Pertanyaan Rei membuat ketiga anak Aileen juga tampak heran. Dimana ibu mereka? Setiap kali mereka ada Ibu mereka tidak akan pernah meninggalkan mereka terlalu lama. Hal ini sangat aneh dan Riku tampak mulai khawatir, terlihat dari kepalanya yang menengok kesana kemari mencari keberadaan Aileen yang mungkin berniat sembunyi untuk mengagetkan mereka. Tapi Aileen tidak ada.
"Dia bilang dia mau ke toilet dulu katanya. Mungkin lagi di jalan"
Mikha melirik arloji yang ia pakai di tangannya. Ini sudah hampir lima belas menit dan Aileen masih belum muncul. Hal ini tentu membuatnya khawatir apalagi Mahesa yang tadi berkeliaran di dekat mereka tiba-tiba saja menghilang setelah Aileen pergi ke toilet juga. Ia takut terjadi sesuatu kepada Aileen.
"Tapi ngerasa aneh gak sih Na? Biasanya dia kan kalo ke kamar mandi gak selama ini. Udah hampir lima belas menit lho ini."
Tanyanya dengan sengaja untuk memberi kode pada Rei membuat Rei yang sadar Mikha memberinya kode untuk memeriksa keadaan Aileen merasa agak khawatir. Reyna pun memeriksa arloji di tangan kirinya. Mengingat Aileen punya kebiasaan untuk berjalan cepat jika berjalan sendirian karena tidak suka keramaian juga merasa ini sangat aneh.
"Iya juga. Tumben dia masih belum nyusul kita. Tapi jangan khawatir, Aileen mungkin nemuin orang yang ngelakuin hal aneh-aneh lagi di toilet makannya lama."
Perkataan Reyna tampak membuat Riku Melody dan Melisa merasa tenang mendengar perkataan Reyna tapi Rei tidak, ia merasakan firasat buruk tentang hal ini. Ia beralih menatap Riku yang duduk di pangkuannya.
"Riku kamu sama bibi Reyna dulu ya? Papa mau periksa sesuatu sebentar."
"Iya papa~"
Riku pun pindah duduk di pangkuan Reyna sementara ia langsung mencari keberadaan Aileen lewat mini cam yang di pasang di sekitar situ oleh Adnan. Beberapa menit ia mencari iapun menemukannya. Namun ia tidak sedang berada di kamar mandi wanita namun dalam kamar mandi pria. Dia tidak tahu sama sekali kenapa Aileen bisa berada di sana. Ia melihat Aileen menutup hidung dan mulutnya dengan kedua matanya sambil mengedipkan matanya ke arah ke arah mini cam.
Tiba-tiba ia langsung ingat kalau Aileen dulu ikut kegiatan pramuka, ia pernah mengajarkan Aileen sandi morse menggunakan kedipan mata. Apa yang terjadi sebenarnya hingga dia berada di sana? Dan kenapa dia menutup hidung dan mulutnya rapat-rapat seperti itu hingga bicara lewat kode morse?
Diapun langsung mengeluarkan kertas dan pensil dan mulai mengartikan kode morse yang dia lakukan berulang ulang. Setelah ia mengartikannya ia kaget sendiri dengan arti kode morse yang di lakukan Aileen.
TERKUNCI
GAS BERACUN
Sadar Aileen dalam bahaya ia langsung menutup laptopnya dan beralih menatap Mikha yang sedang mengobrol dengan Melody dan Melisa juga Reyna yang tampak bertanya tentang buku yang sedang di baca oleh Riku. Dia sedang menjaga ketiga anak itu tapi kalau dia tidak pergi nyawa Aileen akan berada dalam bahaya.
"Kalian, bisa tolong jaga mereka dulu? Aku mau ke toilet untuk memeriksa keberadaan Aileen. Aku takut phobianya kambuh lagi kayak waktu itu."
Mendengar perkataan Rei Mikha dan dan Reyna saling berpandangan sebelum kemudian mengangguk.
"Yaudah periksa aja dia, dia pergi ke kamar mandi yang waktu itu kamu datengin. Masih inget letaknya kan?"
Rei mengangguk, namun baru saja Rei mau pergi bagian lengan jaketnya tampak di tarik oleh sebuah tangan kecil. Iapun menengok ke bawah menemukan Riku yang sudah turun dari pangkuan Reyna menatapnya dengan tatapan serius.
