Chereads / Dunia Penyihir / Chapter 3 - Pembukaan

Chapter 3 - Pembukaan

Kertas berwarna kekuningan itu separuhnya berisi tulisan tangan yang indah. Saat Ye Song menyentuhnya, kertas itu terasa tipis dan halus.

"Um…" Tiba-tiba, suara yang lembut terdengar dari ujung kamar. Ye Song teringat akan wanita yang siang tadi dibicarakan oleh ayahnya.

Ye Song melihat ke arah tepi kamar yang gelap. Seorang gadis kecil sedang duduk di tepi kamarnya sembari memeluk lututnya. Ye Song tidak yakin kalau dia mengingat dengan benar, namun dia tahu betul siapa gadis itu.

"Apa namamu Cecilia?" Ye Song berdiri, dan kemudian berjalan ke arah gadis itu. Dia ingat nama gadis itu.

"Iya... Iya..." Gadis itu sangat ketakutan, dan berusaha menjauh dari Ye Song dengan mendekatkan tubuhnya ke ujung ruangan. Matanya terlihat sembab, ia pasti telah menangis. Ye Song melihat bekas air mata yang mengering di wajah gadis itu. 

"Tuan Muda Angele, apa yang bisa saya lakukan untuk Anda?" Tanya gadis itu dengan suara lirih.

Ye Song melihat tubuhnya yang masih dalam proses perkembangan, dan menggelengkan kepalanya. Dia tahu bahwa dunia ini mirip seperti zaman pertengahan Eropa, dan orang-orang pada zaman itu tidak keberatan berhubungan seksual dengan gadis berusia muda. Namun tetap saja, saat ini jiwa Ye Song yang berumur dua puluh tahun bersemayam di tubuh ini. Ye Song tidak mau melakukan apapun dengan anak yang masih berumur kurang lebih lima belas tahun.

Masih banyak yang harus dikerjakan. Ye Song tidak punya waktu untuk bersenang-senang seperti ini.

"Untuk saat ini, aku tidak menginginkan apapun." Jawab Ye Song. "Maggie! Maggie!" panggil Ye Song sembari bertepuk tangan keras-keras.

Pintu kamar pun terbuka, dan seorang wanita berbalut seragam pelayan wanita masuk dengan hormat.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya pelayan wanita itu.

"Bawa gadis ini keluar dari sini dan siapkan satu kamar untuknya. Aku merasa…" Ye Song berhenti sebentar, dia khawatir ayahnya akan mengira dia mengusir Cecilia dari ruangannya, dan menyakitinya. Sang baron sangat berdarah dingin. Dia telah memaksa keluarga Cecilia untuk membawa Cecilia kesini. Jika Ye Song mengusirnya, Cecilia tidak akan keluar dari kastil ini hidup-hidup. Jika beruntung, dia akan dikirim kepada para pengawal untuk dijadikan budak.

Ye Song melihat ke arah gadis yang sedang duduk di ujung ruangan, dan benar saja, wajahnya sangat ketakutan.

"Saya kurang bernafsu hari ini. Bawa dia ke luar untuk beristirahat, nanti saya akan mengurusnya." Perintah Ye Song.

Pelayan itu membungkuk hormat kepada Ye Song, dan mengantar Cecilia keluar dari kamarnya.

Akhirnya, Ye Song bisa istirahat. Dia tidak tahu apa yang harus ia lakukan semenjak bereinkarnasi.

Ye Song duduk di depan meja kerja dan mengambil pena bulu putih yang terletak disana. Tekstur pena itu sangat lembut tanpa jahitan. Ada sedikit corak merah di ujung pena itu. Bulu itu terasa berat, namun Ye Song tidak tahu bulu burung jenis apa yang diambil untuk pena itu.

Bulu itu memantulkan sebagian cahaya lilin, dan paduan warna kuning gelap cahaya lilin diatas putih bulu itu terlihat sangat indah.

'Kukira aku sudah mati, tetapi ternyata aku ada di tubuh orang lain di alam yang berbeda.' Ye Song memainkan pena yang dipegangnya sembari berpikir tentang situasinya.

Menurut ingatan Angele, penduduk dunia ini masih menggunakan senjata logam. Mereka masih menggunakan busur dan panah sebagai senjata jarak jauh. Tidak ada bubuk mesiu sama sekali. Angele pun tidak pernah mendengar gosip apapun tentang itu. Jika ada satu orang kuat yang bergabung dalam sebuah perang, dia pasti akan bisa membalikkan keadaan perang hanya dengan kekuatannya sendiri.

Alasan mengapa ayah Angele, Baron Karl, memiliki hidup yang makmur walaupun dia sombong dan berdarah dingin adalah kekuatannya dalam perang. Baron Karl adalah pahlawan dalam Perang Redbud, perang paling brutal yang pernah dialami Kerajaan Rudin. Perang itu terkenal karena telah merusak markas Kerajaan Rudin. Baron Karl bisa keluar hidup-hidup dari perang itu hanya dengan kemampuannya sendiri.

