Chereads / Singgasana Magis Arcana / Chapter 5 - Perubahan Mendadak

Chapter 5 - Perubahan Mendadak

Setelah melihat mata-mata merah itu, Lucien merasakan kalau tangan dan kakinya sedang gemetar, telinganya pun berdengung. Pikiran yang berbeda tentang apa yang seharusnya dia lakukan atau tidak lakukan membuatnya kewalahan, jadi dia hanya diam dan berdiri di sana.

"Lencana! Aku masih memiliki lencananya!"

Lencana itu adalah bantuan terbesarnya. Ketika Lucien mencoba untuk berkonsentrasi dan merapal mantra perisai, teriakan mendadak dari Gary hampir membuatnya takut setengah mati.

"Rapal Light!" Suara Gary tenang dan tegas. Dia berteriak keras untuk menyadarkan mereka yang terdiam karena rasa takut.

Benar sekali! Lucien menyadari kalau prioritas utama mereka adalah agar dapat melihat dengan jelas. Dia mengusap lencana itu dan bergumam, "Gaya."

Bola cahaya putih muncul di depan mereka dan cahaya itu menerangi tempat yang gelap ini.

Kemudian Lucien melihat mereka, tikus bermata merah dengan ukuran normal. Seluruh lantai, dinding, dan bahkan tanaman aneh berbentuk manusia itu tertutup tikus hitam yang jumlahnya begitu banyak. Pemandangan ini membuat Lucien merinding.

Tikus-tikus itu juga melihat musuh mereka. Begitu cahaya muncul, tikus-tikus itu mulai berteriak dan menerjang ke arah para manusia.

Pada saat itu, mereka berhasil melihat sekilas ruangan tersebut. Di sana, terdapat sebuah meja yang ditempatkan di sudut ruangan dengan tiga buku bersinar di atasnya. Meja lain yang datar, lebar, dan tampak aneh berada di tengah ruangan. Meja itu digambari dengan berbagai pola aneh, seperti merah, biru, atau hijau. Pola-pola itu mirip dengan yang ada di Lencana Saint Truth. Ada pula beberapa kompor kecil, panci, dan botol kaca.

Tapi, mereka tak punya cukup waktu untuk memperhatikan setiap detail ruangan itu karena monster-monster gila ini sudah melompat di depan mereka.

Howson dan Corella memegang pedang dan perisai mereka. Punggung mereka menempel dengan punggung Gary dalam formasi sederhana.

Tikus yang berada paling depan melompat ke arah Lucien. Mulutnya terbuka lebar, menunjukkan taring panjang nan tajam di sana.

Lucien mengangkat Sword of Light dan mengayunkan pedang itu dengan cepat ke tikus bermata merah. Namun dia terlalu gugup untuk memprediksi gerakan tikus itu, sehingga pedangnya luput. Meski begitu, cahaya yang keluar dari pedang itu masih bisa mengenai tikus tersebut. Lucien bisa mencium bau daging tikus yang terbakar. Kulit tikus itu menghitam dan tergulung ke dalam.

Namun tikus itu tak berhenti dan sudah berada di depan wajah Lucien seakan tikus tersebut tak dapat merasakan sakitnya. Lucien bisa mencium bau busuk yang berasal dari mulutnya.

Lucien terlalu gugup untuk mengambil keputusan yang tepat. Dia mencoba mengangkat pedangnya sekali lagi dan disaat bersamaan mengulurkan tangan kirinya ke depan sebagai pertahanan. Dia hampir menjatuhkan pedang itu karena panik.

Karena merasa putus asa, Lucien tak bisa melakukan apapun selain melihat makhluk itu akan menancapkan gigi-giginya yang tajam ke dadanya.

Disaat kritis ini, sebuah pedang bercahaya terayun dan menebas tikus itu secara langsung, membelahnya menjadi dua bagian.

