Sudah pukul 11 larut malam ketika Lucien meninggalkan Aula Pemujaan. Hanya beberapa lampu di sepanjang jalan yang gelap dan kosong yang masih menyala.
Meskipun siang hari di Bulan Panen terasa panas, namun malam setelah hujan ini sangat sejuk dan nyaman. Pikiran Lucien disegarkan oleh udara dingin. Dia perlahan terbangun dari kenyamanan dan mulai merencanakan langkah selanjutnya. Jika semuanya berjalan lancar, Lucien akan segera meninggalkan Aderon, jadi dia harus membereskan laboratorium bawah tanahnya sesegera mungkin, kalau-kalau ada gelandangan yang tidak sengaja memasuki gubuknya ketika tidak ada orang. Sebelum itu, Lucien memutuskan untuk mengumpulkan beberapa Revenant Dust malam ini mumpung laboratoriumnya masih lengkap, dan kemudian dia bisa fokus mencari Moonlight Rose besok.
Moonlight Rose selalu diminati dan sangat mahal, karena ini merupakan bahan utama ramuan sihir yang dapat membantu pengawal kesatria membangkitkan Berkah, dan akhirnya menjadi kesatria sejati. Karena sebagian besar pengawal kesatria tidak mampu membeli Moonlight Rose, terkadang beberapa kesatria akan memilih pengawal terbaik mereka dan memberi mereka Moonlight Rose sebagai hadiah.
Selain itu, perdagangan Moonlight Rose dikendalikan oleh gereja, keluarga Violet, dan beberapa keluarga besar lainnya, yang juga merupakan salah satu strategi bagaimana para keluarga besar memperkuat status mereka di Duchy Orvarit.
Lucien berharap kalau mungkin Felicia bisa membantunya, karena dia adalah anggota keluarga Hayne. Felicia cukup memenuhi syarat untuk membeli beberapa Moonlight Rose di keluarganya.
Tapi Lucien tidak tahu bahwa sebenarnya Felicia sudah tiga kali membeli Moonlight Rose sebelumnya, dan berharap dia bisa membangkitkan Berkahnya. Namun, akhirnya harapannya gagal, dan sejak itu dia mulai benar-benar fokus untuk belajar musik.
Lucien saat ini tidak tahu bagaimana cara meminta bantuan Felicia tanpa dicurigai, dan itu meresahkannya. Jika Felicia tidak mau membantu, maka Lucien tidak punya pilihan lain selain mencari pasar gelap di Aalto atau ikut serta lagi di pertemuan rahasia para penyihir, yang merupakan hal terakhir yang ingin dilakukan Lucien untuk saat ini.
Dua wagon sederhana sedang menunggu di depan Aula Pemujaan di sudut. Paman Joel dan keluarganya, serta Elena, sedang menunggu Lucien di samping dua wagon itu.
Melihat Lucien datang, Joel melambai padanya dengan kedua tangannya. Dia menghampiri Lucien dan memeluk erat Lucien.
"Malam ini seperti mimpi." Joel menepuk punggung Lucien dengan penuh kegembiraan. "Kau mengundangku ke konser dan memenuhi impianku. Kami ... dan ayahmu ... kami semua sangat bangga padamu, Lucien."
Mengikuti Joel, John juga memeluk Lucien. Lengannya sedikit gemetaran, dan suaranya bergetar, "Sudah kuduga! Aku tahu kau memang hebat! Tapi pertumbuhanmu jauh di luar dugaanku, karena kupikir setidaknya aku akan menjadi kesatria dulu, haha. Sekarang aku harus berusaha lebih keras atau aku akan ketinggalan."
Lucien terinspirasi — mungkin dia bisa menggunakan John sebagai alasan untuk membeli Moonlight Rose. Lagipula, Lucien sekarang mampu membeli Moonlight Rose untuk teman dekatnya John, yang merupakan seorang pengawal ksatria. Jadi alasan itu masuk akal.
Ini juga bagian dari rencana awal Lucien. Beberapa Moonlight Rose miliknya akan dihadiahkan kepada John. Lucien sudah menganggap keluarga Joel sebagai keluarganya sendiri dan John sebagai teman terbaiknya. Dukungan keluarga Joel kepada Lucien selama ini sangat berarti baginya.
Sekarang satu-satunya masalah adalah, bagaimana Lucien bisa membujuk Felicia untuk membantunya.
"Karirku di bidang musik baru saja dimulai. Masih ada jalan panjang yang harus kutempuh." Lucien tersenyum, "Aku yakin kau akan segera membangkitkan Berkahmu dan menjadi seorang kesatria sejati."
"Yah ... aku belum yakin soal itu, Lucien." John menggelengkan kepalanya dan melepaskan tangannya, "Percobaan pertama untuk membangkitkan Berkah adalah yang paling mungkin bisa berhasil. Aku harus lebih siap untuk itu."
"Selamat, Pak Evans!" Elena memeluk Lucien. Mata besarnya berkedip dengan gembira.
"Aku sangat tersanjung, Elena," Lucien menyeringai, "Kita teman. Tolong jangan panggil aku dengan 'Pak'. "
...
Setelah mengantar Elena dan keluarga Joel pulang, Lucien kembali ke gubuknya dan berbaring di tempat tidur.
Sekitar pukul satu dini hari, tiba-tiba Lucien bangun. Setelah memastikan sekitarnya aman, Lucien diam-diam memasuki laboratorium sihirnya.