"Papa Liku boleh ikut?"
Rei tidak tahu harus bagaimana. Ia ingin Riku tidak mengikutinya karena dia tidak ingin Riku berada dalam bahaya. Tapi dia juga tidak bisa menolak. Apa yang harus dia lakukan? Tiba-tiba sebuah ide muncul di kepalanya. Iapun membuka kembali laptopnya dan membuka sebuah file yang berisi sepuluh soal yang rencananya akan dia berikan pada Riku untuk dia isi besok tapi karena kejadian ini ia memutuskan untuk memberikan soal ini kepada Riku sekarang. Lagipula apa lagi cara lebih baik untuk mengalihkan perhatian anak sepintar Riku selain sesuatu yang bisa mengasah otaknya? Iapun mendudukkan Riku di atas kursi yang sebelumnya ia tempati dan memperlihatkan kesepuluh soal itu kepadanya.
"Riku ini ada tugas dari papa, kalau Riku berhasil ngerjain semuanya nanti papa bakal kasih sesuatu yang Riku mau gimana?"
Perkataan Rei membuat kedua mata anak itu tampak langsung berbinar-binar, dalam hati Rei bersyukur taktiknya berhasil. Tidak apa-apa dompetnya kering untuk anak ini asalkan ia bisa segera menyelamatkan Aileen.
"Benelan?!! Kalau gitu Liku mau adik balu!!"
Wajah Rei langsung memerah mendengar perkataan anak itu. Kenapa Riku harus meminta hal seperti itu?!! Permintaan Riku sontak membuat Mikha dan Reyna menahan tawanya karena melihat wajah Rei yang sudah memerah seperti tomat. Daniel hanya tersenyum miring kepadanya mendengar permintaan polos anak berumur tiga tahun itu. Meski dia sama sekali tidak tahu kenapa mereka memanggil Rei dengan sebutan 'Papa' dan agak penasaran dengan hal itu dia memilih untuk menjadi penonton dulu untuk saat ini dan bertanya kepadanya nanti.
"Eh... Riku kamu kan udah punya banyak saudara kok mintanya itu?"
Tanya Reyna sambil tersenyum berusaha menahan dirinya untuk tidak tertawa melihat wajah Rei yang sudah merah seperti kepiting rebus.
"Bial liku ada temennya di lumah~ Liku bosen sendilian mulu."
Rei sebenarnya sangat tidak keberatan dengan hal itu namun ia tahu Aileen akan merasa sangat keberatan. Apalagi mereka belum menikah, apakah ini sebuah pertanda dari tuhan agar dia segera melamar Aileen? Tapi mengingat perasaan Aileen pada Rendi bagaimana Aileen tidak akan mungkin menerima lamarannya kecuali jika ia memberitahukan semuanya kepada Aileen. Itupun masih belum tentu di terima. Ia yakin Aileen akan mendiamkannya selama dua minggu atau sebulan sebelum kemudian bicara padanya kembali. Itu menakutkan.
"Um... kalau yang itu harus dapet persetujuan mama dulu. Apa ada yang lain?"
"Hm... kalau gitu... liku mau kelinci!!"
Rei menghela nafas, lega karena dia telah berhasil mengalihkan arah pembicaraan mereka.
"Kamu bakal dapet kelinci kalau berhasil oke?"
Wajah Riku tiba-tiba berubah menjadi serius. Iapun duduk di tempat sebelumnya Rei duduk dan mulai mengerjakan soal yang di berikan Rei padanya.
"Tantangan Papa ditelima"
Melihat Riku yang tampak serius di depan laptopnya Rei tersenyum puas iapun beralih menatap Melisa dan Melody yang duduk di kiri dan kanan Riku.
"Princess papa pergi dulu, perhatiin adik kalian takutnya dia buka file khusus papa oke?"
Mendengar perkataan ayah mereka keduanya tersenyum.
"Oke!!"
Rei mengusap kepala kedua anak itu sebelum kemudian ia berjalan melewati Daniel yang sedang duduk di sebelah Mikha dan berbisik padanya.
"Daniel jaga mereka."
"Di mengerti."
