"The world is full of magic things, patiently waiting for our senses to grow sharper."
***
Setelah sampai di ruang kepala sekolah. Seira J. Loyard meminta kepala sekolah untuk memasukkannya dan menjadikannya murid dari Akademi Sihir Glasir tersebut.
Tok... Tok... Tok suara ketukan pintu
"Silakan masuk" kata kepala sekolah.
"Maaf menganggu anda kepala sekolah." Ucap Seira.
"Tidak. Ngomong-ngomong ada keperluan apa kamu mencari saya?" tanya kepala sekolah kepada Seira.
"Izinkan saya untuk menjadi murid dari Akademi ini." Ucap Seira.
"Kamu mempunyai kekuatan sihir yang sangat besar dan hebat. Apa kamu yakin ingin menjadi murid Akademi ini?" tanya kepala sekolah lagi.
"Ya!" jawab Seira singkat.
"Hmmm.... Baiklah kalau begitu." ucap kepala sekolah.
"Terima kasih." Ucap Seira sambil meninggalkan ruang kepala sekolah.
Di depan pintu kepala sekolah Yan TianJin melihat Seira yang baru keluar dari ruang kepala sekolah.
"Eh..." ucap pemuda berambut merah itu.
"Ada 4 orang yang sama sepertimu." Ucap Seira.
"Rupanya kamu tidak hanya bertemu dengan si gila beda berambut kuning itu." ucap pemuda berambut merah itu sambil tersenyum tipis.
"Aku hanya bertemu dengan Si Angin dan Si tanah. Dua lainnya belum tapi aku dapat merasakan elemen sihir mereka yang murni." Ucap Seira sambil melangkahkan kakinya maju sedikit.
"Oh ya.... Asmara jurusan api dimana?" tanya Seira kepada pemuda berambut merah itu.
Yan TianJin pun memberikan peta asmara jurusan api kepada Seira.
"Peta ini untukmu." kata pemuda berambut perah itu.
"Terima kasih." Ucap Seira singkat.
"Perlu saya tuntun jalan?" Tanya Pemuda berambut merah itu.
"Tidak perlu... " ucap Seira sambil meninggalkan pemuda berambut merah itu.
Sesaat setelah Seira pergi meninggalkan ruang kepala sekolah. Ji ShaoYing menghampiri Yan TianJin.
"Eh.., kamu mengeringkan pakaianmu dengan cepat. Padahal tadi kamu basah kuyup sekali setelah terkena sihir airnya." Ucap TianJin sambil tersenyum.
"Seorang dokter profesional harus berpenampilan sempurna setiap saat." Ucap ShaoYing sambil membanggakan dirinya sendiri.
"Hei! Ini kan peraturan yang kamu buat sendiri." kata TianJin.
"Peraturan saya juga peraturan di Glasir." kata ShaoYing.
"Huuuh... Ya sudahlah." kata TianJin.
"Ngomong-ngomong dia pergi ke asrama jurusan apa?" tanya ShaoYing.
"Tinggal di asrama jurusan api. Tentunya ia murid dari jurusan api." Jawab TianJin.
"Sayang dia tidak memilih jurusan sihir tanah, kalau dia memilih jurusan tanah aku kan bisa bedah dia kapan pun." Ucap ShaoYing dengan tampang kecewa.
"Dia tidak akan memilih jurusan mu! Dasar gila bedah!" Ucap TianJin tegas.
Lalu TianJin pun pergi meninggalkan ShaoYing si gila bedah itu.
Sesampainya Seira di asrama jurusan api itu dia memilih sebuah kamar untuk dia tempati. Setelah itu dia pun melihat seisi kamar itu. Kamar itu tidak buruk, simple dan nyaman untuk ditempati. Lalu ia berjalan kearah tempat tidurnya. Sambil berjalan mendekati tempat tidur, Seira pun bergumam seorang diri.
Bahasa, tulisan, adat istiadat yang sama tapi berbeda dengan dunia yang saya tinggal. Sangat berbeda. Gumam Seira sambil duduk di atas tempat tidurnya. Hari dimana saya tamat sekolah sihir. Hari dimana saya memasuki gudang bawah tanah milik Ayah dan terseret kedalam sebuah portal dimensi. Disaat membuka mata sudah sampai disini. Kata Seira dalam hati.
"Sudahlah mandi dulu." Ucap Seira sambil mengarah ke kamar mandi.
Setelah selesai mandi seorang pria berambut merah (Yan TianJin) tidak sengaja memasuki kamar Seira tanpa mengetuk pintu.
Krek... (Suara pintu terbuka)
"Siapa?!!!!" Ucap Seira.
Pemuda itu pun tidak sengaja melihat Seira yang hanya ditutupi oleh sehelai kain yang tipis dengan tubuh yang basah.
Aneh... saya ingat dengan jelas disini tidak ada orang. Gumam TianJin dalam hati. Lalu berkata
"Maaf sepertinya saya salah masuk."
Seira yang malu akan hal itu dengan muka yang merah merona sesegera mengeluarkan sejumlah kobaran api dari tangan kananya. Wuussss... Tepat mengenai TianJin dan membuat pemuda berambut merah itu tehempas keluar pintu dan terbentur tembok.
"Kamu lagi...! Menyebalkan sekali!" ucap Seira dengan wajah yang merona dan segera menutup pintu kamarnya.
"Aduhh.. Sakit sekali kepalaku terbentur tembok. Gadis ini terlalu galak!" Ucap TianJin sambil mengelus-ngelus kepalanya yang terbentur tembok tadi.
"Kalau bukan karena gelang api ini mungkin sekarang aku sudah berbaring di rumah sakit sekolah."Ucap TianJin sambil memandang gelang api ditangannya.
"Aku sangat menantikan hari esok, Seira." kata TianJin sambil tersenyum tipis.
Didalam kamarnya Seira hanya bergumam sendiri. "Tidak waras!! Pria berambut merah yang menyebalkan!!"
***