Lucien menghabiskan satu jam untuk memasang beberapa perangkap sihir untuk berjaga-jaga. Kemudian dia mengeluarkan tabung berisi darah dari sebuah kotak. Pada saat yang sama, buku catatan sihir terbuka di perpustakaan rohnya, siap untuk mencatat kapan saja. Lucien berharap selama proses pengumpulan revenant dust, dia juga bisa lebih memahami tentang makhluk mayat hidup.
Begitu Lucien membuka tabung berukir dengan tulisan rune, bau belerang yang menyengat masuk ke hidungnya. Darah hitam itu terus menggelembung seperti lava layaknya makhluk hidup.
Lucien menggumamkan mantra yang terdengar aneh dan tidak jelas, lalu menghubungkan rohnya dengan dimensi ruang lainnya. Tiba-tiba, dia meraih tabung itu dan menumpahkan isinya ke depan.
Anehnya, bukannya jatuh ke tanah, darah itu terhenti di udara dan terbagi menjadi banyak tetes kecil.
Tetesan darah itu bergerak cepat, dan lingkaran sihir akhirnya terbentuk di depan Lucien. Seluruh ruang laboratorium langsung dipenuhi dengan bau darah yang berbau busuk.
Kabut darah menyebar di sekitar laboratorium. Tiba-tiba, sesosok manusia yang transparan muncul di udara, di mana wajah, tangan, dan kakinya masih sangat buram, tetapi rasa kebenciannya begitu kuat sampai hampir terlihat.
Meskipun Lucien masih tidak mengerti bagaimana dimensi ruang yang berbeda dihubungkan oleh kekuatan spiritual, tapi struktur mantra pemanggil tingkat murid ini tidaklah rumit.
Sebuah lubang, mungkin mulutnya, muncul di wajah sosok itu. Kemudian revenant ganas itu mulai menjerit dan tiba-tiba menerjang tenggorokan Lucien.
Lucien tetap bersikap sangat tenang dan mengaktifkan perangkap sihir di sekitarnya. Aliran udara kemudian mengikat revenant seperti tali dan membelenggunya di udara.
Wraith Shackle, mantra tingkat murid.
Pada saat yang sama, dinding transparan muncul di udara dan mengelilingi revenant di dalamnya. Permukaan dinding itu sedikit beriak seperti air ketika gelombang suara jeritan dari revenant itu terus mengenai dinding.
Silence Wall, mantra tingkat murid juga.
Meskipun jeritan revenant itu terhalang, Lucien masih merasa mual dan dia mendengar seseorang berteriak di otaknya.
Dengan cepat Lucien mencatat hal ini di perpustakaan jiwanya.
"Jeritan revenant terkirim dalam bentuk gelombang infrasonik. Kekuatan menembusnya yang tinggi. Menyebabkan ilusi."
Lucien berharap bahwa dia bisa mengetahui frekuensi kasar dari getaran gelombang ini. Tetapi dengan peralatan laboratorium yang terbatas, catatan Lucien tidak bisa lebih detail dan akurat.
Karena terperangkap, jeritan revenant menjadi lebih gila, tetapi teriakan itu tidak bisa mengganggu Lucien lagi. Dengan tenang, Lucien mengaktifkan lingkaran sihir yang tergambar di atas meja, yang kemudian tersebar banyak sinar cahaya keemasan dari sana.
"Berat, 21.26g. Lebih berat dari yang kukira. Kekuatan ... tetap tidak diketahui." Informasinya tersimpan.
Kemudian Lucien mulai merapal mantra yang berbeda pada revenant untuk melihat efeknya.
"Kebal terhadap Mage Hand."
"Kebal terhadap Acid Splash."
"Kebal terhadap Freezing Rays."
"Luka kecil karena mantra Homan's Oscillation. Mungkin karena perselisihan gelombang, atau gangguan magnetik."
"Luka ringan karena mantra Marius' Small Flame. Alasannya tidak diketahui."
...
Ketika eksperimennya terus berlangsung, revenant di udara menjadi semakin lemah, dan bahkan lebih transparan. Seolah dia takut pada Lucien, revenant itu membungkuk di sudut dinding sihir di sekitarnya.
"Masih ada sedikit naluri." Lucien terus mencatat.
Kemudian Lucien merapal mantra Illumination. Di dalam cahaya, revenant itu menjadi jengkel lagi, tetapi tidak bisa melarikan diri ke manapun. Rasa bencinya perlahan-lahan menghilang dalam cahaya.
"Takut pada cahaya yang kuat." Baris kata lain muncul di buku catatannya.
...
Eksperimen akhirnya berakhir. Melihat revenant yang sangat lemah dan membungkuk di sudut, Lucien menggelengkan kepalanya.
Revenant yang dipanggil sekarang terluka parah dan tak lama kemudian menghilang. Debu halus mengkilap perlahan-lahan jatuh ke lingkaran sihir.
"Dua puluh satu koma dua puluh lima gram. Alasan perbedaan berat masih belum diketahui. Mungkin kesadaran revenant itu juga punya berat."
Lucien mengumpulkan debu dari revenant itu ke dalam tabung gelas, lalu perlahan merapikan laboratoriumnya, karena ini terakhir kalinya Lucien menggunakannya sebelum pindah rumah.
...
Di pagi hari, Lucien bangun lebih awal dan pergi ke Asosiasi karena dua alasan. Pertama, Lucien telah menjadi konsultan musik pribadi Putri Natasha, jadi dia harus berhenti dari pekerjaan pustakawan dan menyerahkannya kepada seseorang yang benar-benar membutuhkannya. Kedua, Lucien terlalu bersemangat menunggu sehari lagi untuk mendapatkan thalenya yang indah dan mengkilap.