Chereads / Manusia Abadi / Chapter 99 - Mahalnya Ruang Penempaan Petir

Chapter 99 - Mahalnya Ruang Penempaan Petir

Kota Fringe.

Nama kota itu terdengar seperti kota yang terpencil. Namun kenyataannya tidak sama sekali.

Meskipun tembok-tembok di sini dipenuhi bercak karat akibat cuaca, tempat ini luar biasa ramai. Ada banyak sekali kereta binatang biasa dan kereta binatang terbang berlalu-lalang di sini. Semua orang yang lewat di jalanan membawa senjata di punggung mereka, sambil memancarkan aura yang mengesankan dari seluruh tubuh mereka. Dibandingkan dengan kota yang dihuni manusia biasa, kota yang dihuni para kultivator ini benar-benar tak terlukiskan.

Mo Wuji membawa peralatan pemurnian obat di punggungnya saat ia berjalan memasuki kota. Menurut informasi yang ia kumpulkan, ada sekte lain yang berada di dekat Kota Fringe. Selain Sekte Formless Blade, ada juga Sekolah Nine Spirits, Sekte Thundercloud, Aliansi Thousand Leaves, dan setidaknya ada juga sepuluh sekte lainnya.

Sekte Formless Blade bukanlah sekte terkuat di antara semua sekte ini. Karena itulah, Yan Qianyin memperingatkan Mo Wuji untuk berusaha sekeras mungkin agar tidak menyinggung orang lain.

Selain ada banyak orang di Kota Fringe, ada banyak penginapan dan hotel juga. Mo Wuji segera menemukan sebuah tempat untuk menginap: Penginapan North Water. Menurut pelayan di situ, Penginapan North Water adalah penginapan yang paling dekat dengan Menara Pelatihan Immortal.

Meskipun ini adalah kotanya para kultivator, Mo Wuji baru tahu bahwa fasilitas Penginapan North Water jauh dari Hotel Tian Luo di Kota Chang Luo. Satu-satunya hal yang baik dari penginapan itu adalah para pengunjung dapat membayar kamar dengan menggunakan koin emas, jika tidak, Mo Wuji tidak mau tinggal di sana. Ia hanya memiliki 100 buah batu spiritual, dan ia bahkan mendengar bahwa batu-batunya termasuk dalam kelas rendah.

Selain dari upahnya sebagai Ahli Pil tamu, ia mendapatkan sebagian besar dari seratus batu spiritualnya dari Gunung Formless Blade.

Yang membuat Mo Wuji sedikit senang adalah bahwa penginapan itu sebenarnya memiliki ruang sendiri untuk membuat pil. Bagi para tamu, ruang pil ini tidak akan digunakan untuk meramu pil; melainkan digunakan sebagai tempat binatang peliharaan mereka, tempat pandai besi, atau fungsi-fungsi lainnya.

Mo Wuji menginginkan ruang pil ini bukan untuk meramu obat, tetapi untuk meramu Larutan Channel Opening. Itu juga alasan mengapa ia membawa peralatan pemurnian obatnya. Mo Wuji bermaksud untuk meracik larutannya di malam hari, dan pergi ke Menara Pelatihan Immortal di siang hari untuk membuka meridiannya. Ini adalah cara terbaik untuk memanfaatkan waktunya.

Setelah menempatkan barang-barangnya di penginapan, hal pertama yang dilakukan Mo Wuji bukanlah datang ke Menara Pelatihan Immortal untuk melihat-lihat. Karena Yan Qianyin sudah mengatakan bahwa ada Ruang Penempaan Petir di sana, maka pasti ruangan itu akan ada di sana. Hal pertama yang ia lakukan adalah membeli bahan-bahan obat dan bersiap untuk membuat Larutan Channel Opening. Ia hanya membawa beberapa botol kosong sebagai wadah larutan itu; jumlah botol-botol ini tidak cukup baginya.

...

Karena ini adalah kota bagi para kultivator, Mo Wuji tidak perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk mendapatkan bahan-bahan yang ia butuhkan, apalagi ia hanya membeli bahan obat yang sangat umum. Hanya dalam dua hingga tiga jam saja, ia sudah siap untuk memulai pembuatan larutannya. Kali ini, ia membeli 30 suplai bahan-bahan.

Saat ini, meramu Larutan Channel Opening terasa sangat mudah bagi Mo Wuji, semudah menanak nasi. Selain itu, ia juga sudah berada di Tahap Channel Opening Level 4, sehingga konsentrasinya jauh meningkat dari sebelumnya. Dalam satu malam saja, ia sudah membuat 15 botol Larutan Channel Opening. Bila ditambahkan dengan tujuh botol yang sudah ia miliki terlebih dahulu, sekarang ia mempunyai sebanyak 22 botol Larutan Channel Opening.

Ketika fajar menyingsing, Mo Wuji berhenti membuat ramuannya. Ia lalu duduk dan mulai berkultivasi. Meskipun ia tidak tidur sepanjang malam, semangat dan vitalitas Mo Wuji bisa diisi ulang hanya dengan dua jam kultivasi.

