Setengah jam berlalu.
Angele mengajari Tia beberapa gerakan teknik berpedang dasar, lalu ia memutuskan untuk menyudahi latihannya di hari itu. Ia memasukkan pedang crossguard-nya kembali ke dalam sarung dengan hati-hati. Pandangannya tertuju ke arah langit, di mana awan hitam tebal menggulung, seakan ada badai yang akan datang.
Angin dingin bertiup di halaman yang semakin gelap itu, menggantikan kehangatan dan cahaya dari sinar matahari. Beberapa hari terakhir, cuaca di kota itu sangat panas, namun semua panas itu hilang digantikan dingin yang menusuk tulang. Angele berjalan mendekati sumur, meletakkan pedang crossguard-nya, dan mengelap keringatnya dengan handuk hitam.
"Mengapa kau masih disini? Pulanglah dan pelajari kembali semua yang kuajarkan hari ini," kata Angele seraya menoleh ke belakang. Tia masih berdiri di dekat pintu. Ia sangat senang dan tidak menyangka jika Angele mengizinkannya untuk tinggal. Dengan wajah penuh kegembiraan, gadis itu mengangguk.