Menurut catatan si penyihir, zombie air tak lebih kuat dari pria dewasa. Tapi tak seperti kebanyakan mayat hidup, zombie ini jauh lebih cepat dan gesit, meski mereka masih mempunyai ciri-ciri milik mayat hidup, yaitu ketahanan yang kuat terhadap serangan fisik atau kekebalan lainnya. Oleh karena itu, orang biasa dan bahkan beberapa pengawal kesatria biasanya tak akan selamat saat melawan zombie-zombie ini, kecuali pasukan kesatria ada dalam jumlah banyak.
Karena zombie air sangat takut sihir Fire dan Light, sebuah obor dapat membakar mereka jika digunakan dengan tepat. Namun zombie ini baru muncul dari air, berarti kekuatan dan kelincahannya akan meningkat secara signifikan. Sihir Fire juga tak jadi serangan kuat lagi karena air di tubuh zombie. Hanya sihir Light yang dapat membantu dalam situasi ini.
Lucien sama sekali tak siap. Meski dia tahu dia harus menghadapi zombie air suatu hari nanti, pastinya bukan hari ini. Si penyihir menyebutkan di catatan bahwa ada semacam bahan bernama Flame Jelly yang dapat digunakan untuk alkimia. Sepotong jeli bisa terbakar di air untuk beberapa saat. Namun, saat ini Lucien tak menguasai sihir Light yang berguna dan juga tak punya jeli seperti itu. Lebih buruknya lagi, entah bagaimana dia merasa zombie di hadapannya jauh lebih kuat dari zombie biasa yang dijelaskan si penyihir.
Kalau mengenai sihir Light, penyihir tak sebanding dengan para pastor. Selain Light Rays di level lingkaran pertama dan seterusnya, semua mantra tingkat murid yang berhubungan dengan Light bukan digunakan untuk menyerang.
Meskipun begitu, di antara sihir Elemen, sihir Fire berada di peringkat paling atas, karena sihir ini sulit dikendalikan. Sihir Fire satu-satunya yang ada di daftar sihir tingkat murid adalah Marius's Small Fire. Sihir ini hanya bisa digunakan untuk menyalakan kayu bakar saat seorang murid lupa membawa pemantik di alam liar.
Kabur adalah ide pertama dalam pikiran Lucien. Pada saat yang sama, zombie mutan itu sudah memakan habis otak si bandit dan beralih ke pengemis lain dengan cepat. Kemudian, Lucien mendengar retakan keras di leher pengemis. Setelah menekan kukunya dalam-dalam ke tengkorak, zombie membuka kepala pengemis dengan sangat mudah seperti membuka kacang kenari.
Kecepatan dan kekuatannya membuat Lucien berhenti. Setelah melihat itu, dia paham jika kabur berarti mati. Tak ada cara lain untuk bertahan selain melawan. Untuk itu, dia harus tenang.
Otak Lucien mulai menganalisis dengan cepat.
"Zombie takut cahaya, tapi sekarang masih subuh, dan di luar gelap.
"Zombie itu tak akan memberiku cukup waktu untuk menyalakan apapun dengan pemantik.
"Marius's Small Fire … Tapi, aku belum tahu caranya merapal mantra itu."
Lucien berdiri di sana. Dia melihat zombie menghabiskan otak dan kemudian beralih ke Skar. Pikirannya dipenuhi oleh ide dan rencana yang berbeda, tetapi tiap pemikiran itu ditolaknya dengan tenang.
Kemampuan untuk tetap tenang adalah sifat terpenting dari seorang penyihir yang unggul.
Zombie mutan bisa memberi efek sihir bernama Dread Aura pada target mereka untuk membekukan mereka dengan rasa takut. Tapi, ketakutan Skar terhadap zombie itu terlalu besar hingga dia berhasil menggerakkan kakinya dan berlari kencang.
Namun setelah berlari hanya beberapa langkah, zombie menyusul dengan cepat dan menangkap kakinya. Skar mengeluarkan jeritan melengking dengan putus asa.
"Disarming Loop, Eyes of Stars, Mage Hand, Extinguishment, Acid Splash, Freezing Rays … Hanya itu yang kutahu.
"Di antara mereka, Eyes of Stars dan mantra Extinguishment tak berguna di sini.
"Disarming Loop berguna, tapi masih tidak bisa untuk menghentikan monster itu."
Lucien masih berdiri di sana dan menatap monster tersebut.
Zombie mengangkat Skar dengan kedua cakarnya dan merobeknya langsung jadi dua bagian. Lucien dapat mendengar jantung, hati, dan isi perut Skar jatuh ke tanah disertai dengan darah yang mengucur deras. Jeritan pilu Skar masih bergema di saluran pembuangan.
"Mage Hand … juga tak cukup kuat.