"Jangan panik. Lindungi bagian vitalmu. Kau masih memiliki mantra penyembuh," perintah Gary.

Corella juga memerintahkan dengan suara keras, "Kau idiot! Kemarilah bersama kami! Berdiri di depan begitu, apa kau mau mati?! "

Mereka sadar kalau Lucien adalah satu-satunya lelaki di antara mereka yang membawa lencana. Benda itu tentu sangat penting bagi mereka. Mereka mungkin bisa bertahan menghadapi tikus-tikus gila ini tanpa mantra, tetapi tak ada yang tahu apa yang menunggu mereka selanjutnya.

Lucien berusaha untuk menenangkan diri. Para pengawal ini terlatih dengan baik, jadi mereka tahu apa yang harus dilakukan saat menghadapi bahaya. Tapi, Lucien hanya seorang bocah cilik yang tak bisa melindungi dirinya sendiri. Tidak ada seorang pun yang dilahirkan untuk bertarung atau dilahirkan dengan kemampuan untuk tetap tenang saat menghadapi bahaya.

Dalam pertarungan nyata pertamanya ini, bimbingan dari pengawal berpengalaman seperti Gary akan menjadi pelajaran berharga bagi Lucien di masa mendatang.

Setelah beberapa saat, Lucien akhirnya kembali tenang. Sambil menebas dengan pedangnya, dia perlahan melangkah mundur dan bergabung dengan para pengawal.

Sekarang bukan hanya satu atau dua tikus, namun ada ratusan tikus yang mulai menyerang mereka dengan gila.

Pedang Lucien ini tajam dan tampak mewah. Saat dia mengayunkannya, pedang ini dikelilingi oleh lingkaran cahaya. Lucien bisa melihat bayangan pedang yang nyaris tampak nyata setiap dia mengayunkan pedang ini. Menuruti perintah Gary, Lucien menggunakan pedang cahaya untuk melindungi mereka.

Setiap tikus yang berlari ke arah Lucien dibelah jadi dua dengan pedangnya. Tebasan panas membakar organ-organ tikus itu dan kulit mereka hangus tanpa menjatuhkan setetes darah pun. Beberapa serangannya sempat meleset. Bahkan saat serangan Lucien gagal, bulu dan kulit tikus-tikus itu tetap hangus. Tikus-tikus itu menjadi lebih lambat dan roboh ke lantai tepat dihadapan Lucien.

Tiga pengawal lain bertanggung jawab menghabisi tikus-tikus yang tersisa.

"Haha, kerja bagus, Nak!" Corella bersiul.

Tapi Lucien tak merasa puas. Dia bisa merasakan kekuatan pedang itu perlahan berkurang.

Gary masih membereskan yang tersisa, "Tenang. Kami memiliki kekuatan yang cukup untuk menghadapi monster-monster ini."

Babak serangan baru datang lagi seperti segerombolan hitam.

Lucien bertambah jago dengan cepat. Meski masih khawatir, dia memutuskan untuk yakin pada dirinya sendiri dan ketiga pengawal itu.

Tubuh tikus-tikus mati yang terpotong itu jatuh ke tanah seperti tetesan air hujan. Tetapi beberapa tikus bermata merah masih berhasil melewati pertahanan dan bergerak ke arah mereka dengan cepat.

Mereka tidak bisa menangani semua ini dan Lucien pun merasa cemas. Tidak ada yang bisa menggunakan pedang secepat itu.

Tentu saja, mereka bertarung tidak hanya dengan pedang mereka. Dua perisai perak kecil bekerja sama dengan pedang. Tikus yang melompat-lompat itu tak bisa berhenti tepat waktu dan langsung menghantam logam. Banyak tikus yang menggelepar di lantai dan kemudian mati.

Corella tertawa, "Kau tak bisa jadi kesatria yang baik tanpa perisai!"

