Setelah berjalan beberapa langkah maju, pria tua itu akhirnya keluar dari kegelapan. Namun, matanya tak lagi terbiasa dengan cahaya lemah dari lumut.
Waktunya hanya sekedipan mata. Saat dia membuka matanya lagi, semacam cairan hijau gelap yang menyengat langsung jatuh mengenai wajahnya.
"Aww!!" Teriakan melengking dari pria tua itu membuat para pria lain takut. Jackson tanpa sadar menoleh ke belakang, walaupun dia tak dapat melihat apapun.
Sambil menutup mata dengan kedua tangannya, pria tua itu berguling di tanah dengan rasa sakit yang dahsyat. Kulit wajahnya terbakar dan berubah jadi hitam seketika. Teriakannya terdengar begitu pilu hingga Jackson dan para pria lain gemetar ketakutan. Beberapa detik kemudian, pria tua itu jatuh ke sungai dan jeritannya pun menghilang.
Jackson tahu tidak ada cara untuk kabur. Pilihannya adalah mereka membunuh bayangan itu atau mereka akan dibunuh olehnya.
Satu-satunya harapan adalah melawan!
"Lari! Larilah menuju bayangan sialan itu!" Jackson berteriak dan berlari menuju bayangan itu.
Kemudian, dia melihat bayangan itu adalah Lucien!
Jackson merasa amat marah. Rasa benci menghilangkan rasa takutnya. Satu-satunya hal yang terpikir olehnya hanyalah mencabik bajingan sialan itu jadi berkeping-keping.
Saat dia hendak melemparkan belatinya ke arah Lucien, dia melihat seberkas cahaya biru di tangan Lucien. Jackson buru-buru mengelak ke kiri dan hampir tak bisa menghindar.
Sayangnya, penjahat lain yang berada di belakang Jackson tak seberuntung itu. Tembakan sinar langsung mengenai wajahnya. Lapisan es tipis dengan cepat menutupi mata, hidung, dan mulutnya. Rasa dingin masuk ke otak pria itu dan membuatnya kehilangan sebagian besar kekuatannya, sebelum dia bisa menghancurkan lapisan es tersebut.
Pria itu merasa tercekik. Dia kemudian membenturkan kepalanya dengan keras ke tanah.
Saat ini, Jackson akhirnya sadar kalau orang yang ada di hadapannya ini bukan lagi pemuda miskin dan lemah. Dia telah berubah jadi penyihir, penyihir jahat dengan kekuatan yang mengerikan!
Jackson bukan orang bodoh. Dia tahu Lucien takkan membiarkannya pergi begitu saja. Jackson pun memegang belati dan menyerang tenggorokan Lucien dengan sekuat tenaga.
Tiba-tiba, Jackson merasa ada tekanan besar menimpanya dan kakinya melemah. Kemudian, tubuhnya langsung jatuh ke tanah.
"Sialan!" Jackson mengumpat dengan putus asa. Dia tak tahu apa yang sedang terjadi di sini, tapi dia tahu kalau jatuh sekarang akan berakibat fatal.
Jauh sebelum Lucien merapal Acid Splash, dia sudah mengaktifkan sihir pertahananya, Disarming Loop, tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Lucien berjalan ke arah Jackson. Dia melihat Jackson memegang belatinya dan menganggap itu hal yang sia-sia. Tanpa mengatakan apapun, Lucien memegang tangan Jackson dan perlahan mendorong belati itu ke lehernya.
Gravitasi mempengaruhi darah Jackson, menyebabkan darah itu tak menyembur terlalu banyak dari lehernya. Ini hal bagus karena Lucien tak mau darah kotor Jackson itu ada di bajunya.
Rasa marah yang amat besar dan sakit yang dirasakan Jackson mencekik tenggorokannya. Matanya terbuka lebar dan bola matanya hampir keluar, sementara tangan dan kakinya tersentak ke dinding. Kuku Jackson sedang mencakar tanah, tapi perlawanannya itu kemudian berhenti.
Lucien juga tak butuh waktu lama untuk menghabisi para pria lain.
Sambil berdiri di samping sungai selokan bawah tanah, Lucien melihat tubuh pria tua itu hanyut menuju hilir dengan wajahnya terendam di air. Lucien merasa lega, karena dia pikir pria tua itu akan jadi ancaman terbesar di antara mereka. Siapa tahu kalau pria tua itu punya kekuatan jahat dari kepercayaan sesatnya.
Semua ini terjadi hanya dalam 20 detik. Kegelapan masih menutupi area itu. Dua pengemis yang terluka masih merintih kesakitan di tanah. Beberapa pengemis dan bandit pun masih mengapung di air, tapi mereka terlalu takut untuk mencari jaring baja berlubang untuk kabur.
