Chereads / Manusia Abadi / Chapter 100 - Beruntungnya Aku Masih Hidup

Chapter 100 - Beruntungnya Aku Masih Hidup

Ruangan Petir 1 terletak di lantai 9 Menara Pelatihan Immortal Kota Fringe. Ruangan itu adalah ruangan pelatihan pertama yang dilihat Mo Wuji ketika ia tiba di lantai 9. Memang ada sebuah alur untuk menyelipkan selip batu giok di pintu luar ruangan penempaan itu. Mo Wuji memasukkan selip batu gioknya ke dalam alur itu, lalu pintu batu yang berat dari ruangan penempaan itu mulai terbuka dan menimbulkan suara berderit.

Setelah Mo Wuji memasuki ruangan di balik pintu batu itu, secara otomatis pintu itu menutup di belakangnya. Mo Wuji memeriksa ruangan ini. Dinding ruangan ini terbuat dari batu, luas lantainya paling tidak sekitar 200 meter persegi, dan tingginya sekitar 10 meter. Ruangan itu benar-benar kosong. Ada tiga tuas di pintu masuknya. Yang pertama berlabel 'Mulai Pelatihan', yang kedua berlabel 'Stop Pelatihan', dan yang terakhir berlabel 'Buka Pintu'. Selain itu, tidak ada tombol atau tuas lain untuk mengatur kekuatan petir di dalam ruangan ini.

Meskipun ia belum pernah menjalani pelatihan di ruangan penempaan petir sebelumnya, ini bukan pertama kalinya Mo Wuji menggunakan petir untuk membuka meridiannya. Sebotol Larutan Channel Opening diteguk Mo Wuji hingga habis, lalu ia menarik tuas pertama untuk memulai pelatihannya.

Gelombang suara bergemuruh terdengar dari semua sudut ruangan. Setelah Mo Wuji menarik sekitar 10 kali napas, beberapa kilat petir kecil mulai keluar. Meskipun ruang penempaan petir ini agak besar, tapi Mo Wuji memperhatikan bahwa petir-petir itu hanya mendarat dalam radius beberapa meter di tengah ruangan, sambil menimbulkan suara gemerisik listrik yang keras. Petir-petir itu tidak menyambar ke sudut ruangan yang lain. Kekuatan petir itu tidak lebih lemah dari petir yang pertama kali ia temui di danau petir. Tanpa sedikit pun keraguan, Mo Wuji melangkah ke tengah ruangan yang terkena sambaran petir itu. Setiap menit yang ia habiskan untuk merasa ragu-ragu, nilainya sama dengan setiap batu spiritual yang terbuang sia-sia.

*Blaarr... kraakk...* Petir itu mengenai tubuh Mo Wuji. Seketika aliran energi panas yang dibawa oleh petir itu diarahkan oleh Mo Wuji menuju ke berbagai meridian di dalam tubuhnya. Saat itulah Mo Wuji merasakan perbedaan antara petir di ruangan ini dengan petir yang berasal dari danau petir maupun petir dari Lightning Crocodile Berkaki Enam. Kekuatan setiap sambaran petir di sini terasa konsisten. Bagi Mo Wuji, petir sejenis ini jauh lebih baik untuk membuka meridiannya.

Betapa enaknya menjadi kaya. Bahkan di dunia kultivator, fakta itu tidak berubah.

Setelah Mo Wuji melakukan satu sirkulasi besar dengan menggunakan 'Teknik Immortal Mortal', meridian ke-28 di tubuhnya terbuka.

Sayangnya, sekarang ia tidak memiliki batu spiritual. Jika ia memilikinya saat ini, ia pasti akan mengambil kesempatan ini untuk berkultivasi pada saat yang bersamaan. Siapa yang tahu, seperti apa rasanya berkultivasi sambil disambar petir?

Kilatan-kilatan petir menghujani Mo Wuji tanpa henti, dan ia juga mengonsumsi botol demi botol Larutan Channel Opening tanpa henti. Satu-satunya hal yang menguntungkan untuk membuka meridiannya di ruangan penempaan petir adalah ia tidak perlu khawatir tentang keselamatannya. Ketika ia tidak bisa bertahan lagi di bawah sambaran petir, ia bisa keluar dari tengah ruangan itu untuk beristirahat sebentar.

