bayangan seorang pria yang berdiri tegap seolah sedang menunggu Eden.
"!!!??????!!!!!!!???"
kabut menutupi sekitar, menghalangi pandangan Eden, ia tak bisa mengenali siapa pria itu.
Eden terus berjalan mendekat mencoba memastikan identitas pria tersebut.
di samping si pria tampak ada hewan besar mirip anjing, 'kerberos!!!' gumam Eden dalam hati, ia masih terus berjalan dengan hati-hati dan penuh waspada.
"Arthur?" tanya Eden sambil terus berjalan namun si pria tak menjawab
"Louise, apakah itu kau?" tanya Eden kembali mencoba memastikan identitas si pria.
si pria pun berjalan mendekat pada Eden dalam jarak sepuluh meter keduanya sama-sama terpaku, benar saja dialah Louise yang sudah menunggu Eden di luar hutan Utopia.
Eden berlari memeluk Louise, bak gayung bersambut Louise pun memeluk erat Eden.
"aku merindukan mu"
ucap Louise terus memeluk erat Eden.
Eden tiba-tiba tersadar dan mencoba melepaskan pelukan Louise.
"maaf aku tidak bermaksud untuk.."
ucapannya terputus, Louise kembali memeluk Eden.
Eden tak bisa menolak dan membalas pelukan Louise.
setelah di rasa cukup, Louise kemudian mengajak Eden untuk pergi meninggalkan hutan Utopia, kerberos yang pernah ditaklukan oleh Eden saat pertandingan berburu menyambut Eden dengan mengendus-endus dan juga sedikit menjilati tubuh Eden.
Eden masih merasa asing dengan kerberos tersebut namun ia tidak menolak sambutan kerberos padanya.
Louise membantu Eden naik ke atas kerberos, kemudian iapun ikut naik bersama.
Louise mengarahkan laju kerberos menuju perbatasan karena disana sudah menunggu orang terdekat Eden.
* * *
(diwaktu yang sama)
Noah berada diatas kudanya, ia ragu apakah harus memasuki hutan Utopia atau tidak.
karena bagi Noah yang asing dengan hutan Utopia akan membutuhkan waktu lama agar bisa keluar dan belum tentu Eden masuk ke dalam hutan Utopia, begitulah anggapan Noah saat itu.
tak berselang lama burung pos terbang mendekati Noah, burung tersebut mengantarkan pesan dari perbatasan,
"!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"
Noah terkejut membaca isi surat tersebut, keadaan gawat sedang terjadi di perbatasan, the Great Aztec membawa prajurit seolah membuat blokade tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Noah khawatir mungkin saja akan terjadi kekacauan tak lama lagi yang tentunya berkaitan dengan Eden.
ia merasa seseorang telah menjebaknya dengan mengincar Eden, yang ada dalam pikirannya kala itu ia tak ingin kehilangan Eden dan tak ada yang boleh membawanya, The Great Aztec sekalipun.
Noah mengarahkan laju kudanya menuju perbatasan, ia bergegas agar dapat mencegah kekacauan yang akan terjadi.
* * *
di istana Assiria, komandan atau panglima perang Assiria mengerahkan prajuritnya menuju kerajaan.
panglima Vincent nial Marquez merupakan seorang prajurit yang loyal terhadap keluarga kerajaan.
ia adalah salah satu keturunan keluarga Marquez yang memiliki peran penting dalam militer kerajaan.
Vincent merupakan paman dari Vivian Marquez yang tentunya mendukung pernikahan antara Vivian dan Noah.
karena loyalitasnya kepada keluarga kerajaan sehingga kini ia masih menyandang gelar kehormatan sebagai panglima utama kerajaan Assiria.
karena hari ini telah terjadi kekacauan yang disebabkan oleh ego dari Noah, maka panglima Vincent tak bisa tinggal diam.
ia merasa bertanggungjawab atas keamanan kerajaan dan juga ia merasa wajib mengembalikan Noah ke jalan yang benar.
Noah sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri, karena sejak kecil Vincent lah yang telah mengajarkan ilmu beladiri, bahkan ketika ayahnya tak memperdulikan Noah, Vincent yang selalu ada menemaninya.
ketika terjadi perebutan tahta antara ratu (ibu tiri Noah) dengan Noah, Vincent yang berjasa mencegah ratu naik tahta bahkan ia sendiri yang mengantarkan Noah dengan semua koneksi yang ia punya dan membuatnya menjadi raja Assiria.
pada awalnya ia tak peduli dengan hubungan Noah dan Eden, namun lama-kelamaan ia melihat Noah menjadi terlalu terobsesi bahkan melupakan protokol kerajaan hanya untuk Eden.
karena itulah Vincent bertekad untuk menyingkirkan Eden apapun yang terjadi. melihat pertempuran pagi tadi sebenarnya Vincent salah menduga, kini ia tau bahwa Eden bukanlah orang sembarangan.