Lucien tak ingin membunuh mereka semua sendiri, dan dia juga tak mampu. Kekuatan Lucien ada batasnya. Jadi, cara termudah adalah membuang mereka ke Sungai Belem dan menyerahkan sisanya pada hantu di sana.
Tapi, ada satu masalah. Lucien juga tak dapat melihat apapun di tempat gelap, jadi dia harus menunggu di sana untuk sementara, menunggu sihir itu berakhir. Di saat yang sama, dia mengatur ritme pernapasannya untuk memulihkan kekuatan.
Merapalkan empat mantra sangat melelahkan. Kekuatan Lucien yang tersisa hanya cukup untuk merapal Darkness dan Freezing Rays sekali.
Tiba-tiba, cahaya kembali masuk di area yang terkena mantra Lucien. Cahaya itu mengejutkan Skar dan dia mau tak mau menutup mata. Rasa takut akan kematian sangat membuatnya takut. Dia gemetar dan berdoa, "Semoga Tuhan mengampuniku … Semoga Tuhan mengampuniku …"
Setelah membuka mata perlahan, Skar terkejut melihat betapa mudanya penyihir itu. Dalam cahaya redup, penyihir itu terlihat tampan.
Skar telah kehilangan akal dan menyerah. Dia tak tahu apa pria yang berdiri di depannya ini adalah penyihir jahat atau hantu yang dipenuhi kebencian.
Ini kesempatan bagus untuk merapal Eyes of Stars pada Skar, ketika dia sedang tertekan. Mantra murid itu dapat menghipnotis musuh atau membuat orang itu menjadi tak sadarkan diri.
Kedua efek itu berbeda. 'Hipnotis', efek pertama, mengharuskan perapal untuk menatap langsung mata orang tersebut selama 10 menit. Sementara 'Kerasukan', efek kedua, hanya membutuhkan kontak mata, dan itu sangat membantu dalam pertarungan.
Jika Lucien dapat mengendalikan tubuh Skar, dia dapat menggunakannya untuk membunuh para pria lain.
Saat Lucien hendak merapal mantra, teriakan singkat tiba-tiba memecah kesunyian dan bergema di seluruh ruangan. Bahkan Lucien merasa ada yang begitu ganjil.
Jeritan kesakitan itu muncul dan berhenti dengan cepat.
Lucien menghentikan mantranya dan mundur ke belakang Disarming Loop. Mantra Freezing Rays siap dirapalkan.
Saat ini, baik Lucien dan Skar sama-sama melihat pemandangan yang mengerikan. Di sungai, tangan pucat dan kuat sedang mencengkeram erat leher seorang bandit yang tengkoraknya setengah terbuka. Lidah hitam sedang menjilat otak putih di dalam tengkorak dengan susah payah.
Pemilik lidah itu adalah monster berbentuk manusia. Tubuhnya sangat bengkak hingga kulitnya hampir transparan. Sebagian kulitnya menggantung, menampakkan daging busuk di bawah kulit itu. Di bawah rambut panjang sang monster yang seperti rumput laut, ada otot-otot wajah yang bisa jatuh kapan saja. Rongga matanya benar-benar kosong dan ada dua api putih kecil yang menyala di sana.
Tubuh pengemis lain, yang otaknya sudah hilang, hanyut menuju sungai melalui lubang besar di jaring baja.
"Tuan Besar Argent, keheningan abadi, semoga kau memberkati para hambamu …" Seorang pengemis yang duduk di sebelah tembok itu mulai berdoa dengan putus asa.
Monster itu punya kekuatan menakutkan yang membawa malapetaka. Lucien bahkan merasa sangat gugup dan ketakutan, meski dia berada cukup jauh dari monster itu.
Zombie air! Itu adalah monster di sungai Belem! Mereka zombie!
Lucien tiba-tiba ingat catatan si penyihir yang menggambarkan ciri-ciri mayat hidup itu:
"Zombie air. Mereka kebal terhadap sihir Mind. Tak punya semangat juang. Mereka juga kebal terhadap racun, mantra tidur, mantra kelumpuhan, mantra pembeku, dan efek penyakit. Mereka tak letih, lelah, ataupun bernapas. Mereka juga tak merasa dingin. Sangat tahan terhadap dingin dan asam kuat. Mereka begitu takut pada sihir Fire dan Light."
Tapi, hal yang membuat Lucien merasa takut adalah catatan itu tak menyebutkan apapun tentang api di mata zombie. Jelas ada hal yang tak beres.