Chereads / Manusia Abadi / Chapter 59 - Bertarung Seorang Diri

Chapter 59 - Bertarung Seorang Diri

Ding Bu'Er juga paham apa yang terjadi saat ini; ternyata mereka berdua hanya sedang dimanfaatkan.

"Wuji…" Ding Bu'Er menoleh ke arah Mo Wuji, wajahnya berubah menjadi tak enak dipandang.

Mo Wuji sudah curiga sejak Ji Guang mengajak dirinya dan Ding Bu'Er ikut dengan timnya. Kini setelah semuanya menjadi jelas, ia tidak panik. Ia berusaha menenangkan dirinya dan berkata, "Ini artinya kita itu bernilai. Jika kita tidak bernilai, Saudara Ji mungkin tidak akan mengajak kita bergabung dengan timnya. Betul, kan?"

Saat ia mengucapkan kalimat terakhir, Mo Wuji sudah berbalik dan menghadap Ji Guang. Sebenarnya, Mo Wuji tidak keberatan. Ji Guang ingin memanfaatkannya, tapi di saat yang bersamaan, ia juga ingin memanfaatkan Ji Guang. Jika Ji Guang tidak memimpin perjalanan ini, maka akan sangat sulit baginya untuk sampai ke sini. Selain itu, anggap saja Mo Wuji juga menemukan tiga orang pembantu tambahan.

Ji Guang merasa bahwa ia sedang memanfaatkan Mo Wuji, padahal ia tidak tahu sebenarnya Mo Wuji memang ingin disambar petir. Petir adalah mimpi buruk bagi orang-orang seperti Ji Guang. Namun, itu adalah peluang emas bagi Mo Wuji. Jika Mo Wuji tidak memiliki kekuatan apa pun untuk ditawarkan, maka seperti yang ia katakan; tidak akan ada yang mau menerimanya dan Ding Bu'Er ke dalam tim mereka.

"Bagus, Saudara Mo benar-benar berpikiran terbuka. Ayo, mari berangkat," Selesai berkata demikian, Ji Guang melompat ke atas perahu karet.

Melihat Mo Wuji menyetujui mereka, Ding Bu'Er tidak berkata apa-apa lagi. Ia langsung mengambil dayung dan melompat ke perahu karet bersama dengan Mo Wuji.

Mo Wuji awalnya berpikir bahwa dengan hanya empat orang mendayung perahu, kecepatan mereka tidak akan terlalu tinggi. Namun, setelah mereka benar-benar mendayung perahu itu, ternyata pemikirannya salah.

Desain perahu karet itu sangatlah cerdas. Meskipun hanya ada empat orang yang mendayung, perahu itu tampak meluncur kencang di atas air, kecepatannya pun secepat perahu motor.

Mo Wuji mengamati bahwa perahu karet ini mampu menahan resistansi air sekecil mungkin. Namun, perahu ini memiliki beberapa kelemahannya. Karena hanya empat orang yang mendayung, mereka tidak bisa bergantian mendayung, dan tidak ada waktu istirahat. Kelemahan selanjutnya, perahu karet itu mudah robek.

Dua jam kemudian, langit berubah gelap.

"Semuanya, mari kita istirahat. Sepertinya akan ada badai," Saran Mo Wuji setelah ia memperhatikan bahwa Ding Bu'Er nyaris tidak bisa bertahan lagi.

Ji Guang mengangguk dan berkata, "Tentu. Kita akan berhenti di sini untuk beristirahat dan makan. Setelah setengah jam, kita akan melanjutkan perjalanan."

Kelompok itu tidak berhasil beristirahat selama setengah jam.

Setelah 20 menit, ada kilat yang melintas, guntur bergemuruh, dan tetes-tetes hujan seukuran kacang kedelai mulai turun. Mo Wuji memeriksa perahu karet itu; perahu ini memiliki fitur pengeringan air otomatis, tetapi tidak ada fitur yang bisa digunakan untuk melindungi mereka dari hujan.

*Blaar...* Petir terdengar lagi. Namun, kali ini, Ji Guang mulai berteriak dengan khawatir, "Lightning Crocodile ada di sini. Semuanya, jangan melawan mereka! Kita biarkan Saudara Mo yang akan menangani mereka. Sementara ia membantu kita menghadang serangan petir, kita harus mendayung lebih cepat. Semakin cepat kita mendayung, semakin sedikit petir yang harus dihadapi Saudara Mo..."

Ji Guang tidak berhasil menyelesaikan kata-katanya, karena tiba-tiba ada monster buaya besar yang menerkam ke arah mereka. Bahkan sebelum buaya itu menghampiri mereka, kilatan petir sudah mendekati Mo Wuji yang sedang berdiri di bagian belakang perahu karet.

Mo Wuji setuju dengan rencana Ji Guang. Lightning Crocodile sangat mudah menyimpan dendam; mereka akan bertarung sampai mati ketika ada yang memancing amarah mereka. Satu-satunya jalan terbaik adalah tidak berhadapan dengan mereka secara langsung.

