Setelah menekan tuts terakhir, dia menurunkan tangannya dari keyboard perlahan. Dia merasa puas. Setelah rajin latihan selama tiga minggu, Lucien bisa memainkan karya agung tersebut cukup lancar dengan beberapa keterampilan sederhana. Tentu saja, permainannya tidak sempurna, tapi Lucien tahu Victor akan menghargainya.
"Lucien ... kau ..." Felicia berdiri di samping pintu sambil memegang gagang pintu. Dia terlihat sangat bingung tapi juga terkejut.
"Felicia, maaf, aku tidak sadar kau di sini." Lucien berdiri dan mendorong bangku piano kembali ke bawah keyboard. "Kau bilang apa tadi?"
"Lagu yang kau mainkan ... cukup keren. Kau sudah ... membuat kemajuan yang pesat." Felicia memalingkan muka. Dia tak terbiasa memuji orang, terutama Lucien.
"Terima kasih, Felicia." Setelah mengambil partiturnya, Lucien berjalan menuju Felicia. "Aku harus pergi sekarang. Tampaknya badai akan datang."
Di bulan panen (September), selalu ada hujan deras tiap beberapa hari. Cuaca hari ini lembab dan langit pun terlihat lebih gelap dari biasanya.
"Ya ... Tentu. Sampai bertemu besok, Lucien." Felicia agak teralihkan.
Saat Lucien turun, dia melihat Athy sedang menyuruh para pelayan untuk bebersih. Lucien berjalan ke arahnya dan bertanya, "Pak Athy, apa kau lihat Pak Victor? Aku mau bilang sesuatu padanya."
"Dia baru saja pergi ke pemakaman. Dia mungkin tidak akan pulang sampai larut malam." Athy selalu sopan dan serius. "Apa kau mau meninggalkan pesan?"
"Tidak apa-apa. Aku tidak terburu-buru. Terima kasih, Athy." Lucien melambaikan tangan. Dia bisa bicara dengan Victor besok. Malam ini, dia harus melakukan beberapa percobaan sihir yang merupakan prioritasnya.
Beberapa minggu terakhir, Lucien berhasil membaca jurnal Arcana beberapa kali. Dengan bantuan bacaan yang ada di perpustakaan jiwanya, fondasi pengetahuan dasarnya jadi semakin kuat. Dengan menggabungkan pengetahuan dasarnya dengan apa yang sudah dipelajari mengenai frekuensi getaran, Lucien mengimprovisasi mantra Homan Oscillation dan menciptakan dua mantra tingkat murid.
Bagi kebanyakan penyihir murid, perkembangan kekuatan spiritual seringkali lebih cepat dibanding akumulasi pengetahuan mereka. Sebaliknya, Lucien mengalami situasi yang berbanding terbalik karena latar belakangnya. Kekuatan spiritualnya masih tak mencukupi untuk merapal 10 mantra murid secara berurutan sekaligus.
...
Pada sore hari, saat dia sedang menuju tempat Bibi Alisa, Lucien melihat ada pesan rahasia baru di dinding.
Pesan rahasia itu berbunyi, "Kami punya berita tentang makhluk jahat. Malam ini. Pukul 10.00. Tempat biasa."
Lucien terus berjalan seakan dia tak melihat apapun. Dalam benaknya, dia menebak apa maksud pesan ini. Dia tak pernah datang ke pertemuan setelah kehadiran pertamanya, jadi mereka tampaknya menggunakan informasi ini sebagai umpan.
Alasan lain yang membuat Lucien sewaspada ini adalah burung gagak yang dilihatnya saat pulang dari pertemuan murid penyihir. Ketika Lucien bertemu gagak itu untuk yang pertama kalinya, dia tidak begitu memikirkannya, karena ada begitu banyak gagak di Aalto. Namun setelah itu, dia teringat dengan apa yang sudah dia baca di catatan si penyihir itu. Gagak adalah hewan yang paling sering di-summon. Semakin dia memikirkannya, dia merasa semakin khawatir. Lucien sekarang berpikir kalau pesan ini mungkin jebakan dan jebakan ini mungkin dipasang oleh pemilik si gagak.