Setelah makan sarapan yang sederhana, Mo Wuji membawa 22 botol Larutan Channel Opening dan pergi menuju Menara Pelatihan Immortal.

Jika ia memiliki cukup kesempatan, Mo Wuji berniat untuk membuka meridian sebanyak yang ia bisa, sebelum perlahan-lahan berkultivasi.

Bagi para kultivator, membuka spirit channel adalah fase yang dilakukan dalam Tahap Channel Opening. Ketika mereka naik ke Tahap Spirit Building, spirit channel yang sudah terbuka di dalam tubuh akan diperbaiki, sehingga mereka tidak bisa lagi membuka spirit channel. Kecuali jika kultivator memilih untuk menyia-nyiakan kultivasinya, dan mencoba sekali lagi dari awal Tahap Channel Opening. Tetapi, bahkan seorang idiot pun tidak mau melakukan hal seperti itu.

...

Dari sudut pandang Mo Wuji, sebagai kota kultivator, dan adanya Menara Pelatihan Immortal sebagai tempat paling terkenal di Kota Fringe, seharusnya kota ini memiliki alun-alun kota yang sangat besar, karena menara itu terletak di alun-alun kota. Setidaknya, seharusnya alun-alunnya lebih besar dari pada alun-alun Kota Chang Luo.

Namun, ketika Mo Wuji tiba di depan Menara Pelatihan Immortal, ia bisa melihat bahwa wilayah ini tidak sebanding dengan yang ada di Kota Chang Luo. Satu-satunya hal yang menakjubkan di tempat ini adalah adanya lima kata besar berwarna emas yang melayang di luar alun-alun: Menara Pelatihan Immortal Kota Fringe.

Karena alun-alun ini relatif kecil, dan ada banyak orang berlalu-lalang, maka tempat ini tampak sangat ramai. Di tengah alun-alun, ada sebuah menara yang tingginya lebih dari 100 meter. Karena bangunan badan menara itu lebar, sehingga menara itu tampak seolah-olah seperti menara yang kembung.

Mo Wuji sudah terbiasa melihat gedung-gedung pencakar langit di Bumi. Maka dari itu, sebuah menara yang tingginya tidak lebih dari 150 meter tidak membuatnya terkejut.

Saat ia berjalan mendekati menara itu, Mo Wuji melihat sebuah papan besar yang digantung di luar pintu. Papan itu menunjukkan harga dari berbagai ruangan penempaan. Mo Wuji tidak hanya melihat Ruang Penempaan Lima Element yang sebelumnya disebutkan oleh Yan Qianyin, ia juga melihat Ruang Pelatihan Pedang, Ruang Gravitasi, Ruang Melayang...

Dari ruangan kultivasi yang bisa dibayangkan maupun yang tak bisa terbayangkan, tempat ini memiliki semuanya. Namun, setelah Mo Wuji melihat label harganya, kesenangannya di awal kini turun hingga setengahnya. Semua ruang penempaan termurah memakan biaya 10 batu spiritual perhari, atau lebih. Yang lebih mahal bahkan membutuhkan lebih dari 100 batu spiritual; terutama Ruang Pelatihan Pedang yang membutuhkan sampai 300 batu spiritual kelas rendah hanya untuk satu hari.

Mo Wuji bergegas mencari daftar harga ruang penempaan yang bersifat eklektik[1], dan ia segera menemukan tulisan 'Ruang Penempaan Petir'.

Ketika ia melihat harga dari Ruang Penempaan Petir, napasnya menjadi dingin. Harga ruangan itu tidak dihitung per hari, tetapi per jam. Setiap jam memakan biaya 10 batu spiritual kelas rendah. Dengan jumlah batu spiritual yang ia miliki, ia hanya mampu membayar 10 jam.

Setelah ia ragu-ragu untuk beberapa saat, Mo Wuji memilih untuk tetap memasuki Menara Pelatihan Immortal itu. Jika ia hidup sendirian, ia pasti akan mengambil risiko untuk mencari Lightning Crocodile Berkaki Enam. Namun, ia sekarang sudah bersama dengan Yan'Er, jadi ia tidak punya waktu untuk berburu Lightning Crocodile. Selain itu, jika ia punya pilihan lain, ia tidak akan mau mengambil risiko membahayakan hidupnya dengan melawan Lightning Crocodile. Lagi pula, batu spiritual bisa dicari, tetapi nyawa yang hilang tidak dapat dikembalikan. Ia bahkan sudah menjadi Pembuat Pil Jenjang 2, ia juga membawa persediaan pil yang cukup. Semua pil itu bisa digunakan untuk ditukar dengan batu spiritual...

"Aku ingin menggunakan Ruang Tempering Petir selama dua jam..." Dengan hati-hati Mo Wuji mengeluarkan 20 batu spiritual dan meletakkannya di depan loket pembayaran.

Ia teringat satu kalimat dari sebuah esai yang pernah ia baca: "'Dua mangkuk wine hangat, dan sepiring kacang adas, dan ia menyerahkan sembilan koin tembaga."[2]

Mo Wuji tiba-tiba memiliki suasana hati yang sama dengan apa yang dirasakan Kong Yiji. Sama seperti Si Tua Kong, Mo Wuji juga harus menyerahkan 20 batu spiritual yang berharga ini dengan emosi yang mendalam.