Itu adalah kemewahan yang tidak dimiliki Mo Wuji ketika ia berada di danau petir atau ketika ia menghadapi Lightning Crocodile. Ketika ia ingin memanfaatkan Lightning Crocodile, ia harus membawa seseorang untuk membantunya, agar ia tidak terbunuh oleh buaya itu secara tidak sengaja.

Sebaliknya, danau petir adalah tempat yang jauh lebih berbahaya untuk melakukan pelatihan. Tidak ada yang tahu kapan petir yang sangat kuat akan menyerang. Untuk petir yang sekuat itu, mungkin hanya satu petir saja sudah dengan mudah menghilangkan pemula yang lemah seperti Mo Wuji dari muka planet ini.

Di ruangan penempaan petir ini, hampir tidak ada satupun daging Mo Wuji yang masih berada dalam kondisi aslinya. Untungnya, sedari awal ia sudah melemparkan pakaiannya di luar radius kilat. Kalau tidak, maka ia harus meninggalkan menara ini sambil telanjang. Bagaimana caranya ia mengantisipasi keadaan itu untuk mengambil pakaian cadangan?

Aroma daging hangus memenuhi ruangan penempaan petir itu. Tiap kali ia disambar petir, tubuh Mo Wuji akan kejang-kejang tak terkendali. Meskipun demikian, ia tidak memilih untuk meninggalkan radius petir di tengah ruangan itu untuk beristirahat. Tidak boleh ada satu pun petir yang terbuang sia-sia hanya untuk beristirahat, karena setiap petirnya sudah dibeli menggunakan batu spiritual. Lebih pentingnya lagi, Mo Wuji menyadari bahwa meskipun ruangan ini termasuk aman dan stabil, tetapi ada satu faktor yang kurang: ia tidak mendapatkan tekanan untuk memperjuangkan hidupnya di ruangan ini.

Satu hal yang benar dari perkataan Yan Qianyin adalah bahwa akan sulit bagi seseorang untuk menjadi seorang ahli spiritual, jika ia tidak pernah mengalami situasi antara hidup dan mati. Tekad Mo Wuji dalam menghadapi sambaran petir ini juga berfungsi untuk mendorong dirinya hingga mencapai batas kemampuannya. Selama ia belum mencapai batasan antara hidup dan mati, ia tidak akan memilih untuk beristirahat.

Tekad terkadang lebih penting daripada bakat. Bagi Mo Wuji, untuk sampai ke level di mana ia berada sekarang, mungkin bakatnya juga berperan penting. Tetapi di dalam hatinya, ketabahan dan tekadnya memiliki peran yang paling penting.

33 meridian... 34 meridian...

Ketika Mo Wuji meminum botol Larutan Channel Opening ke-30, empat kilatan petir mengirim aliran energi secara terus-menerus. Mo Wuji memandu aliran itu ke meridiannya yang ke-36. *Duaarr!* Setelah keempat petir itu benar-benar meledakkan meridian ke-36 itu hingga terbuka, perasaan rileks menyebar ke seluruh tubuhnya. Siapa yang peduli kalau ia kini terbakar hingga menghitam, dan tubuhnya dipenuhi goresan dan luka yang disebabkan oleh sambaran petir? Begitu meridian ke-36 terbuka, sebuah perasaan yang luar biasa mengalir di seluruh tubuhnya.

Perasaan gembira dan nyaman ini mirip dengan apa yang ia rasakan ketika ia naik dari Tahap Channel Opening Level 3 ke Level 4. Tidak, rasa ini bahkan lebih nikmat dari itu.

Mo Wuji, yang awalnya berencana untuk istirahat sejenak setelah membuka 36 meridian, kini berubah pikiran. Tubuhnya merasa sangat nyaman, bahkan mungkin terasa lebih kuat daripada saat sebelum ia memasuki ruang penempaan petir itu. Jadi ia memutuskan bahwa ia akan menghabiskan semua Larutan Channel Openingnya sebelum akhirnya berhenti.