Vincent seperti mengalami Dejavu, ia pernah melihat sesuatu seperti ini sebelumnya, mengenai seorang pendekar yang ahli menggunakan panah, Vincent tau senjata panah yang digunakan Eden adalah langka dan hanya ada satu buah di another world, tapi ia tak bisa mengingat senjata tersebut dimiliki oleh siapa.
kini ia sudah sampai di perbatasan, Vincent memerintahkan prajuritnya untuk membuat barikade.
melihat hal tersebut Arthur kemudian merespon dan menatap ke arah Vincent, ia mendekatinya dan mulai mengajak Vincent berbicara,
"salam hormat dari ku pangeran Arthur"
ucap Arthur sembari sedikit menundukkan kepala.
Vincent merespon dengan menundukkan kepalanya,
"ada urusan apa yang mulia pangeran datang ke wilayah Assiria dengan membawa pasukan sebanyak itu"
tanya Vincent
"sebenarnya kami bukan berada di wilayah Assiria, karena tanah yang ku injak merupakan tanah the Great Aztec"
jawab Arthur menegaskan posisinya
"maafkan hamba telah salah berbicara pada yang mulia"
ucap Vincent
"hei ayolah, santai saja dan aku rasa kita berada di pihak yang sama"
ucap Arthur sambil menaikkan salah satu alisnya seolah memberi tanda
"apa maksud anda ?"
tanya Vincent merasa bingung dengan ucapan Arthur
"pagi ini seseorang telah membuat kekacauan di belakang istana, sejujurnya dia adalah calon ratu kami"
jawab Arthur sambil mendekati Vincent seolah berbisik
mendengar ucapan Arthur Vincent semakin tidak mengerti dan bingung karena setau Vincent calon ratu the Great Aztec telah meninggal karena sebuah konspirasi penculikan.
seolah menolak penjelasan Arthur, Vincent tetap kuat pada pendiriannya bahwa ia akan menangkap dan menghukum Eden beserta teman-temannya.
ia memilih untuk mengacuhkan Arthur kemudian kembali pada posisinya semula, Vincent siap untuk membawa Eden sesuai peraturan hukum di Assiria.
Arthur menghela nafas melihat respon Vincent yang tak ingin bekerja sama dengannya.
kini ia hanya perlu menunggu kakaknya membawa Eden dalam keadaan selamat.
setelah menunggu cukup lama dengan tatapan dingin yang saling memandang, akhirnya Louise dan Eden sampai di perbatasan, kedatangan mereka disambut gembira oleh orang-orang yang sudah menunggu, semuanya ikut berdiri untuk menghormati kedatangan Louise dan Eden.
tangis Cecilia pecah, ia merasa bahagia karena nona nya telah selamat.
sedangkan Arthur menyambut Eden dengan pelukan, begitu juga Lucas, Marco dan Justin.
dari arah yang berlawanan yaitu dari dalam perbatasan Assiria, Noah datang menunggangi kudanya.
ia berhenti tak jauh dari pintu perbatasan dan turun dari kuda nya.
tatapan mata Noah langsung tertuju pada Eden, ia begitu marah karena Louise menemukannya terlebih dahulu.
Noah berjalan menuju ke arah Eden namun Vincent menghalangi nya dengan cara merenggangkan salah satu tangannya di depan tubuh Noah.
Noah menyingkirkan tangan Vincent dan melangkahkan kakinya namun Vincent kembali mencegahnya,
"jika yang mulia menghampiri perempuan tersebut maka hamba tak segan mengkudeta yang mulia saat ini juga"
ucap Vincent mengancam Noah.
langkah Noah terhenti mendengar ucapan Vincent, ia merespon dengan hanya tersenyum sedikit, tanpa menoleh ke belakang.
melihat Noah yang berhenti dari kejauhan membuat Eden merasa iba.
ia pun mencoba melangkahkan kakinya menuju Noah, namun Louise dengan sigap memegangi tangan Eden agar tak pergi dari nya.
Eden menoleh ke arah Louise, matanya seolah berbicara 'tidak apa-apa', Louise mencoba mempercayai Eden dan melepaskan genggaman tangannya.
selangkah demi selangkah Eden berjalan mendekati Noah, prajurit Vincent sudah siap menyerang Eden dengan menambahkan anak panah padanya.
hanya tinggal menunggu perintah saja, dan..
"Hentikan!!!!"
suara tersebut telah mengalihkan konsentrasi para prajurit dan semua orang mencari siapa yang berbicara..
semua orang saling bertatapan satu sama lain dengan perasaan kebingungan karena tak melihat siapapun..
'ktak..ktak.ktak..'
suara kuda berlari mendekat
"!!!?????!!!!!??????!!!!!??"
dia adalah...