Kapal itu sedikit bergoyang. Sebuah lampu minyak tergantung pada sisa tiang kapal yang rusak. Lampu itu adalah satu-satunya sumber cahaya di atas dek.
Lampu minyak itu terbuat dari kaca tebal berbentuk tabung, dengan lubang di bawahnya untuk melindungi lampu itu dari hujan, selama tabung itu tidak jatuh tertiup angin.
Kedua Ksatria Agung sedang sibuk bekerja di kedua sisi dek. Mereka berdua menggunakan tali untuk mengikatkan diri mereka pada sisa tiang kapal.
Hujan terus menerpa dan membasahi wajah Angele. Ia memicingkan matanya dan melihat permukaan laut. Ia bisa melihat gelombang yang sangat kuat walau cahaya di sana sangat redup.
Entah mengapa, Angele merasa ada yang tidak beres, sehingga ia memutuskan untuk memeriksa keadaan di sekitarnya.
Melihat Angele mendekat, para pengikut membungkuk hormat.