Isi botol Larutan Channel Opening yang ke-14 sudah turun ke tenggorokannya. Namun, rasa gelisah muncul di hati Mo Wuji, karena sensasi panas terbakar dari larutan itu tidak terasa lagi. Selain rasa panas yang ringan di tenggorokannya, tidak ada reaksi lain dari tubuhnya. Tanpa reaksi dari tubuhnya, ia tidak akan bisa mengarahkan petir untuk menyerang meridiannya dan membukanya.

Beberapa petir terus mendarat ke tubuhnya. Mo Wuji membiarkan petir-petir itu untuk menyerang tubuhnya dengan bebas. Tetapi, selain kerusakan fisik yang ditimbulkan petir itu padanya, tidak ada manfaat lain yang bisa ia dapatkan lebih jauh

Perasaan tidak nyaman membuncah dalam dirinya. Karena putus asa, Mo Wuji meminum lima botol Larutan Channel Opening, tetapi tidak berhasil. Yang ia rasakan hanyalah rasa panas di tenggorokannya, namun meridiannya tidak lagi merespons.

Kilatan petir terus menyambarnya, dan Mo Wuji memaksakan dirinya untuk memulai sebuah proses sirkulasi agar ia bisa mengarahkan petir itu ke arah salah satu meridian yang memungkinkan untuk terbuka.

*Blaarr!* Mo Wuji memuntahkan darah tepat ketika petir itu diarahkan ke dalam tubuhnya. Ia jatuh ke tanah, tak bisa bergerak dan merasa sesak.

Kilatan petir itu hendak menyerang lagi. Satu-satunya yang harus dilakukan Mo Wuji saat ini adalah berusaha untuk merangkak keluar dari area tengah ruangan tempat petir menyambar. Saat ia memuntahkan lebih banyak darah, ia merasa seolah-olah ada jarum yang tak terhitung jumlahnya menusuk-nusuk tulang punggungnya, bersama dengan rasa sakit yang terus menghantamnya. Untungnya ia sudah keluar dari tengah ruangan itu. Jika tidak, ia tidak akan bisa merangkak keluar ruangan itu sama sekali.

Ternyata, mengarahkan petir dengan paksa ke arah meridian tubuhnya telah menyebabkan rasa sakit yang hebat dan kerusakan pada tubuh Mo Wuji, hingga membuatnya tidak mampu berdiri. Ketika ia berbaring di lantai, ia bahkan tidak bisa menggerakkan satu otot pun. Meskipun kilatan petir itu terus menyambar di tengah ruangan, dan batu spiritual di saldo depositnya makin menipis, tetapi ia tidak memiliki kekuatan untuk berdiri dan menarik tuas "Stop Pelatihan".

Setelah ia berbaring di lantai selama satu jam lebih, akhirnya Mo Wuji mendapatkan kembali kekuatannya. Ia menggeliat menuju tasnya yang diletakkan di sisi ruangan, dan mengambil beberapa pil penyembuh luka. Ia langsung memasukkan beberapa pil itu ke dalam mulutnya.

Setelah meminum pil penyembuh luka, ditambah dengan beristirahat lagi selama setengah jam, akhirnya Mo Wuji bisa berdiri, meskipun ia belum bisa berdiri tegak. Ia berjalan terhuyung-huyung ke pintu batu ruangan itu, dan menarik tuas "Stop Pelatihan", sebelum akhirnya ia jatuh ke lantai sekali lagi.

Meskipun ia telah memboroskan batu spiritualnya, tetapi itu bukan hal yang penting sekarang. Masalah utama yang ada di dalam pikirannya adalah mengapa Larutan Channel Opening kehilangan efektivitasnya. Apa jangan-jangan, batas pembukaan meridiannya adalah 36 meridian?

Tetapi, berdasarkan yang ia tahu sebelumnya, jumlah maksimum spirit channel adalah 99 spirit channel. Meskipun Mo Wuji tidak tahu perbedaan antara meridian dan spirit channel, menurut pengalamannya ia juga tahu bahwa tidak ada perbedaan yang berarti antara membuka 36 meridian dan 36 spirit channel. Di dunia kultivasi, bagi mereka yang bisa berkultivasi, membuka 36 spirit channel adalah hal yang biasa saja. Bahkan mereka yang memiliki kualitas bakat paling rata-rata pun bisa mencapainya. Jika kau adalah seorang kultivator, kau diharapkan untuk bisa membuka setidaknya lebih dari 36 spirit channel.