Tubuh Baron Karl kuat, dia memiliki teknik bela diri tersendiri dan permainan crossguard sword-nya pun sangat mulus. Dia telah membunuh lima belas ksatria berbaju zirah lengkap dalam perang Redbud. Dengan bantuan Ksatria Audis, mereka berdua bisa dengan mudah menakut-nakuti Viscount Candia.

Dalam keadaan Kerajaan Rudin sekarang, gelar bangsawan tidak menunjukkan kekuatan. Hanya bakat dan kemampuan berperang yang bisa menentukan siapa yang status sosialnya lebih tinggi.

Kekuatan pasukan! Kekuatan individu yang kuat!

Itulah yang membuat orang-orang tidak takut.

Di masa yang kacau balau ini, perkelahian dan peperangan terjadi kapanpun dan dimanapun. Walaupun Baron Karl sangat kejam dan sombong, tidak ada orang yang pindah dari teritorinya. Bagaimanapun, orang-orang membutuhkan individu yang kuat untuk melindungi diri mereka sendiri.

Tanpa perlindungan seorang pemimpin, tidak ada orang yang bisa bertahan di luar untuk waktu yang lama. Penjahat ada dimana-mana, dan beberapa penjahat bahkan terpaksa memakan sesamanya jika tidak bisa menemukan makanan. Berjalan dari satu teritori ke teritori lainnya tanpa perlindungan sama saja dengan mencari mati. Tidak ada yang bisa bertahan hidup hanya dengan memiliki hati yang kuat.

Situasi di daerah kekuasaan Baron Karl sangat berbeda dari yang lain. Semua kelompok penyamun di sekitar teritori Baron Karl diserang dan dibersihkan oleh pengawal yang dipimpin oleh sang baron sendiri. Tidak hanya penduduk biasa, penjahat pun akan lari hanya karena mendengar nama Baron Karl. Saat ini, teritori Baron Karl dan sebagian teritori Candia menikmati dukungan ini karena para penjahat sangatlah ketakutan dengan kekuatan sang baron. Inilah mengapa Old Wade tidak terlalu khawatir dengan gelar Viscount Candia.

Orang yang hidup di teritori Baron Karl tidak ada yang mati mendadak. Mereka hanya menderita di bawah kekuasaan sang baron. Sekejam-kejamnya perlakuan sang baron kepada mereka, hanya beberapa orang yang merasa terganggu dengan perlakuan itu. Ada banyak penduduk di daerah kekuasaan Baron Karl, dan tidak ada yang berpikir bahwa mereka yang akan mati berikutnya. Ye Song mencoba menerka apa yang dipikirkan orang yang hidup di daerah ini.

Ye Song mengambil kertas yang ada di meja kerjanya. Dia tidak pernah melihat tulisan seperti ini. Tulisannya terlihat seperti bahasa Inggris, namun juga terlihat seperti bahasa China Tibet kuno.

'Akan sulit sekali mempelajari bahasa ini jika aku tidak mendapatkan memori Angele.' Pikir Ye Song. Karena ingatan Angele, Ye Song bisa bicara dan mengerti bahasa ini dengan lancar. Bagian dari otak Angele yang berurusan dengan bahasa tetap ada di tubuh ini, sehingga Ye Song bisa berbicara dalam bahasa itu dengan baik.

'Struktur kata-kata ini terlihat sangat bagus.' Pikir Ye Song sembari membaca kertas dimana Angele menuliskan sejarah keluarga Rio.

'Kalau saja aku bisa mengaktifkan chip biologisku, aku bisa dengan lebih mudah mempelajari pengetahuan di sini. Lagipula, struktur bahasa di sini sangat rapi dan tidak bercela.' Pikir Ye Song. Ia menyentuh pelipis kirinya, tempat dimana chip biologisnya tertanam. Saat dia masih hidup di bumi, dia mentransplantasi chip itu ke kepalanya.

Bip!

Suara aktivasi biologis bergema di telinga Ye Song. Ye Song mengenal suara yang telah ia dengar beribu-ribu kali itu .

"Chip biologis nomor 18907 siap melayani anda. Saya dibuat oleh perusahaan Chinese Fei Teng, dan diawasi oleh Departemen Kecerdasan Buatan." Suara manis seorang wanita China terdengar dalam kepala Ye Song.

Ye Song sama sekali tidak kaget karena dia tahu bahwa itu hanya suara iklan dari chip itu, seperti halnya ucapan selamat datang yang keluar saat menyalakan televisi. Chip itu sendiri tidak memiliki kecerdasan buatan apapun.

Chip biologis adalah sebuah penemuan abad ke-23, dan fungsinya adalah untuk analisa dan penyimpanan.

Fitur analisanya masih dasar, yaitu menggunakan berbagai macam informasi untuk menganalisa susunan objek tertentu secara logis. Hasil dari analisa ini kemudian akan disimpan ke bagian penyimpanan.