"… Acid Splash … Tunggu! Belerang dibutuhkan untuk merapal Acid Splash, berarti komponen bubuk mesiu juga perlu. Selama proses perapalan, belerang menyala."
Otak Lucien berpikir keras memikirkan cara untuk bertahan hidup. Dia tak mau otaknya jadi santapan monster itu.
Zombie membuka kepala Skar, dan jaringan otak putihnya masih bergetar seperti semangkuk jeli.
Lucien bisa merasakan efek Dread Aura. Jantungnya berdegup kencang dan dia merasa sulit bernapas.
Dia tahu dia tak boleh kehilangan akal sehatnya. Jadi dia mulai menganalisis struktur sihir Acid Splash, sementara tangan kanannya meraih sakunya dan mengambil segenggam belerang.
"Aku harus menghentikan reaksi sihir di tengah-tengah saat belerang menyala.
"Catatan itu menyebutkan bahwa sihir ini bisa jadi bumerang. Akibatnya mulai dari kekuatan spiritual yang habis sampai kerusakan parah dalam roh, bahkan bisa lebih buruk."
Lucien menganalisis struktur sihir. Dia coba memecahnya jadi beberapa bagian untuk melewati bagian reaksi asam selama proses perapalan dan hanya menyisakan api dari belerang.
Proses dekonstruksi dan rekonstruksi perlu diulang beberapa kali. Walaupun Acid Splash hanya mantra tingkat murid yang begitu sederhana, ini masih sangat menantang bagi Lucien.
Sejujurnya, dia tak yakin jika dia takkan membunuh dirinya sendiri dengan mantra ini. Tapi dia tak punya pilihan lain.
Zombie melahap otak Skar dan membuang tubuhnya. Ia perlahan-lahan berbalik ke Lucien dan mulai berlari menuju target terakhirnya. Di mata Lucien, semua ini seperti gerakan lambat. Dia dapat mencium bau kematian dan merasa ketakutan luar biasa.
Tak seorang pun tahu ketakutan Lucien dari wajahnya. Lucien tak bergerak sama sekali. Dia hanya berdiri di sana dengan belerang yang perlahan jatuh melalui jari-jarinya.
Zombie itu bahkan lebih cepat dari yang Lucien duga. Dalam sedetik, makhluk mengerikan itu hanya berjarak satu meter darinya.
Sementara itu, Lucien mulai merapalkan mantra dan memaksakan dirinya untuk berhenti sebelum benar-benar selesai merapal. Dia merasa begitu pusing seperti dipukul di kepala dan hidungnya mulai berdarah. Tapi, api kecil muncul seketika di depan Lucien.
Cakar zombie hanya tinggal beberapa inci dari kepala Lucien.
Kekuatan Lucien benar-benar habis. Dia tak bisa mempertahankan api itu dan membiarkannya semakin membesar lagi. Di saat-saat terakhir, dia melepaskan api itu dan jatuh ke tanah.
Dia telah mencoba yang terbaik.
Cakar zombie menarik pakaiannya dan meninggalkan bekas sobek yang panjang di sana.
Tiba-tiba, tembok api meledak diantara Lucien dan zombie. Dengan sendirinya, dia mengangkat tangannya yang terluka untuk melindungi kepala. Dia lalu berguling menjauh dari api biru tersebut.
Dinding api tak bertahan lama. Namun, setelah bunyi mendengung, zombie itu diselimuti api seperti obor berbentuk manusia.
Zombie tersebut mengayunkan cakarnya. Dia berhenti menyerang Lucien dan mulai tertatih-tatih ke air, tapi monster itu jadi lebih lambat sekarang.
Tentu saja, Lucien tak akan membiarkannya kembali ke sungai.
Lucien memegang belati, lalu berdiri dan berlari menyusul zombie. Lucien menendang zombie ke bawah dengan ganas dan menikam belati ke dalam lubang di mana kedua api putih itu berkedip-kedip. Lucien merasakan sakit yang membakar disebabkan oleh hawa panas.
Sekali, dua kali … Lucien terlalu takut untuk berhenti menikam monster itu, seolah-olah zombie tersebut akan mengambil kesempatan dan merobeknya jadi dua jika dia kehilangan momentum, bahkan sedetik saja.
Meski begitu, zombie itu masih merangkak ke sungai dengan api di punggungnya. Tapi beberapa meter dari sungai, nyala api putih di matanya padam dan tulang-tulangnya runtuh.
Sambil terengah-engah dengan susah payah, Lucien mengeluarkan otak zombie dengan belatinya. Dia masih ingat dia membutuhkannya.
Setelah otaknya diambil, zombie berubah jadi abu tak lama kemudian, yang ternyata ada sesuatu berukuran kecil yang bersinar di sana.