Mata itu mulai terbuka secara perlahan.
Saat mata itu sepenuhnya terbuka,
kembali sang pemilik mata indah itu
mengerjapkan beberapa kali sebelum
akhirnya mulai terbiasa dengan suasana
kamar yang terang akibat sinar
matahari yang menyerobot masuk lewat
jendela. Tangan mungilnya terbentang
lebar untuk meregangkan ototnya
seraya melirik jam diatas nakas yang
telah menunjukkan pukul 6.50 AM.
Seketika mata indahnya tebelalak,"Aku
terlambat!!" tanpa babibu lagi michel
langsung turun dari ranjang dan berlari
masuk kekamar mandi.
Hari ini adalah hari minggu dan
mendapatkan shif pagi disuatu cafe yang
berjarak lumayan dekat dengan
apartemennya,akan tetapi sepertinya ia
terlambat mengingat jam masuknya
adalah pukul tujuh tepat. Hidup sebatang
kara memang mengharuskannya bekerja
paruh waktu agar dapat membiayai
sekolah dan kebutuhan sehari-hari.
Setelah mandi kilat selama lima menit,
gadis itu berjalan menuju walk in closet.
Tak lama kemudian ia keluar dengan
gaun soft pink bermotif bunga yang
melekat pas dibadannya. Dengan segera
ia mengambil tas selempangnya diatas
meja dan buru-buru keluar dari aparte-
mennya. Dalam hati ia terus berdoa agar
menejer cafe tidak memecatnya nanti.
Semoga saja!!
------------
"Jangan diulangi lagi,atau kou akan ku
pecat!!"
"Baik pak"
Michel menghela nafas lega setelah
kepergian pak Davin,sang manajer kefe.
Doanya akhirnya terkabul,pak Davin
tidak memecatnya hanya memberinya
peringatan. Ia bersyukur karena kalau
kehilangan pekerjaan ini pasti ia tidak
bisa melanjutkan kembali sekolahnya,
dan mau makan apa nanti? Batu?
"Hei! kenapa kou melamun?"
Suara gadis bersurai coklat kehitaman
membuyarkan lamunan michel. Ia
menoleh kearah gadis yang mempunyai
mata hijau zamrudnya sedang
menatapnya heran.
"Ah.tidak"
Gadis bernama lengkap Jessifa Axxely,
atau biasa disapa jessi dan juga notabe-
nya adalah sababat michel yang tangan-
nya kini sedang memegang ponsel
berujar "Lebih baik kou segera ganti
seragam,jikalau tidak ingin dimarahi pak
Davin!"
Anggukan kecil dari michel menjawab
saran dari sahabatnya itu. Dengan
agak sedikit berlari ia menuju ruang
untuk berganti pakaian.
Selang 3 menit kemudian,michel
menampakkan dirinya dengan baju
seragam khusus pelayan kafe yang
berwarna biru dongker.
"Wah kou cepat juga ya ganti seragam!"
puji jessi yang baru saja mengantarkan
pesanan.
"Michel!antarkan pesanan ini ke meja
nomor tujuh!",teriak pak Davin seraya membawa nampan yang berisi spaghetti
dan bubble tea.
Michel dengan cepat mengambil nampan
dan bergegas pergi menuju kearah meja no tujuh. Matanya menelisik kesegala
penjuru ruangan kafe,dan seketika lelaki
yang duduk urutan no dua dari belakang
melambaikan tangan kearahnya. Dengan
segera ia menghampirinya dan meletakkan pesanan sambil berkata,"Selamat menikmati".
Lelaki itu tersenyum dan menahan tangan michel ketika gadis itu yang hendak mau pergi,"Bisa menemaniku sebentar? aku tidak bisa makan tanpa mengobrol"
seketika michel mengernyit heran,dimana-mana kalau makan itu dianjurkan tidak mengobrol atau bicara.