Sebelum pergi berburu Lightning Crocodile, Mo Wuji sudah mempersiapkan sebilah pedang. Ia tidak perlu diingatkan oleh Ji Guang untuk menghadang petir-petir itu. Ia segera menghabiskan sebotol Larutan Channel Opening dan menggunakan tubuhnya untuk menghadang petir. Pada saat yang sama, ia menghunuskan pedangnya ke tenggorokan Lightning Crocodile itu.

Mo Wuji sudah bisa dianggap sebagai kultivator Tahap Channel Opening Level 1. Ia bukan lagi seorang pemula. Maka dari itu ia segera memulai teknik sirkulasi energi spiritual ke meridiannya.

Sebelumnya, ia harus mengeluarkan usaha besar dan mengandalkan sedikit keberuntungan untuk mengarahkan petir itu agar masuk ke meridiannya. Sekarang, dengan bantuan teknik sirkulasi energi spiritual, mudah baginya untuk mengarahkan petir ke meridiannya.

Mo Wuji hampir menangis karena gembira. Ia benar-benar telah menemukan buku panduan kultivasi yang tepat. Jika ia tidak memiliki sebuah teknik kultivasi, bagaimana caranya ia bisa mengarahkan petir itu dengan mudah?

*Ka...* Setelah disambar petir lagi, Mo Wuji merasa seolah-olah meridian keempatnya hampir sepenuhnya terbuka. Perahu karet itu bergoyang-goyang hebat. Di bagian belakang perahu, Mo Wuji menusuk tenggorokan monster buaya itu tanpa henti. Mo Wuji hanya bisa menusukkan satu kali tikaman untuk setiap tiga atau empat petir yang menyambar tubuhnya.

Meskipun diserang tanpa ampun, Mo Wuji amatlah bahagia. Setelah mencapai Tahap Channel Opening Level 1, ia tahu seberapa cepat proses kultivasinya. Sambil terus menggunakan teknik sirkulasi energi spiritual dan mengarahkan petir langsung ke meridiannya, kali ini ia tidak menderita luka yang parah.

Dahulu, sepuluh petir saja sudah membuatnya terhempas melayang, dan melumpuhkannya untuk waktu yang lama. Sekarang, ia telah disambar lebih dari sepuluh petir, tetapi ia masih baik-baik saja.

Mo Wuji merasa pembukaan meridiannya kali ini terasa lebih mudah. Mengapa pula buku itu disebut 'Dasar-Dasar Berkultivasi'? Teknik yang ada di buku itu benar-benar layak disebut 'Teknik Immortal Mortal'. Hanya dengan sepuluh petir, meridian kelimanya sudah terbuka dengan paksa.

Jika ia mau, ia bisa membunuh buaya petir ini sedari tadi. Namun Mo Wuji khawatir buaya-buaya lain akan kabur karena takut, sehingga ia sengaja membiarkan buaya ini tetap menyerangnya.

Ji Guang dan yang lainnya melihat satu demi satu petir mendarat di tubuh Mo Wuji. Namun karena Mo Wuji terlihat mampu bertahan dengan gagah, mereka semua menghela nafas lega. Sepertinya Mo Wuji tidak berbohong; ia benar-benar memiliki kemampuan untuk melawan Lightning Crocodile. Mereka berpikir, jangan-jangan tubuh Mo Wuji memang tahan petir. Dahulu, ketika mereka bertemu Lightning Crocodile, mereka hanya bisa berlari menyelamatkan diri, tanpa mampu melawan. Sekarang dengan adanya Mo Wuji, mereka akhirnya mampu bertahan.

Saat Mo Wuji memaksakan diri untuk membuka meridian keenamnya, dua petir menyambarnya dari samping.

Lightning Crocodile itu akhirnya memiliki beberapa bala bantuan. Mo Wuji tidak lagi menunjukkan rasa belas kasihan. Pedang di tangannya melesat, menusuk tenggorokan buaya-buaya itu, dan membuang mayat-mayatnya ke laut.

Bangkai Lightning Crocodile memang sangat bernilai dan bisa dijual, tapi Mo Wuji tidak berniat untuk mengumpulkan bangkai-bangkai Lightning Crocodile yang dibunuhnya. Meskipun perahu karet mereka tidak kecil, mengumpulkan bangkai itu hanya akan memperlambat laju perahu.

Meskipun Mo Wuji dapat menggunakan petir untuk membuka meridiannya, ia tidak bisa menyerap energi petir itu sepenuhnya. Akibatnya, sebagian petir akan mengenai badannya. Tidak lama kemudian, tubuhnya mulai terkoyak karena luka, dan kulitnya pun hangus.

Darah di tubuh Ji Guang dan timnya terasa dingin saat menyaksikan tiga Lightning Crocodile secara bersamaan menyerang Mo Wuji habis-habisan. Mereka tidak menyangka Mo Wuji bisa mengeluarkan kekuatan layaknya seorang dewa, dan langsung membunuh salah satu dari tiga monster buaya itu.

Melihat Mo Wuji memblokir satu demi satu dari petir-petir itu, Ji Guang mulai merasa bahwa keputusannya mengajak Mo Wuji bergabung ke tim ini memang sangat bijaksana.