Rasa sakit hati yang kuat muncul dari dalam dirinya. Jika ia benar-benar berpotensi untuk membuka hanya sampai 36 meridian, maka ia kemungkinan tidak akan dapat berkultivasi bahkan sampai ke level-level akhir dari Tahap Channel Opening, apa lagi ke tahap atau realm yang jauh lebih tinggi.

Waktu berlalu dengan cepat, sedangkan Mo Wuji hanya terduduk di sana. Tiba-tiba sebuah alarm berbunyi di ruang penempaan petir itu. Ini menandakan bahwa Mo Wuji tidak berlatih di ruangan itu untuk sementara waktu, dan harus meninggalkan ruangan jika ia tidak ingin meneruskan kultivasi.

Barulah saat itu Mo Wuji tersadar dari lamunannya, dan rasa menggigil menjalar di punggungnya. Dulu ketika ia tidak bisa berkultivasi, ia tidak merasa sedih atau kecewa, tetapi ia tetap bekerja keras dalam menemukan jalur kultivasi untuk dirinya sendiri. Alhasil, sekarang ia sudah bisa berkultivasi, dan telah menjadi seorang kultivator Tahap Channel Opening Level 4. Yang mengejutkannya saat ini adalah bahwa ia mau saja dikalahkan oleh batas pembukaan 36 meridiannya.

Rasa putus asa ini bukanlah karakternya. Mo Wuji pernah berkata pada dirinya sendiri, terus kenapa kalau ia hanya memiliki akar mortal? Ia tetap tidak menyerah, apalagi jika ia memiliki akar mortal yang memungkinkannya untuk berkultivasi. Sekarang Mo Wuji tidak boleh mundur, ia harus menemukan sebuah metode baru untuk membuka meridian baru. Jika ia tidak bisa, maka ia akan kembali ke rencana semula, dan terus melanjutkan pelatihan dalam seni beladiri.

Setelah berpikir sampai ke titik ini, mental Mo Wuji langsung bangkit lagi, dan kepercayaan dirinya dibangun lagi. Mo Wuji berpikir dalam hati, "Terus kenapa kalau aku hanya memiliki akar mortal? Terus kenapa kalau aku hanya bisa membuka 36 meridian? Aku tidak bisa menyerah di sini saja. Aku tidak boleh menyerah!"

Paling-paling, ia hanya akan mati sebagai manusia biasa, tapi itu tidak masalah. Ia sudah sangat beruntung karena ia telah mencapai level kultivasi ini. Jadi apa yang perlu dikhawatirkan? Mo Wuji segera menenangkan dirinya lagi, lalu mengenakan bajunya yang robek-robek, mengambil tasnya, dan menarik tuas 'Buka Pintu' untuk keluar dari ruangan penempaan petir itu.

Ada sekitar tujuh atau delapan orang yang berdiri di luar ruangan penempaan petir. Ada seorang pria dan seorang gadis yang sedang berdesakan di tengah-tengah sekelompok orang itu. Mo Wuji bisa mengenali pria itu, ia adalah pria tampan yang memberikan tiga batu spiritual kepada anak muda tadi. Gadis cantik itu juga ada di samping pria itu.

Orang-orang di luar ruangan penempaan petir terkejut melihat penampilan Mo Wuji. Seluruh tubuhnya terbakar hitam, rambutnya seolah-olah telah terbakar, tubuhnya masih mengeluarkan asap, dan ada darah di dada dan sudut mulutnya yang tercampur dengan noda kehitaman bekas terbakar. Mo Wuji tampak seolah-olah ia habis merangkak keluar dari tumpukan orang mati.

Satu-satunya bagian tubuh Mo Wuji yang tampak tidak tersiksa adalah matanya. Sepasang mata itu mencerminkan sebuah perasaan tenang yang mendalam. Seakan-akan seluruh dunia ini telah meledak, tetapi ia tetap tenang dan tidak terpengaruh.