Tapi kenapa lelaki ini malah sebaliknya?
sungguh aneh! tapi ia tetap mengangguk dan duduk bersebrangan dengan lelaki itu. Toh,pak Davin tidak akan memecatnya jika yang memintanya sendiri adalah pelanggan.
" Namaku Leonard Mikail,orang menyebutku dengan sebutan leo,dan siapa namamu?"ujar leo mengawali obrolan sambil mengaduk spaghettinya.
"Michella Eduerdo,panggil saja michel"
Leo seketika mengangguk pelan ketika michel menyebutkan namanya.
"Kou tinggal sendiri atau bersama orang tuamu?". Tanya leo lalu meringis ketika menyadari pertanyaannya salah. Wajah michel seketika berubah menjadi murung dan ia tahu jawabannya.
"Maaf,aku tidak tahu"
"Tidak apa,orang tua ku meninggal sekitar sembilan tahun yang lalu"
Leo memopang dagu dengan tangannya,"aku punya satu pertanyaan untukmu"
"Apa?"
"Jika aku seorang pencopet,kira-kira apa yang akan kulakukan jika melihat seorang gadis,berjalan ditempat sepi?"tanyanya dan sukses membuat michel tertawa kecil dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Semua orang pun juga mengetahuinya,kou akan mencopet dompetnya dan melukainya lalu pergi begitu saja dari tempat kejadian".
"Wow,aku tak menyangka jika jawabanmu salah"
Michel menaikkan sebelah alisnya,"Maksudmu?" ia rasa jawabannya sudah benar. Semua pencopet didunia ini akan mengambil dompet atau barang berharga lainnya,melukai dan pergi begitu saja,kalau bukan itu ya yang mana lagi? kaos kaki?
"Aku akan mengambil hatinya,dengan begitu aku akan mendapatkan orangnya dan juga dompetnya",jawab leo sambil tersenyum miring.
Michel tertawa mendengar jawaban dari leo dan seketika berhenti ketika pengunjung kafe melihat kearahnya.
"Kou lebih cantik saat tertawa"
Sontak ucapan leo barusan membuat semburat merah dipipi michel. Selama ini tidak ada yang mengatakan kalau ia cantik kecuali jessi dan almarhum kedua orang tuanya.
"Kou jadi semakin cantik saat blushing"
"Tidak",ucap michel seraya memalingkan wajahnya yang merona.
"Jadi sekarang kita berteman?"pinta leo sambil mengulurkan tangan.
Michel hanya memandangi tangan leo sebentar,lalu ia menerima uluran tangan leo seraya berkata,"Baiklah"
Bip Bip Bip
Tiba-tiba terdengar suara yang berasal dari saku kemeja yang dikenakan oleh leo. Lelaki itu segera merogoh sakunya dan mengambil ponsel miliknya.
mendekatkan ponsel ketelinganya seraya berkata,"Ada apa?"
"____"
Michel bisa mendengar teman barunya itu mendengus.
"Baiklah aku akan segera kesana"
Dalam satu kali tekan leo mematikan sambungan telpon. Dan memasukkan ponselnya kedalam saku. Leo segera berdiri dari meja. Dan reflek michel pun juga ikut berdiri.
"Sayang sekali aku harus cepat pergi,
ban mobil temanku bocor dan dia memintaku untuk menjemputnya"
Michel tersenyum tipis hampir tak terlihat,"Tidak apa-apa"
Jika dilihat dari sikap dan penampilannya,sepertinya leo adalah tipikal lelaki yang baik,dan juga menyenangkan. Mungkin
"Ini uangnya." Leo menaruh beberapa lembar uang dolar keatas meja."Sampai jumpa lagi".
Tanpa menunggu jawaban Michel. Leo segera melangkah keluar dari kafe dengan sedikit terburu-buru,meninggalkan michel yang hanya menatap punggung leo yang perlahan menghilang dibalik pintu.
"Michel! Michel!"
Kepala michel reflek langsung menoleh kearah sumber suara yang ternyata berasal dari jessi.