Setelah membunuh satu Lightning Crocodile itu, Mo Wuji langsung menenggak Larutan Channel Openingnya, dan terus menerima serangan petir dari dua Lightning Crocodile yang tersisa. Tiba-tiba Ji Guang dan timnya memperhatikan Mo Wuji ternyata hanya mengandalkan keberuntungannya untuk membunuh satu buaya tadi. Kini tampaknya Mo Wuji tidak lagi mampu membunuh kedua buaya yang tersisa. Ia hanya berhasil menusuk tenggorokan buaya-buaya itu satu kali, setelah disambar petir lebih dari sepuluh kali.

Lightning Crocodile memiliki daya tahan yang luar biasa; satu atau dua tusukan pedang saja tak ada artinya bagi mereka.

Karena khawatir Mo Wuji tak bisa lagi menanggung serangan tanpa henti dari buaya-buaya itu, Ji Guang dan timnya mendayung dengan seluruh kekuatan mereka yang tersisa. Ding Bu'Er ingin membantu Mo Wuji, tetapi ia tahu ia bahkan tidak bisa menahan satu sambaran petir sja. Akibatnya, ia hanya bisa mendayung sekeras yang ia bisa, agar mereka keluar dari wilayah kekuasaan Lightning Crocodile ini.

Namun, Lightning Crocodile bergerak sangat cepat di dalam air. Bagaimana caranya mereka menghindari para monster buaya itu?

Di bawah badai yang menggila ini, perahu karet mereka melesat maju. Di bagian belakang perahu, Mo Wuji melawan dua Lightning Crocodile di tengah hujan. Kilatan petir yang terus-menerus terdengar membuat Ji Guang dan timnya tahu bahwa Mo Wuji belum mati, tetapi ia masih terus bertarung.

Hati Mo Wuji sudah kehilangan rasa bahagianya di awal-awal. Kini ia tidak lagi menunjukkan rasa belas kasihan. Perlahan, setiap gerakan yang ia lakukan mulai terasa sulit. Meski kilatan petir ini bisa membantu membuka meridiannya, namun ia sudah terlalu lemah untuk mengarahkan petir itu ke meridiannya. Kekuatan fisiknya, yang hanya berada di Tahap Channel Opening Level 1, sudah mencapai batasnya.

*Blaar blaar...* Tiga kilatan petir menyambar Mo Wuji berturut-turut. Dua di antaranya tersalurkan ke meridiannya yang tersumbat, sementara petir ketiga menghanguskan sebagian besar tubuhnya.

Ketika meridian ke-19 terbuka dengan paksa, Mo Wuji dengan geram mengertakkan giginya, dan bergerak menghampiri Lightning Crocodile itu. Mo Wuji tak boleh jatuh. Jika ia jatuh, ia pasti akan langsung mati, dan semua usahanya ini akan sia-sia. Dia adalah manusia biasa dengan akar mortal. Ia perlu bertahan hidup dan terus berusaha untuk menjadi kultivator yang sakti.

Setengah hari telah berlalu, bahkan Ji Guang sudah mulai melemah. Ia tidak tahu bagaimana Mo Wuji bisa bertahan begitu lama.

Badai besar itu membuat bagian belakang perahu terlihat sangat buram. Ji Guang dan timnya tidak tahu apa yang sedang terjadi di bagian belakang perahu yang panjang itu, serta berapa banyak buaya yang dihadapi Mo Wuji. Mo Wuji ibarat paku yang kuat, ia sendirian melindungi bagian belakang perahu; ia berdiri kuat dan kokoh.

Bahkan Mo Wuji tidak tahu berapa banyak Lightning Crocodile yang ia hadapi. Jika perahu karet itu tidak terus bergerak maju, mereka pasti sudah dikepung buaya-buaya itu sedari tadi.

Mo Wuji telah membunuh lebih dari sepuluh Lightning Crocodile, tetapi monster-monster itu terus berdatangan tanpa henti.

Meridian ke-26 akhirnya terbuka. Mo Wuji menghabiskan satu botol Larutan Channel Opening lagi, ia baru sadar bahwa ia hanya memiliki tujuh botol larutan yang tersisa.

Pada saat ini, seluruh tubuhnya sudah terasa lemas. Semua tulang di tubuhnya terasa patah. Ia masih mampu berdiri hanya karena tekadnya yang begitu kuat.

*Duaarr ...* Satu Lightning Crocodile lagi telah mati tenggelam ke laut. Pada saat yang sama, meridian ke-27 Mo Wuji berhasil dibuka.

*Duaarrr...* Satu kilatan petir lagi mendarat di dada Mo Wuji. Meskipun ia telah membuka 27 meridian, kemampuannya masih berada di Tahap Channel Opening Level 1. Setelah menghabiskan waktu begitu lama di tengah badai, dan terus-menerus disambar petir, fisik dan mental Mo Wuji sudah terlalu lelah. Pada akhirnya, ia hanya terbuat dari daging dan darah, bukan dari baja. Mo Wuji tidak bisa bertahan lagi. Ia akhirnya terjatuh dan tak sadarkan diri.