"Ruang Penempaan Petir membutuhkan deposit sebanyak 100 batu spiritual. Kami akan mengurangi saldo dari deposit Anda tiap jam, dan batu spiritual yang tersisa akan dikembalikan kepada Anda." Jawab suara yang terdengar mekanis dari balik jendela loket itu.

Kau butuh sebuah deposit?

Melihat wajah Mo Wuji yang terkejut, seorang pria di sampingnya berkata, "Saudaraku, pasti ini adalah pertama kalinya kau datang ke sini, bukan? Semuanya membutuhkan deposit di sini. Kau dapat meminta sebuah selip batu giok, dan memasukkan saldo berupa beberapa batu spiritual ke dalam selip giok itu. Nantinya, kau dapat membayar menggunakan selip giokmu saja."

Mo Wuji bergegas mengucapkan terima kasih, sebelum mengeluarkan seluruh 100 batu spiritual dari dalam tasnya. Untung saja ia memiliki tepat 100 batu spiritual. Kalau tidak, ini akan menjadi perjalanan yang sia-sia.

Setelah menyerahkan 100 batu spiritual, petugas di balik jendela loket itu segera menyerahkan sebuah selip batu giok pada Mo Wuji. Pada saat yang sama, petugas itu berkata dengan suara mekanis yang terdengar dingin, "Masukkan selip giok itu ke dalam alur pintu Ruangan Penempaan Petir. Ketika Anda keluar, kembalikan selip giok itu untuk ditukar dengan batu spiritual yang tersisa dari saldo deposit Anda. Jika Anda melebihi batas waktu, Anda harus menyerahkan batu spiritual tambahan."

"Bisakah kau meminjamkan tiga batu spiritual padaku? Aku hanya punya 97 batu spiritual, dan tidak cukup untuk membayar sebuah deposit. Jangan khawatir, aku hanya akan berkultivasi selama dua jam. Jadi setelah aku mendapatkan depositku, aku akan menunggu di sini untuk mengembalikan batu spiritualmu." Tiba-tiba terdengar suara yang agak lembut di telinga Mo Wuji. Mo Wuji menoleh dan melihat seorang pemuda berusia sekitar 13 hingga 14 tahun yang sedang menatapnya dengan penuh harap.

Sepertinya pemuda ini telah melihat Mo Wuji menyerahkan batu spiritualnya, dan ia berpikir bahwa Mo Wuji memiliki lebih banyak batu spiritual.

Di mata Mo Wuji, pemuda ini tampaknya benar-benar kekurangan tiga batu spiritual. Ia bisa dengan jelas melihat suatu keinginan dari sorot mata pemuda ini. Jika Mo Wuji memiliki lebih banyak batu spiritual, ia tidak akan keberatan meminjamkan tiga batu spiritual pada pemuda itu. Sayangnya, Mo Wuji benar-benar tidak memiliki batu spiritual yang tersisa, dan ia meminta maaf kepada pemuda itu, "Aku benar-benar minta maaf. Aku hanya punya 100 batu spiritual."

Saat Mo Wuji mengatakan kalimat ini, ia melihat beberapa tatapan meremehkan dari orang-orang di sekitarnya.

Mata pemuda itu menunjukkan ekspresi kecewa. Sepertinya ia juga berpikir bahwa Mo Wuji hanyalah mencari alasan. Pemuda itu menunjukkan pandangan kecewanya itu ke orang-orang di sekelilingnya, tetapi tidak ada seorang pun yang berbicara ataupun menolong pemuda itu.

"Aku akan membantumu dengan tiga batu spiritual itu," Tiba-tiba terdengar suara yang memikat, lalu ada seseorang yang menyerahkan tiga batu spiritual ke tangan pemuda itu.

Yang menolong anak muda itu adalah seorang pria muda yang menarik, dan bahkan Mo Wuji secara diam-diam memuji penampilan orang itu. Pria muda itu tidak hanya tampan, suaranya juga terdengar magnetik dan membawa daya tarik. Kau bahkan tidak perlu melihat wajahnya; lengannya yang panjang dan ramping saja sudah cukup untuk membuat banyak wanita iri.

Jika tempat ini adalah Bumi, pria muda itu bisa dengan mudah mendapatkan uang menggunakan ketampanannya.

Ada seorang wanita cantik di sebelah pria muda itu, matanya menatap Mo Wuji dengan ekspresi jijik.

Mo Wuji hanya menggelengkan kepalanya; ia tidak keberatan dengan masalah ini. Ia melihat selip giok di tangannya, yang bertuliskan: Ruangan Petir 1.

  1. Eklektik: bersifat memilih yang terbaik dari berbagai sumber (tentang orang, gaya, metode. dll)
  2. Ini dari sebuah puisi karya Lu Xun, seorang tokoh Sastra Cina modern. Terjemahan puisi bisa dilihat di sini: http://chinesetoenglishtraslation.blogspot.com/2009/02/blog-post.html