Situasi itu sangat canggung. Semuanya berhenti berbicara untuk menunggu kesempatan mengambil kunci yang asli dari tangan Mura.
Angele hanya berdiri di sisi lorong. Senyuman lembut tersungging di wajahnya.
Setelah memandang si ksatria hantu dan lich bayangan selama beberapa saat, akhirnya ia angkat bicara.
"Bagaimana menurut kalian? Rencanaku bagus, kan?"
"Hah, sulit melakukan itu. Siapa yang bertugas memegang kuncinya? Kita harus berhati-hati. Kunci itu mungkin bisa mengaktifkan jebakan." Saruto tertawa.
"Aku bisa menjamin bahwa kunci itu tidak bisa mengaktifkan jebakan apa pun," sela Carmen. "Kita buka bersama-sama saja. Setelah kita melihat hartanya, baru kita bertarung."
"Bagaimana kau bisa yakin sekali bahwa tidak ada jebakan di tempat harta?" Saruto memicingkan matanya pada Carmen. "Jika ada masalah, apa kau mau bertanggung jawab?"
Carmen tidak menjawab; ia hanya menatap Mura dan Aria.