutup matanya, ia berusaha menikmati kesejukan cuaca siang itu, tak sengaja ia tertidur lelap.
dalam tidurnya ia seperti bermimpi terombang-ambing di lautan, lalu mimpi itu berlanjut di dalam sebuah gubuk, tubuhnya terluka, disana ia melihat Cecilia, Chris dan Jose, mimpi itu terus berlanjut ketika ia pergi ke suatu tempat untuk mengambil bunga dan bertemu dengan seorang pria tinggi besar, mimpi yang sangat acak membuat Eden mengeluarkan keringat dingin.
ia tampak gelisah meskipun sedang tertidur, mimpi itu tiba-tiba terhenti ketika seseorang menyerangnya dengan anak panah lalu membuatnya tersadar.
"kau sudah bangun?"
suara yang mengejutkan Eden karena Sri Isaac Xavier tepat berada di sampingnya.
Eden tak sadar telah menyandarkan kepala di pundak Sri Isaac Xavier, ia buru-buru bangkit dan meminta maaf sambil tertunduk malu.
"maafkan atas ketidaksopanan hamba Sri"
ucapnya masih dengan sedikit gemetar kar na mimpi yang barusan ia alami.
"duduklah, sepertinya kau mengalami mimpi buruk"
Eden lalu duduk kembali namun kali ini sedikit menghadap ke arah Sri Isaac Xavier dan tentunya menjaga jarak darinya, ia tak ingin orang lain salah paham dengan interaksi antara dirinya dengan Sri Isaac Xavier.
"ceritakan lah"
"i itu.. hamba bermimpi terombang-ambing di lautan"
ucap Eden sedikit ragu
"lalu terbangun di sebuah gubuk, disana ada Cecilia, Chris dan juga tuan Jose, mimpi itu tak berhenti begitu saja, masih berlanjut ketika hamba pergi ke suatu tempat untuk mengambil Bunga dan bertemu dengan orang asing"
imbuh Eden mencoba mengingat kembali soal mimpinya.
"itu bukan mimpi"
tegas Sri Isaac Xavier
"apa?"
ucap Eden sepontan karena kebingungan dengan ucapan Sri Isaac Xavier
"itu bukan mimpi, karena pohon suci tak pernah memberikan mimpi pada siapapun yang duduk dibawahnya, ia hanya memberitahukan kebenaran"
sambungnya menjelaskan kaitan anatar mimpi Eden dengan peranan pohon suci
"lalu yang tadi itu apa?"
tanya Eden bergumam dan sedikit ragu
"hanya ada satu kemungkinan, itu adalah bagian dari ingatan mu yang terkunci. karena berhasil melewati ujian sebelumnya sepertinya pohon suci sudah mulai mengenali mu"
tak berselang lama Cecilia dan Chris datang menghampiri, keduanya membawa cemilan untuk Eden.
"nona nona.. kami membawa makanan"
teriak keduanya sambil berlari dan baru sadar bahwa Sri Isaac Xavier sedang duduk bersama Eden, keduanya pun lalu berhenti dan terdiam tak berucap.
"tanyakan saja pada mereka"
ucap Sri Isaac Xavier
"a.. ada apa nona?"
tanya Cecilia kebingungan
"saat pertama kali datang ke sini, ah maksud ku bagiamana awal cerita aku bisa berada di The Great Aztec?"
tanya Eden sedikit ragu
"anda terombang ambing di lautan nona"
jawab Cecilia
"lalu?"
tanya Eden kembali
"lalu kami merawat anda di sebuah gubuk kecil, di rumah kayu laut thalsa"
ucap Chris menambahi
"ah lalu anda berlatih pedang bersama tuan Jose, setelah kejadian itu, setelah itu.."
jawab Cecilia sambil mengingat-ingat kejadian yang lalu
"setelah itu kita pindah ke Utopia.."
sambung Chris
"hei bukan! itu terlalu jauh, nona pergi ke istana untuk mengambil middlemist Camelia dan tak sengaja bertemu dengan raja Louise. aku rasa itu awal mula raja Louise melihat nona Eden dan jatuh cinta padanya"
jawab Cecilia yang tak setuju dengan cerita Chris.
"memang ada apa nona menanyakan hal tersebut?"
tanya Chris penasaran
"aku bermimpi dan mimpi itu sama dengan yang kalian ceritakan, tapi aku masih bingung dan belum bisa membedakan itu asli atau hanya mimpi"
gumam Eden yang masih kebingungan dengan mimpi yang ia alami
"nona, sudah jangan dipikirkan, pelan-pelan anda pasti akan mengingatnya"
ucap Cecilia mencoba menenangkan Eden
"benar nona, santai saja.. keselamatan anda jauh lebih penting"
imbuh Chris yang ikut menenangkan Eden, keduanya pun tersenyum pada Eden yang membuat hatinya semakin tenang.