Namun daya tarik informasi ini begitu memikat. Lucien selalu ingin ramuan Crying Soul. Ramuan ini dapat mengungkap kekuatan tersembunyi di balik tubuh orang dewasa. Dia sudah mencari bahan-bahannya cukup lama. Dia sudah punya Jamur Mayat dan jaringan otak Zombie Air saat ini, jadi Lucien ingin memperoleh Revenant Dust dan Moonlight Rose secepat mungkin. Selain menggunakan darah revenant untuk memanggil revenant lain, Lucien tak punya cara lain untuk mendapatkan Revenant Dust di Aalto, apalagi di bawah pengawasan gereja.
Sambil mengunyah rotinya, Lucien berpikir dengan hati-hati. Ada pergulatan antara rasa ingin dan gelisah dalam dirinya. Lucien akhirnya memutuskan untuk menerima undangan itu. Tapi sebelum dia ke sana, dia perlu bersiap.
...
Malam hari, di laboratorium Lucien.
Di atas lingkaran sihir yang diukir di atas meja batu, wadah hitam sebesar cangkir sedang dipanaskan di atas api biru. Di dalamnya, ada semacam cairan merah kental yang didihkan.
Lucien tampak sangat serius. Dia mengaduk cairan di wadah itu dengan menggunakan tongkat keramik panjang. Di tangan kanannya, terdapat tabung reaksi yang berisi cairan hitam. Sambil menuangkan cairan hitam itu ke wadah, Lucien mengaduknya perlahan.
Tiap tetes cairan hitam itu menghasilkan kabut putih tipis. Seakan-akan hidup, cairan merah terus menyusut dengan cepat dan jadi semakin kental seperti gel. Lucien tahu kalau kesalahan kecil akan menyebabkan ledakan dahsyat. Dia harus tetap konsentrasi.
Sambil mencampur semua cairan hitam dan merah, Lucien menekan tangan kanannya di lingkaran dan menggunakan kekuatan spiritualnya untuk mengubah cara kerja lingkaran sihir itu. Banyak garis merah tipis muncul dan menutupi wadah. Sementara itu, Lucien mulai merapal. Seberkas cahaya putih yang dingin muncul di antara jari-jarinya dan bersinar di wadah.
Panas bertemu dingin, tapi garis merah sihirnya mencegah gel meledak dan gel perlahan-lahan semakin stabil.
Ketika kabut putih di sekitar gel perlahan menghilang, hanya tersisa sedikit gel berwarna seperti api di wadah hitam. Lucien menaruh gel yang sangat kental itu ke dalam tabung gelas dan menyegelnya. Ini langkah terakhir untuk membuat Flame Gel.
Lucien mengetahui cara membuat gel ini dari catatan si penyihir. Menurut deskripsinya, dia menebak kalau Flame Gel harusnya sekuat napalm.
Untuk meningkatkan kekuatan gel ini, Lucien punya niatan untuk menambah nitrogliserin ke dalam formula, tapi dia memutuskan untuk tidak menambahkannya. Dia tak mau mengubah laboratorium barunya jadi tumpukan reruntuhan hanya karena gegabah.
Ada tujuh tabung di dalam sebuah kotak di pojokan laboratoriumnya. Tiap tabung berisi ramuan berbeda. Dua tabung berisi Flame Gel. Dua tabung lain berisi ramuan Storm, digunakan untuk penyembuhan cepat dan meningkatkan energi. Tiga tabung terakhir berisi Brown Owl, digunakan untuk mempercepat pemulihan kekuatan spiritual.
Lucien menaruh tujuh tabung itu, bersama dengan Flame Gel yang barusan dibuatnya, ke dalam saku-saku kecil di jubah hitamnya. Saku-saku ini dibuat khusus untuk membawa berbagai ramuan dan reagen sihir dengan aman.
Dia lalu membuka catatannya sendiri di atas meja. Dia menulis struktur dan prinsip dari dua mantra murid baru yang telah diciptakannya di catatan ini. Berdasarkan ilmunya mengenai getaran dan frekuensi serta setelah ratusan percobaan, Lucien mengimprovisasi mantra Homan Oscillation. Karena itu, dia punya dua mantra baru. Dua mantra itu disebut Bat Screaming dan Professor's Oscillating Hand.
Setelah menutup buku catatan, Lucien kembali ke ruangannya dan berbaring di kasur untuk istirahat sebentar.
Malam itu, Lucien meninggalkan gubuknya pada pukul 09.40.