Tapi ada suatu hal yang sedikit aneh disini. Gadis itu terlihat gelisah dengan nampan pesanan ditangannya.
"Jessi,ad--"
"Cepat bawa ke meja nomor delapan!aku sudah tidak kuat lagi" ucap jessi setelah buru-buru mendekati michel dan langsung menaruh nampan berisi pesanan ditangan michel.
Belum sempat michel menjawab,jessi sudah lari terbirit-birit menerobos pintu dapur. Dan michel bisa menebak kalau sahabatnya itu pasti mau pergi ketoilet.
Menaruh nampan ditangan kanannya,salah satu tangan michel yang lain terulur mengambil uang leo tadi. Ia segera memasukkan uang kertas ini kedalam saku agar tidak diambil oleh orang lain.
Dengan langkah santai,michel berjalan menuju meja nomor delapan yang terletak paling pojok kafe tersebut. Ternyata sang pemesan juga seorang laki-laki. Bedanya dengan leo penampilan lelaki itu berbanding terbalik dengan pakaian yang leo pakai tadi. Lelaki itu tampak seperti orang brandalan,dengan pakaian urakan,seperti bad boy,tapi wajahnya terlihat dewasa,matang dan juga hmm tampan.
Tidak-tidak,kou tidak boleh menilai seseorang dari penampilannya,michel!batin michel sembari menggelengkan cepat.
Tidak ingin membuat lelaki itu menunggu lama,michel dengan cepat berjalan menuju meja no delapan. Michel segera menaruh pesanan diatas meja dengan tatapan lelaki itu yang mengiringi setiap gerakannya.
"Selamat menikmati,maaf jika harus menunggu lama"ucap michel kemudian segera berbalik.
"Tunggu!"
Kaki michel langsung berhenti seketika tanpa gadis itu sadari. Ia tidak berniat untuk berbalik. Karena jujur ia merasa terintimidasi oleh mata dan juga rahang
keras lelaki itu.
"Bisakah kou berhenti bekerja disini?"
Pertanyaan yang terlontar dari balik bibir lelaki itu sukses membuat michel berbalik cepat. Gadis itu mengernyit bingung. Ada apa dengan lelaki ini? Lagipula mereka tidak saling mengenal!
"Maaf?" ucap michel mencoba memastikan bahwa dirinya tidak salah dengar.
Membenarkan posisi duduknya. Lelaki itu berkata santai dengan pandangan sama sekali tak lepas dari wajah bingung michel. "Aku ingin kou berhenti bekerja disini.apakah itu masih belum jelas?"
"Hah?!" Michel semakin bertambah bingung kenapa lelaki ini dengan seenak jidatnya menyuruhnya untuk berhenti bekerja. Dia pikir dia siapa?
"Lebih baik kou fokuskan belajarmu. Kou masih terlalu muda untuk bekerja."
Michel mendengus. Perkataan lelaki ini tidak sepenuhnya salah. Tapi jika tidak bekerja mau makan apa nanti? batu?
Michel berusaha menampilkan senyum sopan. "Maaf,saya bekerja untuk memenuhi kebutuhan saya. Lagipula sekolah saya masih berjalan lancar" jelasnya sembari melirik kearah pesanan lelaki itu yang sama sekali belum tersentuh.
"Dan silahkan untuk segera menikmati makanannya,sebelum dingin. Terimakasih."
Michel berbalik dan berniat untuk pergi. Namun lagi-lagi perkataan lelaki itu harus membuatnya terdiam.
"Namaku Kevin Alvero"
Mengerutkan keningnya michel bertanya-tanya. Kenapa lelaki ini menyebutkan namanya? padahal ia sama sekali tidak bertanya.
"Simpan namaku baik-baik diotak dan hatimu. Dan juga.."
Michel menunggu perkataan lelaki ini yang ternyata bernama Kevin Alvero itu menggantung.
"Jaga baik-baik dirimu. Tidak lama lagi kami akan datang."