Chip itu sendiri tidak memiliki kecerdasan, karena para ilmuwan khawatir akan efek negatifnya pada otak manusia. Fitur biologis akan membuat chip itu sebagai bagian dari otak. Karena itu, chip ini tidak bisa dikeluarkan begitu saja setelah diimplantasi ke dalam otak.

Fungsi penyimpanan dari chip ini berbeda dari fungsi penyimpanan asli pada otak. Penyimpanan ini memiliki kapasitas yang jauh lebih besar, hingga bisa menyimpan informasi yang jumlahnya setara dengan ingatan lebih dari seribu tahun, sementara otak manusia hanya bisa menyimpan informasi yang setara dengan ingatan seratus lima puluh tahun.

"Chip ini bereinkarnasi bersamaku?" Ye Song masih tidak percaya, lalu ia mengeluarkan nafas berat. Kemudian, dia duduk di kursi untuk memikirkan hal tersebut.

"Tetapi mungkin saja, chip ini adalah versi terbaru yang bisa bergabung bersama informasi genetikku. Jika chip ini rusak, tubuhku akan bisa menyembuhkan chip ini seperti menyembuhkan organ tubuh lainnya. Jadi… informasi genetikku terbawa ke tubuh ini?" tebak Ye Song.

"Tolong beri nama chip ini." Suara indah itu terdengar kembali.

"Zero." Ye Song menggunakan nama lama dari chip itu tanpa berpikir panjang.

"Nama telah terkonfirmasi, sistem dukungan otomatis chip Zero akan dihancurkan sekarang. Nikmatilah layanan chip ini, dan jika ada keluhan, silakan telepon 40355627. Terima kasih telah menggunakan—" Suara chip itu berhenti.

Ye Song tahu bahwa tadi adalah terakhir kalinya dia akan mendengar suara indah dari chip itu. Setelah ini, hanya akan ada suara sintetis yang dibuat oleh memorinya.

Ye Song merasa gembira, dan nafasnya menjadi terengah-engah.

Chip ini akan menjadi senjata yang bagus di zaman yang dikuasai oleh senjata logam seperti ini.

Cahaya kuning dari lilin terpantul di wajah Ye Song, membuatnya seakan-akan bersinar. Ada jendela di depan meja kerjanya, dan secarik kertas tipis terselip di tepi jendela itu. Hampir semua jendela di kastil berbentuk seperti itu.

Ye Song berdiri dan membuka jendelanya.

Jendela kayu itu terbuka dengan suara 'klik' yang terdengar cukup lama.

Ye Song mengulurkan kepalanya keluar dari jendela. Dia ingin mendinginkan dirinya sejenak.

Angin malam bertiup melewati wajahnya, dan bersama angin itu tercium bau rumput segar.

Kamar Ye Song ada di lantai keempat. Dari jendela, ia bisa melihat hutan yang gelap dan luas, dimana pohon-pohon tumbuh dan menjadi semacam atap. Dari hutan itu, terdengar suara-suara serangga, bersama dengan suara 'kresek-kresek' dari daun yang tertiup angin.

Dua bulan sabit bersinar di langit malam, menyinari tanah dan membuatnya bermandikan cahaya bulan.

Tiba-tiba, Ye Song mendengar suara sepatu menginjak jalan di tengah hutan yang tengah dilihatnya. Jalan itu adalah satu-satunya jalan utama yang menghubungkan kastil dengan kota di luar.

Ye Song merasa jauh lebih baik setelah merasakan udara dingin. Dalam cahaya bulan, terlihat beberapa ksatria berbaju zirah berwarna gelap berkuda dari ujung jalan ke arah kastil.

Beberapa ksatria itu membawa obor yang menyala, dan kuda-kuda yang mereka tunggangi meringkik-ringkik.

Ye Song melihat sosok yang memimpin kelompok itu berbincang-bincang dengan orang di belakangnya. Pemimpin itu sedang menertawakan sesuatu.

Dengan bantuan cahaya obor, Ye Song akhirnya dapat melihat siapa sebenarnya pemimpin itu.

Pemimpin itu berwajah serius, dengan jenggot berwarna hitam yang terlihat seperti jenggot kambing. Rambut panjangnya yang berwarna kuning muda tergerai di atas kedua bahunya. Saat mengenakan baju zirah berwarna perak itu, dia terlihat sedikit kasar, namun tetap terlihat seperti bangsawan.

"Itu Ayah. Baron Karl." Ye Song langsung mengenalinya karena ia baru saja bertemu dengannya beberapa waktu lalu. Angele juga memiliki ingatan yang dalam dan berharga tentang sang baron.

Baron Karl mengenakan sarung tangan hitam berbahan kulit, dan tangannya memegang tali kekang kuda. Ia melihat ke arah Ye Song, yang masih berpikir siapa sebenarnya dia.

Sang baron melihat Ye Song yang melihat ke arahnya dari jendela, dan ia melepaskan salah satu sarung tangannya untuk melambaikan tangan kepada anaknya. Ye Song tersenyum dan mengangguk kepada ayahnya. Kemudian, ayahnya menarik tali kekang kuda itu dengan kuat, memaksa kudanya untuk bergerak lebih cepat.