Setelah itu Rei pergi keluar cafe dan pergi ke mobilnya untuk mengambil peralatan sebelum kemudian pergi ke kamar mandi di mana Aileen berada saat ini. Sesampainya di sana ia melihat ruangan itu terkunci rapat dengan gembok yang hanya bisa di buka dengan sidik jari. Rei tentu tidak memperdulikan gembok itu dan memotongnya dengan pisau laser. Rei melubangi pintu itu sedikit dan mengeluarkan alat penghisap gas beracun portable ciptaannya dari dalam tas itu, ia menempelkan ujung selang ke lubang dan menyalakan alat itu iapun diam dan menunggu. Setelah beberapa menit alat itu berhenti bekerja tanda kalau udara di dalam telah di bersihkan iapun membuka pintu itu dan cepat-cepat menghampiri Aileen yang tampak sudah duduk lemas di ujung ruangan bersandar pada tembok di belakangnya. Ia melihat tidak ada ventilasi apalagi jendela di tempat itu pantas saja Aileen tidak bisa kabur.
"Aileen semua udah aman."
Mendengar suara Rei perempuan itu kembali bernafas dengan normal iapun mencoba untuk kembali berdiri dengan bantuan Rei namun bukannya berdiri tubuhnya malah terjatuh untungnya Rei sigap dan bisa menahan tubuh Aileen.
"Hei kamu gak apa-apa?"
Aileen tidak menjawab pertanyaan Rei, menyadari kalau Aileen tidak baik-baik saja Rei pun memutuskan untuk menggendong Aileen ke cafe dengan tangan kanannya membiarkan wajah Aileen berada di tengkuknya dan mengalungkan kedua tangannya di leher Rei sementara tangan kirinya membawa tas yang berisi peralatan yang tadi dia gunakan.
"Yang lain udah nungguin di cafe, kamu harus keliatan kuat di depan anak-anak Aileen."
"Iya aku tahu... jangan ceritakan hal ini pada mereka."
"Aku ngerti, sekarang tidur sebentar, nanti aku bangunin."
Aileen tidak menjawab, ia hanya menutup kedua matanya dan tidur seperti yang di katakan Rei sementara Rei berjalan ke arah parkiran dan memasukkan tas tadi kembali kedalam bagasi. Setelah Rei menutup kembali pintu bagasi itu dengan tangan kirinya iapun membawa Aileen ke cafe tidak memperdulikan tatapan orang-orang yang menatap mereka saat ia berjalan sambil menggendong Aileen yang sedang tidur di dalam pelukannya.
Ketika ia masuk kedalam cafe Riku tampak masih berkutat di depan laptop Rei sementara Reyna, Mikha, Melody dan Melisa menengok ke arahnya yang sedang menggendong Aileen dan dengan santainya duduk sambil membiarkan Aileen tidur di pangkuannya dalam posisi duduk membuat semua orang terheran-heran kecuali Daniel yang mengetahui kalau baru saja terjadi sesuatu pada Aileen dan sikembar menatap kejadian itu dengan wajah yang berbinar-binar menganggap apa yang di lakukan Rei adalah bentuk perhatiannya pada ibu mereka. Melisa bahkan langsung mengeluarkan kertasnya dan mulai menggambar sketsa mereka. Riku yang sudah selesai mengerjakan tugas yang telah Rei berikan padanya berhenti menggerakkan kedua tangannya di atas keyboard.
"Selesai!"
"Wah hebat, sini coba papa liat."
Melihat laptop itu sudah berpindah tangan Riku menengok ke samping dan menemukan ayahnya yang tampak sudah kembali dengan ibunya yang masih tidur di pangkuan ayahnya menyandarkan kepalanya di dada ayahnya.
"Eh papa udah kembali? Mama kenapa?"
"Mama cuma ngantuk. Jangan ganggu Mama ya?"
Riku hanya mengangguk menuruti perkataan Rei sementara Mikha sebenarnya ingin bertanya apa yang sebenarnya terjadi namun karena ada ketiga anak Aileen dan Reyna dia tidak bisa bertanya pada Rei. Reyna juga ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi kepada Aileen apalagi Mikha sepertinya juga menyembunyikan sesuatu darinya namun ia juga tidak bisa bertanya karena tidak mau ketiga anak Aileen khawatir dengan ibu mereka. Pada akhirnya keduanya hanya bisa menatap Rei yang terlihat sedang memeriksa tugas yang ia berikan kepada Riku barusan.