Setelah beberapa kali serangan, para tikus bermata merah mengubah pola serangan mereka. Alih-alih melompat langsung ke wajah Lucien dan para pengawal, beberapa tikus mulai mendekati mereka melalui lantai dan beberapa tikus lain naik ke dinding untuk menyerang mereka dari atas.

Situasinya kembali menjadi serius.

"Serahkan tikus yang datang dari atas padaku." Howson, penjaga bertubuh jangkung yang tidak bicara sejak tadi, berkata kepada mereka.

Lucien mengangguk dengan rasa terima kasih dan menggunakan pedang cahayanya untuk melawan tikus yang menyerang mereka dari tanah. "Shield of Light?"

"Belum." Gary menggelengkan kepalanya.

Mereka seperti perahu kecil yang mengambang di lautan yang mengamuk. Mereka bisa dengan mudah dihancurkan.

Tiba-tiba, Howson melewatkan satu tikus dan tikus itu jatuh tepat di pundak Corella. Tikus itu menggigit Corella dengan keras di lehernya. Corella mengerang kesakitan dan menghentakkan bahunya.

"Aku digigit! Bahuku mati rasa. Giginya pasti beracun." Dia memaki dengan sengit.

"Biar kusembuhkan." Lucien hendak menggosok lencana itu tetapi dihentikan oleh Gary.

"Corella masih bisa bertahan. Ada terlalu banyak tikus di sini. Simpan untuk ... Aduh!"

Sebelum selesai bicara, Gary mendapat gigitan di bawah pelindung lututnya.

Para pengawal pun segera mulai memusatkan perhatian pada bagian tubuh yang tak terlindungi. Tidak seperti para pengawal yang mengenakan pelindung lutut, sepatu bot, dan chain mails, Lucien hanya mengenakan pakaian linen yang pendek. Tiba-tiba, dia mendapat gigitan di pergelangan kakinya.

Karena merasa kesakitan dan mati rasa di pergelangan kaki, Lucien hampir kehilangan keseimbangannya. Dia merasa haus di saat yang bersamaan dan dia ingin minum air.

"Lindungi dirimu sendiri. Angkat Shield of Light-mu dulu. Kemudian gunakan Healing," perintah Gary. Setengah dari tikus di sini sudah mati.

Lucien berubah fokus dengan cepat dan mengusap lencana itu.

"Simen."

Perisai cahaya putih pun muncul dan menutupinya. Dia akan membutuhkan waktu lebih untuk merapal mantra lain, jadi dia melangkah maju dan mencoba untuk melindungi teman-temannya di bawah perisai dan dinding yang terbuat dari pedang.

Setelah beberapa detik, Lucien kembali berkonsentrasi dan mengusap lencana itu.

"Gourdi."

Cahaya putih pun memancar dari salib dan menutupi pergelangan kakinya. Pergelangan kaki Lucien yang mati rasa jadi normal kembali dalam sekejap.

Meski Corella dan Gary masih terluka, tapi situasinya telah berbalik. Jumlah tikus bermata merah itu berkurang, jadi Lucien menggunakan kesempatan ini dan menyembuhkan orang-orang yang juga terluka.

Corella sedikit menghela napas setelah menusuk satu tikus terakhir, "Akhirnya selesai."

Tanah ditutupi oleh lapisan tikus yang mati dan darah hitam tikus-tikus itu.

Sambil berdiri di sana, Lucien masih merasa tidak percaya kalau dia benar-benar berhasil. Gary mengangguk padanya, "Kerja bagus, Lucien." Dia kemudian berbalik dan berkata, "Kalian juga, kerja bagus."

Corella tampak cemas. Dia menjawab dengan suara bingung dan takut, "How ... Howson tidak ada di sini ..."

Howson, yang pendiam namun dapat diandalkan, orang yang dari tadi melindungi mereka dari belakang, menghilang?!

Lucien mulai merasa ketakutan lagi.

  1. Healing, mantra penyembuhan